FLASHBACK WINTER TRIP 2019 TO MT RAINIER NATIONAL PARK

Hola World

Winter adalah musim yang sangat dingin jangan lupa mengunakan baju tebal, tapi juga sangat indah maka muncul istilah Winter Wonderland. Tulisan kali ini saya akan ajak kalian pembaca budiman untuk nostalgia pengalaman perjalanan Winter Trip saya ke salah satu taman nasional favorit saya di Amerika Serikat. Mt. Rainier National Park merupakan taman nasional yang terletak di negara bagian Washington dan menurut Seattle Times, merupakan tempat paling bersalju di bumi, memiliki rata rata lebih dari 640 inci salju per tahun. Jadi penasaran dan ingin tahu lebih lanjut bagaimana indahnya winter wonderland di taman nasional yang indah ini.

Inilah tebal nya salju Mt. Rainier

Menjelajahi Rainier di saat winter terkesan kita sedang berada di Narnia. walapun bukan Narnia secara harfiah tapi saya ingin berbagi pengalaman dua tahun lalu mengunjungi taman nasional ini. Perjalanan ini kurang lebih tidak direncanakan, kebetulan ada kunjungan dari kolega ke Seattle, dan mereka ingin sekali berkunjung ke taman nasional ini dan voila jadilah kami pergi. Menariknya kami melakukan rental mobil, di tempat yang tidak jauh dari apartemen saya, dan jujur saya baru tahu itu tempat rental mobil, karena pada saat saya di Seattle saya lebih suka menggunakan kendaraan umum. Kemudian, kami pun berangkat agak sedikit telat yaitu sudah pukul 9 pagi, dimana waktu menuju Mt.Rainier dari Seattle adalah 3 jam.

Alder Lake Park

Papan tanda Alder Lske Park

Selama perjalanan, kami berhenti di beberapa tempat yang menarik sekali, terus terang saya juga tidak tahu tempat apa itu, namun setelah pulang saya baru melakukan riset akan Alder Lake, ternyata ada cerita menarik jadi dulunya Alder adalah kota penebangan dan pertambangan, Alder dihuni pada akhir 1800-an. Dinamakan karena dominasi pohon alder yang mengelilingi daerah itu, kota ini memiliki populasi lebih dari 200 pada masa kejayaannya. Meskipun tidak ada yang istimewa tentang Alder, itu menjadi bagian dari sejarah Negara Bagian Washington ketika penduduk disuruh mengungsi pada tahun 1942 karena Proyek Bendungan Nisqually kedua yang mengakibatkan kota itu selamanya tenggelam di bawah air. Jadi saya bisa katakan selamat datang di Atlantisnya Washington, karena bayangkan lah di bawah danau ini ada kota hantu Alder wah menarik sekali, tapi tempat ini cukup terkenal jadi tempat wisata berenang karena kalau selama Summer debit airnya berkurang dan orang orang bisa berenang di sini. Di balik kisahnya ini menurut saya tempat nya sangat asri sekali dan sangat tenang sekaligus tempat yang sangat menyenangkan di udara dingin untuk menikmati alam.

Bayangkan di bawah danau Alder ini ada kota yang ditingalkan jadi mirip Atlantis ya

Christine Falls Viewpoint

Tanda menuju Christine Falls

Tidak lengkap rasanya kalau tidak ke taman nasional tanpa ke air terjun. Berkendara di sepanjang Paradise Road di sisi selatan Gunung Rainier, memberikan beberapa kesempatan untuk melihat air terjun yang indah dengan pendakian singkat. Salah satu yang direkomendasikan adalah Air Terjun Christine atau Christine Falls. Ada tempat parkir di kedua sisi jembatan sehingga memudahkan memarkirkan kendaraan, tetapi sisi timur paling dekat dengan jalan setapak. Turuni jalan setapak pendek ke sudut pandang magis Air Terjun Christine yang dibingkai oleh jembatan batu.

Jembatan Batu di bawah air terjun sangat cantik sekali

Dari sini Anda dapat melihat tingkat 37 air terjun yang lebih rendah. Tingkat atas 32 terlihat dengan menyeberangi jembatan di permukaan jalan. Christine Falls dinamai dari putri P.B. Van Trump tapi tidak ada hubungan dengan Donald Trump ya hehehe, yang merupakan salah satu pendaki pertama Gunung Rainier, dan nama Van Trump Creek yang mengalir melalui Air Terjun Christine ini.

Van Trump Creek, Sisi lain untuk melihat air terjun ini

Suasana sejuk sangat terasa dan ini adalah pemberhentian kami kedua sebelum menuju ke Mt. Rainier Visitor Centres dan percaya tidak percaya jam sudah pukul 1 siang tidak terasa memang pas winter ini.

Mt. Rainier National Park Visitors Centres

Entrance Gate Nisqually

Setelah melewati Nisqually River kami pun tiba di depan gerbang Mt. Rainier Entrance Gate. Untuk pintu masuk sebenarnya ada beberapa pintu masuk, dan dari pintu masuk melalui Nisqually ini yang lebih dekat ke Paradise. Paradise adalah tempat di Mt. Rainier National Park dengan ketinggian 5.400 kaki dikenal dengan hujan salju nya yang menutup tempat ini. Paradise setiap tahun di musim dingin rata-rata menerima hampir 650 inci salju lebih. Dan pada tahun 1972 jumlah itu melonjak menjadi 1.122 inci dari salju yang turun. Selain Musim Dingin awal Musim Semi adalah waktu yang baik untuk ke Paradise guna menjelajahi keindahan taman tumbuhan dan bunga banyak bermekaran di tempat ini.

Henry M Jackson Visitor Centre berbalut salju

Henry M Jackson Visitors Centre merupakan satu dari empat visitor centre yang ada di Mt. Rainier National Park. Jadi kalau ada empat, kenapa pilihnya yang di Henry M Jackson, karena visitor centre yang ini hanya buka di weekend dan holiday, sedangkan kami pergi pas weekend pada saat itu hari sabtu. Visitor centre yang ini sangat besar dan merupakan yang terbesar setelah Longmire Visitor Centre, kalau di Longmire lebih kepada museum saya nilai, tapi Jackson disini lebih banyak hal yang bisa kita lihat seperti ada konsultasi dengan rangers kalau mau hiking sampai penyewaan beberapa alat hiking siapa tahu ada orang kelupaan dan tak mungkin balik lagi kan karena 3 jam perjalanan.

Suasana di dalam Visitors Centre

Kamipun istirahat di tempat ini dan kebetulan ada sebuah cafe di sini, sembari istirahat kami makan siang. Sedikit tips kalau ke Mt. Rainier sebaiknya bawa makan siang ya karena cafe di visitor centre hanya buka dari jam 11 pagi – 4 sore saja pada winter dan early spring. Kemudian jika ingin mendaki pastikan melakukan konsultasi dengan para rangers yang ada di sini.

Paradise Inn, kebetulan hari lagi cerah terlihat Mt. Rainier

Walaupun tidak mendaki layaknya beberapa pengunjung yang datang selain kami, tapi kami sempatkan melihat lihat keluar guna melihat tebalnya salju. Dan ya sepertinya memang cantik sekali Mt. Rainier dari tempat ini dibalut tebal nya salju memang seperti Narnia, kemudian kami melihat bangunan penginapan tertua di Mt. Rainier bernama Paradise Inn, diibuka pada tanggal 1 Juli 1917, penginapan memiliki tiga puluh tujuh kamar tamu dan ruang makan yang dapat menampung 400 orang. Perabotan kuno khas yang dibuat oleh perancang Hans Fraehnke menghias lobi, termasuk kayu meja pendaftaran, dua meja dan kursi kayu cedar besar.

Suasana di lobby Paradise Inn

Reflection Lake

Foto di papan Reflection Lakes

Karena sudah menjelang sore tempat terakhir yang kami kunjungi di Mt. Rainier adalah melihat danau beku bernama Reflection Lake. Salah satu pemandangan paling ikonik dari Mt.Rainier dapat ditemukan di Reflection Lakes. Musim panas dan musim gugur, matahari terbit dan terbenam, mungkin merupakan satu-satunya pemandangan yang paling banyak difoto oleh fotografer pemula dan berpengalaman, yang kembali lagi dan lagi. Di musim panas, danau dibatasi dengan bunga-bunga liar dan datang musim gugur, itu adalah cermin warna musim gugur. Banyak yang menganggap area ini sebagai taman terbaik – bunga mekar berwarna-warni, kehidupan hewan yang mempesona, dan keindahan puncak gunung dan danau alpine yang indah dan menakjubkan. Namun pada saat saya ke sana beku, tapi tidak kalah cantik walaupun tanpa bunga bermekaran tempat ini pantas kami datangi, kami pun akhiri perjalanan winter di taman nasional ini dengan mengabadikan beberapa foto menarik.

Ini dia pemandangan Reflection Lakes di musim panas, sangat indah bukan source : VisitRainier.com
Reflection Lake di saat winter

Demikian kisah perjalanan flashback ke Mt. Rainier National Park, semoga suatu hari bisa kembali lagi ke taman nasional ini Amin serta semoga kalian menikmati cerita ini sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Ferdi Cullen

Kisah Perjalanan di Mesjid Mosaik/Museum Chora Istanbul Turki

Hello World,

Selamat Natal buat yang merayakan Hari Natal pada 25 Desember kemarin, tulisan saya kali ini ada hubungan nya dengan Natal yaitu saya ingin mengulas tentang salah satu museum di Istanbul yang saat ini menjadi masjid kembali, museum ini bernama Kariye Museum dalam Bahasa Turki atau Chora Museum dalam Bahasa Inggris, dan menurut saya Museum Biara Chora adalah kata yang tepat untuk padanan dalam Bahasa Indonesia. Museum ini terkenal dengan mosaik dan fresco era Byantium yang sangat indah sekali Mosaik yang sangat indah mengambarkan artistik dan seni yang luar biasa bagi para pemahat Byzantium pada masa itu.

Tampak Luar Museum Biara Chora, sumber foto : goturkeytourism

Sejarah Ringkas

Biara Chora, arti Chora adalah “di luar kota” karena pada awalnya dibangun tepat di luar tembok kota Konstantinopel namun nama Chora tetap digunakan bahkan setelah tembok tersebut diperluas oleh Theodosius II pada abad ke 5. Ya bangunan ini sudah ada sejak abad ke 5 bersamaan dengan Hagia Sophia. Sejarah awal Chora bisa dikatakan belum jelas, karena banyaknya kontradiksi dalam sumber-sumbernya. Menurut salah satu sumber, pendiri nya adalah St. Babylas yang kala itu berada di Turki pada awal abad ke-4. Sumber lain lain mengaitkan pendiriannya dengan St. Theodore, yang konon merupakan paman Theodora, istri Kaisar Justinian I. Namun pada abad ke 7, bagian biara didirikan oleh Jenderal Krispus, menantu Kaisar Phocas. Ada beberapa orang-orang kudus atau orang suci yang  dimakamkan di sini, pada abad ke -8 dan ke -9.

Namun bangunan yang ada saat ini merupakan peninggalan di abad ke 14, bangunan awal telah hancur akibat gempa dan ada juga karena perperangan dan konflik yang terjadi di Konstantinopel. Pada era penaklukan Istanbul oleh Ottoman biara ini diubah menjadi masjid. Sebuah mihrab ditambahkan di pintu utama, menara lonceng bergantung dihapus. Nama Biara Chora diubah menjadi Kariye. Karena larangan gambar ikonik dalam Islam, semua prasasti, simbol Kristen, lukisan dinding, dan mosaik ditutupi dengan lapisan tipis cat dan kapur. Kemudian baru tahun 1948, Thomas Whittemore dan Paul A. Underwood dari Byzantine Institute of America dan Dumbarton Oaks Center for Byzantine Studies, melakukan kampanye program restorasi untuk membersihkan, memulihkan dan melestarikan lukisan dinding di Chora yang telah diplester dan dilabur berulang kali untuk disembunyikan, sehingga semua gambaran representasi ketika gereja era Bizantium digunakan sebagai masjid selama periode Ottoman. Pekerjaan itu berlangsung selama dua belas tahun yang berlangsung sepanjang tahun 1950-an. Pada tahun 1958, sesuai dengan dekrit presiden Biara Chora dibuka untuk umum sebagai museum – Kariye Müzesi. Dan tahun 2020 atau tepat satu bulan setelah Hagia Sophia menjadi masjid Presiden Turki Erdogan juga memutuskan bangunan ini untuk kembali menjadi masjid, sehingga saya pakai sebagai judul artikel ini yaitu Mesjid Mosaik.

Bagaimana Cara Ke Museum Chora

Museum Chora bukanlah atraksi yang mudah untuk dikunjungi. Tidak seperti Hagia Sophia, Blue Mosque, atau Basilica Cistern yang semuanya berdekatan dan bisa ditempuh dengan hanya jalan kaki di Sultanahmet Square. Berlokasi di lingkungan yang lebih mirip perumahan yaitu di Edirnekapi. Anda harus sampai ke sana dengan beberapa kali naik trem atau dengan taksi. Tapi saya mengunakan bus nomor 36K yang tujuan akhirnya adalah di stasiun Edirnekapi. Tidak ada banyak hal disekitarnya. Tidak ada toko, restoran, hotel, atau tempat penukaran mata uang yang biasanya ditemui di Sultanahmet. Jika Anda melakukan perjalanan ke tempat ini, ya anda pasti hanya bisa ke Museum Chora saja.

Stasiun Bus Edirnekapi, jika naik bus berhenti di stasiun ini
Lokasi nya tidak terlihat karena tertutup perumahan ini, silahkan lewati jalan kecil ini

Apa yang bisa Dilihat

Meskipun terpencil, museum kecil yang ukurannya hanya sebagian kecil dari Hagia Sophia yang lebih terkenal itu. Namun museum ini adalah situs bersejarah favorit saya di Istanbul. Mosaik dan lukisan dinding yang menghiasi dinding dan langit-langitnya benar-benar menakjubkan. Bahkan jauh lebih bagus dibandingkan dengan yang ada di Hagia Sophia menurut hemat saya.

Karena pada saat saya berkunjung adalah di tahun 2018 tepatnya bulan Maret jadi ini sudah 2 tahun 9 bulan yang lalu, untuk biaya masuknya juga lumayan yaitu 20 TL, museum buka setiap hari kecuali hari Rabu. Namun di tahun 2018, museum ini mengalami restorasi jadi bentuk luarnya ditutupi dengan kain besar. Dan kita hanya bisa mengunjungi 2 ruangan yaitu Narthex dan Parekklesion.

Narthex

Pada pintu utama kita akan menemui pintu yang menampilkan mosaik bertajuk Christ Pantocrator. Saya tidak tahu apa artinya, jadi saya coba riset apa artinya. “Pantocrator”, ternyata, mengacu pada penggambaran spesifik tentang Kristus sebagai jiwa yang selalu hidup (tapi mhn maaf jika saya salah). Sedangkan lobby sekitaran pintu utama disebut sebagai Narthex, jadi di sekitaran Narthex ini ada berbagai lukisan dengan cerita cerita yang berbeda.

Pintu Utama dan ada mosaik Christ Pantocrator

Namun kurang lebih ada ratusan lukisan dan ratusan cerita di dinding yang menggambarkan kehidupan Kristus dan The Virgin Mary di Narthex, menggunakan elemen latar belakang dan motif arsitektural untuk memberi kedalaman, yang berpuncak dengan ketajaman warna. Adegan demi adegan terkesan sangat nyata dengan figur-figur yang proporsional dengan tepat, dan wajah Kristus terlihat sangat kemanusiaan. Di antara adegan-adegan yang diwakili, bagian-bagian Alkitab yang berbeda ditampilkan: seperti masa bayi Kristus, mukjizat, malaikat dan Iblis

Ruang ini disebut Narthex
Beberapa lukisan yang mengambarkan kisah hidup Yesus di Narthex
Kubah Narthex yang disebut sebagai Genealogy of Christ

Parekklesion

Sekarang menuju ke salah satu bagian favorit saya di Museum Chora yaitu Parekklesion yang berasal dari Bahasa Yunani yang artinya kapel, berbentuk persegi panjang dan lorong tunggal, pada kapel banyak sekali lukisan jenis fresco, representasi dan potret suci beberapa Saint yang berperan dalam penyebaran agama dan disini juga ada empat makam melengkung atau Arcosolia, kubah ditempatkan di setiap sisi teluk tengah, dua di dinding selatan dan dua di dinding utara. Parekklesion ini dirancang sebagai tempat berlindung untuk makam tetapi juga digunakan untuk melakukan ritual yang berkaitan dengan kematian dan penguburan.

Ruang Parekklesion

Parekklesion di Biara Chora didekorasi dengan lukisan dinding dengan tema utama kekuatan penebusan Kristus dan The Virgin yang menjanjikan keselamatan bagi umat beriman. Dengan Anastasis Kristus digambarkan sebagai pemenang atas Kematian dengan kebangkitan Adam dan Hawa dan diperpanjang di setiap sisi menutupi lengkungan yang mengambarkan mukjizat kebangkitan Yesus membangkitkan orang mati. Tema keselamatan adalah komposisi The Last Judgement di mana Kristus duduk dalam penghakiman, kemenangan atas maut dan menebus orang benar.

Beberapa Lukisan menghiasi Parekklesion
Kubah Selatan yang melindungi Ruang Parekklesion

Yang menarik adalah di Parekklesion ini dindingnya menampung sejumlah besar potret sosok penuh para para orang suci yang terlukis setengah melingkar, orang-orang suci ini diakui oleh Byzantium sebagai perantara untuk mencapai Tuhan. Penggambaran para orang suci ini dimulai dari tembok selatan ke barat hingga timur laut.

Bagian atas lukisan The Last Judgement, dan bagian bawah barisan para orang suci

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengelilingi museum ini, saya saja mengelilingi nya pas satu jam namun sayangnya di tempat ini tidak ada semacam guide atau tour yang bisa membimbing kita mengenali masing masing mosaic dan fresco. Adapun untuk selebaran berisi informasi tentang nama fresco bisa diperoleh tapi harus bayar lagi dengan uang kurang lebih 20TL, yang sangat disayangkan dimana harusnya selebaran seperti ini sebaiknya gratis. Namun sebuah pengalaman yang tidak terlupakan untuk melihat dengan sangat jelas dinding dinding lukisan peninggalan Byzantium ini. Kalau boleh sedikit membandingkan, jika anda datang ke St. Mark Basilica di Venesia ada kurang lebih beberapa lukisan yang menyerupai terpajang di sana, dimana ada kaitan bagian paling khas dari Gereja Chora adalah lukisan dinding dan mozaik yang menakjubkan, sebuah contoh luar biasa dari simbologi Ortodoks Kristen dan pelopor gerakan seni baru di Kekaisaran Bizantium Akhir, yang paralel dengan gerakan Renaisans Giotto di Italia sehingga kita juga bisa melihat karya yang mirip di St. Mark Basilica.

Foto Kenangan, saya berada di Ruang Parekklesion di dekat lukisan The Last Judgement

Demikian perjalanan yang bertema Natal walaupun saat ke sana saya tidak di bulan Desember tapi sangat senang sekali bisa menulis kisahnya di bulan Desember terutama di momen Natal dan terima kasih sudah membaca artikel ini.

Happy Holiday

Ferdi Cullen

Ayo Ke Museum : Berkunjung ke Museum Vatican tanpa Tur

Hello World….!

Pada kesempatan ini, ferdi ingin tulis cerita tentang pengalaman Ferdi berkunjung ke salah satu museum yang paling berkesan sepanjang perjalanan yang saya tempuh. Museum Vatican, sebuah museum yang terletak di negara paling kecil di dunia ini. Kejadiannya sudah hampir dua tahun lalu tepatnya pada bulan Maret 2018, di perjalanan ke Eropa saya di tahun 2018 sebelum ke Amerika. Selain sebagai pusat agama katolik, Vatikan juga tempat dipajangnya koleksi seniman terbaik dunia pada masa renaissance, jadi berjalan di Vatican sendri saya merasa sudah berada dalam sebuah museum. Apalagi di dalam musuem Vatican,yuk simak kisah Flashback perjalanan saya di Museum Vatican.

Pintu Keluar Museum Vatican

Museum Vatikan (Musei Vaticani), yang terletak di Kota Vatikan (bisa dibilang negara, negara terkecil di dunia), adalah salah satu objek wisata yang harus Anda saksikan saat berkunjung ke Roma. Di sini Anda akan menemukan karya seni yang tak ternilai, mulai dari barang antik Mesir dan Romawi hingga lukisan karya seniman terpenting Renaissance. Kunjungan ke Museum Vatikan juga mencakup Kapel Sistine (Sistine Chapel), di mana Anda dapat melihat fresko paling terkenal Michelangelo (fresko yang sering kita lihat di film film Hollywood).

Vaticano Prati, adalah apartemen tempat tinggal saya ketika berkunjung ke sini. Harganya lumayan murah nama brand nya adalah Deluxe Room Rome, tapi ini seperti sebuah apartemen saya tinggal di lantai 5. Dan resepsionisnya juga ramah sekali, harganya hanya 25 Euro satu malam untuk private room (single room), senang sekali kan bisa dapat harga segitu. Untuk menuju ke Vatican hanya diperlukan jalan kaki saja 5 menit maka terlihat gerbang besar Vatican, pada saat masuk ke tembok besar Vatican, hati hati ya banyak sekali orang yang begitu melihat wajah anda wajah Asia mendekati dan menawarkan berbagai macam paket tur. Namun sehubungan saya sudah riset banyak hal terkait ini saya percaya diri dengan menolak satu persatu orang yang mendekati saya menawarkan paket tur tersebut.

Ketika sampai di pintu besar Vatican, pintu menuju Museum Vatican tidak menghadap ke St.Peter Basilica, ada juga pintu di situ namun sepertinya itu akses khusus dari travel agent tertentu. Pintu masuk untuk orang yang tidak ikut tour ada d belakang sekali atau arah utara, jadi kita harus keluar lagi dari Vatican dan menuju ke arah tembok belakang. Begini ya nasib orang tidak ikut tour jadi paling belakang hehehe. Dan disepanjang perjalanan menuju pintu belakang tetap banyak saja orang Italia maupun orang pendatang yang terus berusaha mendekati  ingin rasanya pakai topeng saja untuk menutupi wajah Asia saya, soalnya menurut beberapa info yang paling sering ikut tour itu orang Asia makanya setiap ada wajah Asia datang lah mereka menemui kita.

Yes dan akhirnya saya menemukan pintu masuk ke Regular Entry, oh iya pada saat mereka para calo tour itu menawari saya paket tur mereka agak menakut-nakuti  dengan menginformasikan kalau masuk secara regular akan antri lama, terus ada maksimal jumlah tiket yang dijual dan ini itu ini demi meyakinkan kita agar beli paketnya di mereka. Ternyata itu salah besar ternyata, tidak sampai 15 menit saya antri karena kebetulan saya datang pagi sekitar pukul 9 pagi. Dan memang ada banyak sekali keamanan berlapis ketika masuk ke museum ini, pertama ketika kita masuk ruang ticket box eh ada pemeriksaan ala ala di bandara gitu, terus setelah lewat ticket box pas udah beli tiket ada lagi pemeriksaan ala bandara sebelum akhirnya kita disuruh melakukan penitipan tas kita (gratis) di loker yang ada di museum ini.

Kalau kamu tidak ikut tour, silahkan masuk dari utara gerbang Vatikan betuknya seperti gambar ini

Oh iya berbicara soal tiket ini ternyata agak berbanding terbalik dengan museum lain. Harga nya lebih murah kalau kita langsung beli tiket di ticket box yaitu 17 Euro daripada kita beli di online web nya yaitu 20 Euro. Tapi walaupun harga tiket nya lumayan mahal menyenangkan sekali bisa berada di tempat ini. Dan kelebihan membeli tiket online walaupun lebih mahal 3 euro adalah tidak perlu antri, dan bisa langsung masuk. Jadi pada saat masuk di pintu utara sudah dibagi dua, jalur tiket online dan jalur bagi yang belum punya tiket, tapi sejauh yang saya alami saya hanya antri kurang lebih 15 menit dan itu sudah melalui segala pemeriksaan kemananan.

Ticket Box pembelian tiket

Museum Vatican ini luas sekali, sama hal nya dengan British Museum saya rasa luasnya. Dan saya tidak ke semua tempat, tapi pada saat kesini tips dari saya adalah sering sering mendongkak ke atas karena atap nya itu wuihh karya seni ratusan  tahun loh… keren keren dan saya bisa rasakan bedanya karya seni yang beneran asli sama karya seni yang mirip mirip seperti yang menghiasi kasino di Vegas atau Macau, bedanya adalah kecerahan warnanya, di sini warnanya beneran kilap dan kilau, beda sangat dengan yang ada di casino-casino di Macau atau Las Vegas.

Suasana halaman museum

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah The Gregorian Museum, bagian ini terletak satu lantai di bawah pintu masuk jadi agak ke bawah gitu tapi bukan basement ya. Pada bagian ini terdapat koleksi peradaban Etruscan, yang dicari serta dikoleksi oleh Paus Gregorius XVI. Peradaban Etruscan sendiri adalah peradaban kuno jauh sebelum adanya Roma, artefak di tempat ini meliputi perunggu, kaca , gading, sarkofagus, patung patung dan makam makam yang usianya sudah ribuan tahun.

The Gregorian Museum

Selanjutnya saya melewati Galeria degli Arazzi (Gallery of Tapestries) yang merupakan Galeri yang menampilkan sebuah karya seni berjudul The Resurection. Moving Perspective adalah salah satu teknik yang dikembangkan oleh Barberini yang membuat karya seni ini (The Resurection). Perhatikan saja mata Jesus ketika melewati ruangan ini, pasti kalian akan merasakan seperti mata tersebut bergerak dari kiri ke kanan, agak serem tapi itulah seni yang dibuat oleh Barberini.

Galeria degli Arazzi

Berikutnya adalah Gallery of Map. Sesuai judulnya tempat ini adalah tempat memajang semua koleksi lukisan berhubungan dengan peta. Mulai dari peta Italy, Eropa, sampai peta dunia abad ke 12-13. Siap siap lihat ke atas ya pas melewati tempat ini, karena langit langit dari galeri ini menyajikan karya seni dari Ignazio Danti seorang pendeta dari Dominika. Tempat ini adalah favorit saya ketika berada di museum ini karena megah sekali perpaduan atap fresco dan lukisan peta di bawahnya.

Gallery of Map

Setelah puas menikmati langit langit indah, saya masuk ke salah satu koleksi patung patung para dewa Romawi. Saya lumayan heran pada saat berada di ruangan ini, karena yang saya tahu semua patung para dewa Romawi ini bukan nya dihancurkan ya pada saat agama Katolik menjadi agama negara ini, jauh pada abad ke 4 M. Ternyata semua patung ini tidak dihancurkan dan disimpan di ruang bawah tanah Vatican. Banyak sekali beberapa dewa Romawi yang berada di bagian ini yang bernama Pio Clementio.

Pio Clementio

Tibalah saya di Meseum khusus karya Raphael bernama Raphael Rooms. Fresco dan marble khas Raphael terpanjang di sini. segala karya seni yang sangat detail. Saya tidak begitu paham karena semua cerita yang ada di setiap lukisan bener bener menjadi kesatuan dan indah sekali. Beberapa yang sangat paham seni bahkan sampai membawa sebuah teleskop mini guna melihat lebih detail serutan setiap garis yang diciptakan oleh Raphael. Kini saya percaya Raphael memang salah satu seniman besar di masa Renaissance.

Raphael Rooms

Tempat yang paling ditunggu setiap orang yang hadir di museum ini yaitu Sistine Chapel. Kapel ini adalah tempat yang sangat penting di Vatikan, karena di tempat ini lah diadakan Conclave, sebuah sidang yang dilakukan oleh para kardinal dalam menentukan siapa Paus baru yang akan terpilih. Jadi setiap ada Conclave para kardinal akan dikunci di dalam kapel ini, dan semua kegiatan mereka sangat dirahasiakan. Walaupun tempat ini terbuka untuk pengunjung Museum Vatikan, hanya saja yang mengecewakan adalah kita tidak boleh memfoto ataupun membuat video di kapel ini. Dan penjaga yang ada di sini sangat ketat sekali, saya mencoba untuk cheating dengan mengambil foto lagi lagi gagal mereka sepertinya berpengalaman sekali mencegah para pengunjung mengambil foto atau video. Namun tempat ini biasanya dikunjungi oleh 4 juta orang satu tahun, jadi wajar kalau sudah masuk ke sini ramainya luar biasa, saya saja tidak nyaman menikmati keindahahan tempat ini karena banyak nya pengunjung.

Kapel ini sangat megah sekali ada beberapa lukisan yang berbiaya tinggi pada masa abad ke 16. Salah satu lukisan yang terkenal adalah The Last Judgement dari seniman papan atas Renaissance yaitu Michelangelo. Kemudian karya Michelangelo yang lain adalah The Creation of Adam. Dari yang saya kunjungi ada beberapa hasil riset yang saya temukan yang cukup menarik ketika datang ke kapel ini.

  1. Sistine Chapel, awalnya dibangun untuk tempat perlindungan para Kardinal apabila terjadi perang atau gempa besar. Sehingga kabarnya dinding dinding di kapel ini adalah dinding paling kuat yang tidak akan bisa ditembus dengan senjata bahkan gempa.
  2. Pembangunan kapel ini adalah salah satu kontroversi terbesar dalam Sejarah, karena biaya nya berasal dari biaya penjualan indulgensi atau surat pengampunan dosa, sama hal nya dengan biaya pembangunan St. Peter Cathedral.
  3. Michelangelo adalah seorang pematung, dan mendapatkan mandat oleh Paus untuk melukis, awalnya Michelangelo berada di bawah tekanan karena dia memang seorang pematung tidak punya sedikit pun pengalaman melukis. Sampai ada beberapa teori mengatakan bahwa hal ini adalah kesengajaan karena pihak gereja ada yang tidak suka dengan seniman ini, sehingga apabila gagal maka hukuman mati akan menghampirinya.
  4. Menurut beberapa literatur, arsitektur kapel ini menyerupai Solomon Temple yang ada di Jerusalem. Walaupun Solomon Temple sudah tinggal reruntuhan dan bahkan menjadi terbagi dua yaitu temboknya menjadi Tembok Ratapan dan tanah nya dibangun Dome of Rock atau Mesjid Al Aqsa.
  5. Namun akhirnya Michelangelo berhasil melakukannya setelah empat tahun mengerjakan proyek ini. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat gambar animasi dan sketch. Tapi ternyata jiwa seni nya sangat luar biasa sehingga dia mampu menyelesaikan tantangan karya ini.

Setelah melewati Sistine Chapel saya pun menuju ke The Spiral Staircase, yaitu sebuah tangga melingkar yang diciptakan oleh Giuseppe Momo tahun 1932. Tangga ini adalah salah satu tangga yang cukup viral di Instagram. Dan memang bentuk spiral nya itu sangat unik saya suka sekali melihat tangga ini, dimana tangga ini menambah kesan elegan dari museum dan juga kota Vatikan.

The Spiral Staircase

Secara keseluruhan jarak dari pintu masuk Museum Vatikan ke Kapel Sistine adalah sekitar 500 meter jika Anda menuju ke sana langsung, tetapi ada sekitar 7,5 km (4,5 mil) galeri dan koridor secara total yang bisa anda saksikan sebelum anda memasuki Sistine Chapel. Semua koleksi banyak berasal dari abad ke 16, museum ini memiliki ribuan koleksi lukisan Renaisansce yang mengagumkan, barang antik kuno, permadani yang tak ternilai, dan seni religius dan sekuler. Pokoknya ini adalah perjalanan ke museum terbaik yang pernah saya rasakan.

Molte grazie!

Ferdi Cullen