Xi’an Metropolis Behind The Wall

Perjalanan saya pertama kali ke China pada bulan Juli 2016 lalu merupakan perjalanan yang sangat mengesankan. Saya melakukan perjalanan yang no mainstream dimana biasanya banyak orang yang melakukan perjalanan ke negara tirai bambu ini melalui Beijing tapi saya coba ke sebuah kota yang lumayan besar dan metropolis namun masih menyisakaan kesan kuno dan oriental nya yaitu Xi’an. Penerbangan ke Xi’an saya tempuh melalui Kualalumpur dengan penerbangan Low cost tentunya yaitu Air Asia saya pun menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam ke Xi’an.

xian-map
Peta Xi’an di Mainland China

Pengalaman di pesawat cukup menegangkan menurut saya, karena memang orang China it’s very unpredictable person. Saya cukup kaget ketika mereka dengan santai seperti tidak menggunakan sabuk pengaman ketika take off maupun landing, bahkan saya sudah memberitahu mereka dan mereka malah tidak mengerti bahasa inggris, saya sudah infokan ke flight attendant dan ketika sang flight attendant juga coba menegur penumpang dengan menggunakan bahasa mandarin eh mereka cuek juga dengan hal tersebut. Kok jadi malah saya yang deg-deg an ya pada saat take off dan landing, untungnya tidak ada terjadi apa pun jua aman dan selamat sampai di bandara.

xian-city-tourist-map-chinese
Sebenarnya sangat banyak atraksi di Xi’an tidak kalah dengan Beijing

Xianyang International Airport, kesannya di airport ini sih memang airport yang biasa saja, hampir mirip lah dengan bandara-bandara yang ada di Indonesia. Saya tiba waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam wah saya sempat mau nginap di bandara loh tapi karena pegal-pegal jadi saya urungkan saja niat menginap tersebut lagipula saya memang sudah pesen hotel untuk beberapa hari ke depan di kota Xi’an. Awalnya saya ingin naik bus setelah tanya sana-sini ternyata bus yang ada maksimal sampai dengan pukul 00.30 dan jam saya sudah menunjukan jam demikian dan loket bus ternyata sudah full, alhasil transportasi satu-satunya adalah taksi saya mengunakan taksi bandara dan alhamdulllah biaya nya gak terlalu mahal sih ke hotel hanya 50 yuan, namun ada cerita menarik antara saya dengan si driver taksi yang tidak bisa mengunakan bahasa inggris ini, dia mengunakan aplikasi penerjemah jadi saya tulis saja di aplikasi penerjemah tersebut yang dia sodorkan ke saya tujuan saya.

Rupanya hotel saya agak nyungsep masuk ke dalam sebuah gang dan berdekatan dengan sebuah stasiun line metro yang ada di kota ini bernama Beidajie Station, nama hotel saya adalah Xi’an Toyoo Hotel murah sih single room aja seharga 120 yuan yang kala itu sekitar 250 ribu rupiah namun saya gak terlalu rekomendasikan hotel ini karena staff nya yang sangat sedikit sekali yang bisa berbahasa inggris, iya apalagi pada saat saya tiba di dini hari pukul 1.30 yang ada hanya staff berbahasa mandarin dan jadilah kami mengunakan handphone dan aplikasi penerjemah yang terinstal di dalamnya lagi.

Info : Di China awareness petugas hotel dan taksi sudah sangat bagus sekali mereka menginstall aplikasi penerjemah yang khusus dibuat oleh developer asal negeri ini (bukan google translate ya) dan mereka gunakan untuk melayani turis bahkan mereka menyediakan satu buah handphone khusus untuk hal ini, dan ini juga berlaku di tempat penjualan souvenir jadi walaupun mungkin kesanya lama tapi mereka ternyata sangat helpful loh.

img_0148
Suasana Kota di pagi hari lumayan bersih kotanya

Jika anda sudah pernah membaca blog saya ini maka saya sudah menceritakan sedikit pengalaman saya ke China dalam beberapa tema seperti kisah di Muslim Street dan Teracotta Warrior jika ada waktu mohon dilihat postingan saya sebelumnya.

Kali ini saya akan lebih berfokus tentang apa yang menarik di kota ini ada beberapa hal yang saya merasakan kesan. Namun kesimpulanya adalah kota ini benar-benar mengesankan dalam perjalanan saya.

Indahnya Xi’an City Wall dari salah satu sudut jalan

Berdasarkan kutipan dari wikipedia Xi’an merupakan sebuah kota kuno tiongkok, yang terletak di Propinsi Shaanxi Sebagai salah satu kota tertua di Tiongkok, Xi’an adalah salah satu dari empat Ibu kota Kuno Tiongkok karena kota ini telah menjadi pusat pemerintahan banyak dinasti-dinasti Tiongkok yang paling berpengaruh, termasuk Zhou, Qin, Han, Sui, dan Tang. Xi’an adalah titik paling timur dari Jalan Sutra dan dikenal sebagai situs bersejarah Prajurit Terakota dari masa Dinasti Qin. Dan memang rata-rata turis yang ke Xi’an tetap mengunjungi Teracota. Kota Xi’an memiliki sejarah lebih dari 3.100 tahun dan dikenal sebagai Chang’an sebelum era Dinasti Ming.

Mengapa saya memilih Xi’an ada beberapa hal sih, pertama karena kebetulan dapat tiket promo nya memang ke Xi’an dan bukan Beijing, kedua saya penasaran banget sama yang namanya Teracota, dan yang ketiga adalah karena di tempat ini tempat syuting nya film yang sangat saya sukai di era 90 an yaitu The Condor Heroes dimana adegan perang nya di setting di salah tembok kota yang dulunya sangat terkenal ini bernama The Xian City Wall.

Tidak seperti kebanyakan turis yang lainya dimana hari pertama di kota ini mereka langsung menuju ke Terracotta Warriors tapi saya lebih memilih eksplorasi kota dulu akhirnya saya mengunjungi salah satu objek wisata dari kota ini yaitu Xian City Wall dengan menaiki stasiun metro yang terletak di sebelah penginapan saya maka saya sampai di tembok tua ini.

Xi”an City Wall dan kota ini sudah sangat menyatu

Xian City Wall adalah tembok kota lengkap yang bertahan di China setelah The Great Wall yang ada di Beijing, serta menjadi salah satu sistem pertahanan terbesar kuno militer di dunia pada era nya dahulu. Tembok ini berdiri sepanjang 12 meter (40 kaki), 12-14 meter (40-46 kaki) lebar di bagian atas dan 15-18 meter (50-60 kaki) tebal di bagian bawah. Luasnya mencakup 13,7 kilometer (8,5 mil). Setiap 120 meter, ada benteng yang meluas keluar dari dinding utama. Jika dihitung ada 98 benteng, yang dibangun untuk bertahan melawan musuh atau ancaman dari luar yang berniat memanjat ke dinding ini. Walaupun tidak semegah The Great Wall yang ada di Beijing namun tembok ini merupakan salah satu tembok yang menyimpan historis yang sangat luar biasa.

Tembok ini mempunyai empat gerbang dan mereka masing-masing bernama sebagai Chang’ie (berarti sukacita kekal) untuk  Pintu Timur, Anding (harmoni kedamaian) di Pintu barat, Yongning (kedamaian abadi) di Pintu selatan dan Anyuan (selamanya harmonis) di Pintu utara. Masing-masing pintu terhubung dengan subway metro sesuai dengan nama masing-masing gerbang. Saya masuk dari gerbang utara yaitu Anyuanmen dan tidak ada alasan khusus kenapa saya melalui rute ini, nah setelah tiba di gerbang utara kita diminta untuk membeli tiket terlebih dahulu lumayan mahal sih 54 Yuan kurang lebih 100 ribuan. Sekedar informasi untuk di China memang biaya untuk masuk ke dalam salah satu tempat wisata tarifnya relatif mahal.

img_0038
Gerbang Anyuanmen tempat saya masuk ke tembok yang luar biasa ini

Tiket pun sudah di tangan dan siap untuk menjelajah, karena tempat ini sangat luas ada disediakan rental sepeda dengan self service tarifnya murah saja, untuk single bicycle tarifnya 45 yuan 2 jam sedangkan yang tandem atau lebih dari satu dudukan tarifnya lumayan mahal tapi bisa buat berdua 90 yuan 2jam. Saya lebih memilih jalan kaki saja sih dibandingkan dengan naik sepeda. Saya sangat kagum dengan kekokohan dari bangunan yang sudah ada sejak abad ke ke 6 ini pada masa dinasti Tang dan diperbesar lagi di masa Dinasti Ming di abad 14.

img_0160
Jadi ingat dengan film aksi Mandarin di era 90-an

Yang paling saya sukai adalah suasana oriental nya yang begitu terasa ketika kita mengelilingi tembok besar ini dan benteng-benteng pertahanan yang merupakan tempat para pasukan penuh menjaga benteng ini masih sangat kokoh dan yang paling utama adalah bersih. Ada menara kecil di antara menara pengawas dan menara benteng yang mereka sebut sebagai menara para pemanah. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya melihat film Great Wall yang diperankan oleh Matt Damon, nah dari film ini saya membayangkan betapa luar biasanya pasukan negeri ini baik sebagai pemanah dan memantau pengawasan agar tidak boleh ada satu pun yang masuk melewati tembok ini.

Kebetulan ada latihan Security pemandangan yang lumayan untuk pagi hari ini

Dengan diiringi oleh lagu nuansa mandarin yang memang sengaja diputar sebagai backsound dari tempat ini mengingatkan saya akan kisah-kisah aksi dinasti Ming di layar kaca televisi Indonesia di era 90 an. Yang menarik adalah di balik tembok ini di sebelah kanan saya menemukan pemandangan yang kuno berupa rumah asli tradisional Mandarin akan tetapi di sebelah kiri berseliweran mobil dan juga pemandangan kota metropolitan yang dapat dikatakan cukup semrawut sama kayak di Jakarta.

img_0053
City Wall
img_0154
Ini merupakan benteng yang paling besar yang ada di sepanjang tembok ini
img_0088
Luas juga tembok ini lumayan melelahkan jika hanya mengunakan kaki
img_0110
Suasana Oriental sangat terasa di sini
img_0064
Ini adalah Menara Para Pemanah
img_0141
Pemandangan Metropolis di sebelah kiri tembok
img_0091
Pemandangan Rumah Tradisional China di sebelah kanan tembok
img_0143
Menara Pengawas yang ini adalah menara yang paling kecil di sepanjang tembok ini
img_0054
Ada taman-taman asri dan bersih di sekeliling tembok

Setelah kurang lebih 1 jam saya mengitari tembok ini kemudian saya pun kembali ke gate awal saya datang untuk melanjutkan perjalanan saya ke Bell Tower, Drum Tower, dan Muslim Street. Untuk Muslim Street mungkin tidak saya ceritakan karena sudah ada cerita sebelumnya. Nah setelah melewati pintu keluar dari City Wall saya berjalan keluar eh tiba-tiba saya menemui sebuah bangunan ala candi rupanya itu adalah kelenteng peribadatan agama buddha, sekedar informasi Xi’an adalah tempat awal berkembangnya agama Buddha di China, di sinilah ada sebuah pagoda awal yang menyerupai pagoda asli agama Buddha di India dari tanah liat. Pagoda kuno India di kota ini dapat dilihat di Dayan Pagoda (Big Wild Goose Pagoda) yang jaraknya lumayan jauh, yaitu sebuah Pagoda awal tempat Biksu Zhang yang ditugaskan oleh Kaisar untuk melintasi Jalur Sutra dan sampai ke India untuk membawa salinan asli bahasa Hindi dari Kitab suci Sang Buddha dan diterjemahkan ke Bahasa Mandarin. Nah kisahnya sang Biksu ini yang dijadikan legenda “Kera Sakti” loh atau menjadi novel “Journey To The West”, menurut penduduk sekitar sebenarnya Biksu Zhang hanya pergi sendiri namun 4 murid yang menjaga sang Biksu merupakan menifestasi dari kepribadian sang biksu sedangkan para siluman yang ingin memakan sang biksu merupakan bentuk perjuangan sang biksu menempuh perjalanan ke barat yang sangat jauh dan penuh tantangan tersebut. Jadi sedikit banyak bentuk pagoda yang ada di Big Wild Goose Pagoda ini merupakan bentuk pagoda yang asli dari tanah liat yang merupakan kebudayaan India atau Nepal gitu, namun sayangnya ketika saya mengunjungi Pagoda ini sedang dalam renovasi sehingga ya agak kurang bagus difoto namun beberapa foto menarik akan saya tampilkan di sini. Yang saya pelajari adalah bahwa bentuk pagoda yang saat ini juga banyak di Indonesia merupakan bentuk akulturasi dengan Budaya China itu sendiri sehingga banyak ornamen Naga atau warna-warna seperti Merah, kuning, hijau, dan lainya. Hmm pelajaran yang sangat menarik.

img_0115
Saya merasa berada di abad pertengahan ketika Dinasti Ming berkuasa

Melalui pandangan mata Bell Tower tidak jauh  terlihat sehinga saya pun berpikir sebaiknya untuk menuju ke sana dengan jalan kaki, alternatif lain selain jalan kaki adalah melalui Metro yang mana hanya berbeda satu stasiun. Namun saya melihat ada keanehan kenapa beberapa orang jalan dari tangga menuju ke bawah saya pun penasaran dan saya ikuti, akhirnya saya menemukan sebuah underground yang memang dikhususkan untuk pejalan kaki namun kondisi di bawah crowded banget kebetulan hari sudah siang jadi banyak warga kota yang pergi istirahat siang. Jika anda berniat ingin masuk ke dalam Bell Tower pintu masuknya  ternyata ada di seputaran underground ini.

img_0169
Ini dia pagoda  tanah liat yang saya lihat dalam perjalanan saya ke Bell Tower
img_0256
Kisah Biksu Zhang yang berangkat ke Barat (India) diabadikan sebagai patung di depan Big Wild Goose Pagoda (Dayan Pagoda)
Saya dan Dayan Pagoda, yang sayangnya lagi direnovasi, pagoda ini merupakan pagoda tanah liat yang hampir sama dengan yang ada di India bahkan Asia Tenggara

Setelah sampai di ujung underground yang ada tulisanya Bell Tower saya pun bergegas menaiki tangga menuju ke atas dan tampak lah Bell Tower yang memang sangat indah sekali terlihat. The Bell Tower (Zhong Lou), adalah bangunan tradisional megah, yang menandai pusat geografis ibukota kuno ini. Menara kayu yang merupakan menara terbesar dan terbaik  ini mempunyai tinggi 36 meter (118 kaki). Bangunan ini berdiri di atas dasar batu bata 35,5 meter (116,4 kaki) panjang dan 8,6 meter (28,2 kaki) di setiap sisi. Bangunan ini Selama Dinasti Ming, menjadikan simbol kota Xi’an sebagai kota militer penting di wilayah China Barat Laut, sebuah fakta yang tercermin dalam ukurannya. Menara ini dibangun pada tahun 1384 oleh Kaisar Zhu Yuanzhang dengan fungsi yang sangat sederhana yaitu sebagai cara untuk menyebarkan informasi kepada warga apabila ada peringatan dini dari serangan di luar tembok yang informasi tersebut didapat dari menara pengawas di City Wall, bagaimanakah caranya memberitahukan warga ya dengan membunyikan lonceng besar yang terdapat di Bell Tower ini, yang membuat namanya menjadi Bell Tower. Arsitekturnya sangat khas dengan arsitektur dinasti Ming yang sangat extraordinary ini.

img_0175
Bell Tower di siang hari tetap megah

Selepas puas memandang Bell Tower saya melanjutkan perjalanan jalan kaki kurang lebih 750 M berjalan arah utara dari Bell Tower di sana ada satu lagi Tower yang hampir mirip dengan Bell Tower namanya adalah Drum Tower. Keduanya sering disebut “sister tower” yang mana memang agak sulit dibedakan mana Bell Tower dan mana Drum Tower. Drum Tower difungsikan sebagai tempat menabuh drum pertanda waktu jadi pada masa dinasti Ming jika ada perhelatan besar yang melibatkan seluruh warga kota maka akan dilaksanakan di sekitaran tempat ini dan pastinya suara drum akan mengiringi acara tersebut. Bangunan ini merupakan panel struktur bertingkat dua, dengan tinggi 34 meter (sekitar 112 kaki) dan  52,6 meter (sekitar 172 kaki) dari timur ke barat serta 38 meter (sekitar 124 kaki) lebar dari utara ke selatan. Gaya arsitektur menara Drum ini adalah kombinasi dari gaya Dinasti Tang dan Dinasti Qing. Tepat di belakang Drum Tower ini adalah Muslim Quarter.

img_0184
Ini adalah Drum Tower kembaran Bell Tower
img_0186
Drum Tower close up

Tidak puas memandang di siang hari berdasarkan informasi dari Instagram kalau melihat Bell Tower dan Drum Tower juga harus di malam hari. Menjelang pukul 9 malam saya bergegas untuk melihat menara ini, dan benar sekali ternyata jauh lebih indah dan turis yang berkumpul juga sangat banyak sekali. Khas warna lampion dan perpanduan warna nya menyebabkan keindahan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Di dekat Bell Tower dan juga Drum Tower banyak terdapat tempat menjual souvenir yang pastinya harganya lumayan miring/murah jadi pastikan kalian mampir jika datang ke menara ini.

img_0261
Bell Tower di malam hari sangat cantik dan colourful
img_0276
Di Malam Hari kawasan Bell Tower sangat ramai dan ada penjualan souvenir yang murah meriah loh
img_0277
Drum Tower pun tidak kalah menarik juga
img_0278
Silau namun Segar Drum Tower di malam hari

Perpaduan pelangi bukan juga merupakan kata-kata yang tepat mendeskripsikan keindahan malam itu dengan latar belakang Bell Tower dan Drum Tower di malam ini menjadikan perjalanan saya ke Xi’an adalah perjalana  yang sangat indah. Dan dengan selesainya pemandangan indah ini maka selesai perjalanan saya di Xi’an di kota kuno oriental yang sangat menarik untuk dikunjungi jika Anda ingin mencari sebuah alternatif kota di China selain kota besar seperti Beijing, Hongkong, dan Shanghai.

Ferdi Cullen

Ancient Experience : Mengenang Judge Bao di Persidangan Kuno Pingyao

Pagi itu hujan turun dengan derasnya, namun sebagai seorang traveller tentunya hal itu tidak akan mematahkan semangat saya, sambil bersiap mengambil payung saya pun akan menjelajah kota kuno Pingyao. Kurang lebih 300 M dari penginapan saya, saya temui loket penjualan tiket One Day Pass yang merupakan akses masuk ke 28 museum dan atraksi yang ada di Kota kuno ini. Setelah mendapatkan tiket tujuan saya selanjutnya adalah menjumpai Judge Bao ehh pada belum tau ya siapa Judge Bao yuk mari dengarkan kisah saya di Mengenang Judge Bao di Persidangan Kuno Pingyao dalam kajian Ancient Experience.

Sebelum kita masuk ke cerita utama, akan saya ceritakan sedikit tentang Judge Bao. Jadi sekitar era 90 an di Indonesia, muncul begitu banyak soap opera dari negeri Tiongkok, salah satunya adalah Judge Bao ini. Film serial yang berasal dari Taiwan ini mengisahkan kisah seorang Hakim yang bernama Bao Zheng yang hidup di Dinasti Song, beliau menjadi Hakim sekaligus Walikota di kota Kaifeng, beliau dikenal dengan keberanian dan ketegasanya menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Pada film tersebut Hakim Bao digambarkan sebagai warga Tiongkok berkulit Hitam, hal ini dikabarkan warna kulitnya yang hitam menyiratkan simbol “kegelapan” di dunia Keadilan Imperial China masa lalu. Banyak pejabat yang korupsi, rakyat yang kelaparan, dan orang kaya semakin kaya dengan menginjak yang miskin.

Satu kisah yang saya ingat adalah ketika beliau mengadili Chen Shimei menantu raja, atas tuduhan Qin Xianglian. Chen dan Qing tadinya sepasang suami istri. Chen pergi ke ibu kota Kaifeng untuk mengikuti ujian negara. Setelah lulus, Chen bukannya kembali menjemput orang tua, istri, dan anaknya, ia malah mengaku bujangan dan berhasil memperoleh nama dan kedudukan dengan jalan menikahi putri raja. (mirip kisah Malin Kundang lah hehehehe)

Sementara itu Qin terpaksa membanting tulang merawat mertua dan anaknya. Ketika bahaya kelaparan melanda desa sampai menewaskan kedua mertuanya, Qin lantas membawa anak-anaknya ke Kaifeng. Namun, ia mendapati suaminya telah menikah lagi dan menolak mengakui keberadaan mereka. Qin mengadukan nasib malangnya kepada Hakim Bao yang terkenal keadilannya. Hakim Bao lantas mengambil tindakan tegas untuk menghukum mati sang menantu raja, meski taruhannya adalah nyawa dan kedudukannya sendiri. Keputusan ini ditentang permaisuri yang melarangnya mencampuri urusan keluarga raja. Perintah tegas permaisuri ini pun ditanggapi dengan ujaran dingin, “Keluarga raja dan rakyat jelata mempunyai kedudukan yang sama. Jadi, tetap harus tunduk pada hukum negara.” tegas Hakim Bao, manakala permaisuri mengancamnya dengan kekerasan, Bao malah memilih menanggalkan topi dan jubahnya. Hukuman mati bagi Chen tetap dilaksanakan. Benar-benar kisah yang sangat inspiratif sih menurut saya berikut cuplikan seri tersebut.

Terus apa dong hubungannya dengan kota Pingyao yang saya datangi beberapa waktu lalu?, memang bener sih gak ada hubungan secara langsung antara Pingyao dan Kisah Judge Bao yang sangat menginspirasi ini. Namun di kota kuno ini ada sebuah museum yang disebut Museum Pingyao County Government Office. Museum ini adalah kompleks administrasi  pemerintahan kota Pingyao kala itu. Perkantoran kuno ini dibangun pada tahun 1346 jadi kurang lebih sudah 670 tahun, dalam bahasa China bangunan ini disebut Gu Xianya, lokasinya tepat berada di tengah kota Pingyao. County Government Office ini merupakan akar administrasi peradilan di pemerintahan Feodal China. Sang Kepala atau pimpinan di perkantoran ini dapat disebut sebagai Hakim Ketua atau Magister atau Fumu Guan yang merupakan Bapak atau Ibu bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya tempat ini merupakan tempat Pengadilan, berada di sini saya jadi memahami bagaimana negeri ini benar benar sangat paham apa artinya memberikan keadilan itu. Sebelumnya saya memang sering mendengar bahwa koruptor di negeri ini akan dijatuhkan hukuman mati, jadi dengan mengabadikan tempat ini saja saya sudah sangat yakin bahwa China merupakan negeri mengarap serius namanya keadilan dan itu menurut saya suatu pelajaran yang sangat berharga yang saya petik dari kunjungan saya ke Mainland China.

Hujan di Gerbang Utama Museum ini

Nah kembali ke cerita, ketika itu hujan sangat deras sehingga belum banyak orang datang ke museum ini, tempat ini tidak begitu luas bagian depan adalah sebuah halaman panjang berbentuk persegi, terdapat ruang pengadilan di ujungnya, yang disebut dengan Central Courtyard Yamen atau disebut juga Ceremonial Gate yang merupakan aula pengadilan utama untuk kasus besar, menariknya di sini ada 3 pintu untuk 3 kalangan, pintu tengah adalah untuk para pejabat dan tamu kehormatan misal Kaisar yang ingin langsung melihat pengadilan, kemudian Pintu Timur untuk para saksi dan juri serta karyawan pengadilan dan Pintu Barat nah ini adalah untuk para kriminal yang hendak diadili bersama para penjaga.

IMG_0436
Ruang Utama Persidangan, ini adalah tempat duduk Magister atau Hakim Ketua

Ada beberapa benda menarik di Central Hall ini, pikiran saya langsung melayang ke serial Judge Bao seketika melihat ruangan ini karena tempat duduk Magister begitu mirip dengan tempat duduk Hakim Bao di film itu, makanya saya ingin menulis perumpamaan dengan kisah tersebut, tapi setelah dilihat lihat memang rutinitas yang ditunjukan di cerita tersebut sama persis dengan yang ada di ruangan ini. Mulai dari bedug/drum  tempat menabuh tanda ada pengaduan bagi para korban ketidakadilan, yang ingin agar hakim menyelesaikan masalahnya maka caranya sangat mudah silahkan menabuh drum tersebut, bagi siapa saja tanpa memandang bulu dan drum dapat ditabuh 24 jam dan si korban berhak membangunkan hakim kapan pun 24 jam (berat ya kerjaan hakim), dan ketika hakim sudah datang dia pun menghadap ke hakim dan mulai menceritakan kisahnya. Apapun kasusnya, berat maupun kecil si hakim harus sabar mendengarkannya wah ini benar benar tantangan sama si Hakim.

IMG_0437
Dug…Dug…Dug, siapa penabuh drum ini maka dia punya masalah yang harus diselesaikan oleh Hakim

Tapi ternyata tidak sembarangan kasus memang kalau ternyata sang penabuh bedug setelah menghadap hakim diketahui hanya main-main dan atau membuat sebuah kebohongan maka hakim akan menjatuhkan hukuman berupa pukulan dengan mengunakan tongkat pukul warna merah. Bagian atas tongkat ini bisa digunakan dengan secara horizontal dan bisa juga vertikal, tergantung jenis hukuman yang diberikan kepada si tersangka. Selain tongkat pukul ada juga di meja hakim yaitu semacam stik kecil  ada yang berwarna merah dan hitam. Setiap si hakim hendak menjatuhkan vonis maka beliau harus melempar stik ini ke ruang sidang, merah artinya si tersangka dinyatakan tidak bersalah, dan hitam artinya bersalah, biasanya untuk stik hitam sang hakim akan melempar sekaligus mengucapkan jenis hukumanya. Hukuman beragam mulai dari pukulan, hukuman penjara, pengasingan, sampai hukuman mati. Hakim merupakan pekerjaan yang sangat mulia di negeri ini dan merupakan jabatan yang diberikan langsung oleh sang Kaisar, representasi dari kaisar adalah dalam bentuk Segel sang hakim yang langsung dikirim oleh Kaisar dari ibukota, biasanya di setiap persidangan maka segel tersebut wajib harus ada bersama hakim dan bahkan hakim harus menjaganya dengan hidupnya jangan sampai segel tersebut hilang.

IMG_0438
Tongkat yang digunakan para penjaga memukul tersangka untuk hukuman ringan
IMG_0446
Segel Hakim yang wajib dijaga Hakim bahkan oleh hidupnya
IMG_0444
Jika Hakim melempar stik merah maka Tersangka dinyatakan Tidak Bersalah
IMG_0445
Jika Hakim melempar Stik Hitam maka Tersangka Bersalah dan akan dijatuhi hukuman setimpal

Selain stik ada juga beberapa senjata lainya seperti tombak dan pedang, bahkan sampai ada sebuah dorongan kayu berkepala singa yang kabarnya di situ tempat ditaruh alat pancung yang khusus untuk tersangka yang akan diberikan hukuman mati, jadi hakim berhak loh memberikan hukuman mati wah kebayang gak sih berat sekali beban jadi hakim itu. Jika kita berjalan lagi menelusuri museum ini maka kita bisa melihat rumah sang hakim dan ada satu ruang pengadilan kecil yang biasanya digunakan untuk kasus yang lebih kecil. Ada juga beberapa kuil disini wujud dari rohani hakim yang setiap pagi wajib untuk berdoa.

IMG_0449
Dorongan Kayu berlambang Singa ini merupakan tempat pisau penjagal saat ini pisau sudah tidak ada, gunanya pisau tersebut adalah menghukum mati Tersangka langsung di persidangan
IMG_0467
Ruangan ini digunakan oleh Hakim untuk berdiskusi dengan penasehat hakim dalam memecahkan berbagai kasus
IMG_0461
Ruangan Persidangan ini sudah berusia 600 tahun namun sangat awet

Satu lagi jika anda hendak kemari, anda juga bisa menyaksikan sebuah pementasan teatrikal setiap pukul 9.30 pagi tentang kondisi peradilan di masa Dinasti Qing namun sayangnya karena pada jam tersebut hujan sudah berhenti dan orang-orang sudah berkumpul begitu banyak sehingga saya tidak bisa merekam dengan jelas, kemudian pertunjukanya juga tidak terlalu lama hanya 5 menit dan mengunakan bahasa China yang saya tidak begitu paham, tapi seneng juga sih lihat para pemain mengunakan pakaian dinasti Qing karena di acara ini para pemain wajib mengenakan atribut tempo dulu.

IMG_0490
Acara Teatrikal tentang Persidangan Kuno mirip kisah Judge Bao

Selepas dari situ saya juga lihat penjara dan terowongan yang digunakan para penjaga untuk menghukum para tersangka, agak naik sedikit kita akan berjumpa dengan Menara Arwah Rubah. Yup dalam mitologi China, arwah Rubah merupakan salah satu lambang peradilan sehingga hanya hakim saja yang boleh datang memanjat menara ini. Bahkan menurut rumornya siapa yang sudah memanjat menara ini akan sukses karirnya menanjak seperti hakim Amin deh.

IMG_0493
Pasung yang digunakan untuk memasung para Tersangka makanya jangan berbuat jahat ya
IMG_0485
Suasana Altar Arwah Rubah begitu tenang dan damai di sini
IMG_0486
Lukisan Representasi Arwah rubah sebagai wanita yang selalu mengawasi jalanya persidangan
IMG_0483
Mitosnya kalau sudah sampai di Menara Arwah Rubah akan diberikan karir yang sukses seperti para hakim Amin deh

Dari atas Menara Arwah Rubah kita bisa melihat keindahan atap atap rumah-rumah warga Pingyao yang ternyata sangat cantik dan memang gak banyak ya orang yang mau naik ke mari hehehe karena tangganya memang banyak banget dan lumayan melelahkan tapi saya sangat worth it menikmati keindahan atap-atap kuno ini benar-benar pemandangan yang sangat menarik menurut saya apalagi setelah hujan turun terasa syahdu. Akhirnya setelah puas saya pun segera turun ke bawah dengan banyak sekali inspirasi. Hakim Bao engkau memang pantas disebut hakim Agung luar biasa.

IMG_0476
Atap rumah warga Pingyao dari atas Menara Arwah Rubah, syahdu karena baru selesai Hujan

Ferdi Cullen

Pesona Yang Tersembunyi di Kota Tua PINGYAO

Pingyao, bagi sebagian orang pasti nama kota ini terdengar begitu asing di telinga. Walaupun demikian kota ini masuk ke dalam jajaran situs warisan budaya dunia UNESCO pada tahun 1997. Kota ini menjadi bukti nyata sekaligus saksi bisu kejayaan dua dinasti di Mainland China yaitu Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Namun yang menarik adalah kota ini luput dari pantauan turis mancanegara, hanya turis lokal saja yang banyak mendatangi tempat ini. Kota ini kalah bersinar dibandingkan kota tua lainya yaitu Kota Lijiang yang berdekatan dengan Beijing, namun bukan berarti hal tersebut menghalangi langkah saya untuk mengetahui dan menjadi saksi dari keindahan kota tersebut. Ikuti kisah nya di artikel berikut ini.

City-Map-of-Pingyao
Peta Kota Pingyao Sumber : Chinadiscovery
IMG_0596
Gerbang Utara Tembok Kota Pingyao

Berada di provinsi Shanxi Tengah, sekitar 100 km dari dari ibukota provinsi yaitu Taiyuan. Pingyao merupakan sebuah kota kuno yang dibangun di masa Dinasti Zhou. Kota ini sangat dilindungi oleh pemerintah China, karena diyakini mempunyai sejarah lebih dari 2700 tahun yang lalu. Kota ini dikelilingi oleh sebuah tembok yang menjadikan kota ini layak disebut The Wall City of Pingyao. Dengan panjang 6 km, tembok ini dibangun dengan pondasi batu dan marmer yang sangat kuat. Tembok kota ini sangat unik yaitu membentuk simbol kura-kura, menurut mitologi China kura-kura adalah lambang umur panjang dan kota ini memang bertahan sampai saat ini sudah berumur ribuan tahun.

IMG_0591
Kiri kanan semua bangunan berumur ribuan tahun
IMG_0609
Gerbang memasuki kawasan kuil di Pingyao
IMG_0610
Jalanan Kota Pingyao sudah seperti di dunia persilatan
IMG_0586
Pintu model Kang ini banyak menghiasi rumah di dalam kota Pingyao

Kita akan bercerita terlebih dahulu mengenai bagaimana cara untuk sampai di kota ini. Ada beberapa cara untuk sampai ke kota ini. Cara yang saya gunakan adalah cara yang praktis and no ribet yaitu naik China High Speed Train saya akan bahas cara yang saya gunakan yaitu dari kota Xi’an tepatnya di Xi’an North Railway Station saya mengunakan kereta api cepat yang sudah saya booking sebelum saya melakukan perjalanan ke China yaitu kurang lebih 3 bulan sebelumnya di website chinatripadvisor, tiket kereta cepat saya beli dengan harga promo yaitu USD 20 ditambah pajak kurang lebih kita membayar USD 26 sekali berangkat dengan kelas penumpang yaitu 2nd Class. Lama perjalanan adalah 3 jam 20 menit dan kereta cepatnya juga sangat bersih dan nyaman.

IMG_0584
Jalan kota Pingyao yang sangat indah
DCIM100MEDIA
Saya berusaha selfie di menara Tengah Kota Pingyao yang sudah berumur ribuan tahun
IMG_0646
Rumah ini mengingatkan saya akan rumah Tjong A Fie di Medan namun yang ini usianya sudah 500 tahun

Tips : Jika anda ingin memesan tiket kereta api dan pesawat domestik di Mainland China saya rekomendasikan website ctrip.com karena di website ini sangat lengkap sekali untuk keterangan lama perjalanan, stasiun keberangkatan, stasiun kedatangan, nomor kursi. Selain website ini saya juga rekomendasikan chinatripadvisor.com dimana saya memesan tiket kereta saya menariknya adalah di Chinatripadvisor ini kita terdapat pilihan antar ke hotel sehingga kita bisa menerima langsung tiketnya yang diantar langsung ke hotel tempat kita menginap Free of Charge asyik kan silahkan lihat websitenya ya.

Saya tiba di Pingyao sudah malam hari, saya langsung menuju ke kawasan kota tua karena saya menginap di kawasan dalam kota tua Pingyao. Saya menginap Pinyao Harmony Guest House saya dapat Single Room kamar tradisional China model Kang, kebayang gak sih gimana rasanya bisa tidur di kamar khas China tersebut. Dengan hanya  125 yuan satu malam total saya menginap 2 malam yaitu 250 yuan (ya lumayan mahal sih memang hampir 500 ribu ) tapi saya puas banget menginap di situ.

DCIM100MEDIA
Ceritanya tersesat dan mencari Pendekar Ulat Sutera
DCIM100MEDIA
Serasa berada di masa lalu

Dari Pingyao Harmony Guest House kita hanya tinggal berjalan kaki saja mengelilingi kawasan kota tua Pingyao, jadi tidak perlu ada lagi namanya biaya transportasi publik untuk wisata di kota ini.

Menjelajah kota Pingyao membuat saya seperti berada dalam setiap setting dan latar dalam film seri laga China yang dulu pernah tren di Indonesia di era 90 an sebut saja The Return of Condor Heroes, Pendekar Ulat Sutera, sampai Pedang Pembunuh Naga. Saya tidak mendapat banyak informasi bahwa film tersebut ada dibuat di sini namun atmosfir dan suasananya begitu kental dan terasa seperti saya berada di lokasi dimana para pendekar itu biasanya tiba di sebuah kota.

IMG_0592
Pedagang kaki lima di Pingyao
IMG_0590
Pingyao di tengah keramaian penduduk lokal

Mulai dari pedagang kaki limanya, kemudian struktur bangunanya yang murni dibuat kayu dengan pintu khas model Kang yang bisa digeser geser, jalanan nya sampai udara nya yang begitu bersih. Berbeda sekali dengan kota Xi’an yang setiap hari macet sama kayak di Medan. Sekedar informasi kota tua Pingyao ini kendaraan bermotor dibatasi sehingga namanya mobil dan motor yang notabene berpolusi tinggi dilarang masuk, tapi saya masih melihat sih satu dua mobil, namun udaranya benar benar sangat bersih saya suka sekali tinggal di sini rasanya seger sekali.

Sebagai sebuah cagar budaya, kota ini dipenuhi dengan kuil dan museum maka boleh saya katakan kota ini adalah Surganya Museum dan Kuil kali ya. Beberapa buah kuil yang menarik untuk dikunjungi adalah Temple of The City God yang merupakan kompleks kuil yang terdiri dari 3 kuil. Selain itu banyak sekali atraksi museum yang penuh pesona, museum yang paling banyak dikunjungi adalah Rischensang Exchange Shop yang dibangun pada masa pemerintahan dinasti Qing.

IMG_0599
Selain gerbang besar banyak juga gerbang kecil yang sangat indah contohnya gerbang ini

Dari segi makanan di kota ini banyak sekali makanan khas yang bisa dicoba oleh para penggemar kuliner. Namun yang sangat saya sayangkan di sini tidak ada restoran halal jadi buat yang Muslim harus sangat berhati-hati dalam memilih makanan. Untuk biaya hidup jangan tanya disini murah murah harga satu buah air mineral saja 3 CNY jauh lebih murah dibandingkan di Xi’an.

Sedikit cerita mengenai Rischengsang ini, dulunya pada masa Dinasti Qing, Pingyao adalah kota yang terkenal sebagai kota Finansial, disinilah pertama kalinya ekonomi China berkembang dengan didirikanya sebuah tempat penukaran uang makanya disebut Exchange Shop, kala itu proses perdagangan dilakukan dengan barter namun untuk pertama kalinya dalam sejarah China di kota ini dikenalkan uang perak yang mana dapat dipertukarkan dengan barang berharga si nasabah. Jadi konsep nya adalah si nasabah mempunyai beberapa barang berharga yang akan ditaksir oleh para penaksir di toko ini kemudian mereka memberikan sejumlah uang perak kepada nasabah tersebut. Wah benar-benar konsep ekonomi yang sederhana tapi brilian. Kabarnya ini merupakan cikal bakal industri perbankan dan pada abad ke-18 kota ini merupakan Wall Street nya China.

Kemudian kunjungan lain yang sangat direkomendasikan di kota ini adalah mengunjungi tembok kota dan berjalan melewati tembok kota tersebut. Kecantikan kota Pingyao ditutupi dan dilindungi oleh tembok kota yang sangat megah ini. Tembok ini sudah melindungi kota dari bukan hanya dari perang namun dari modernisasi. Tembok ini terdapat 6 buah gerbang. Di sini kita bisa menikmati keindahan Pingyao dari ketinggian.

Tips : Untuk bisa masuk menikmati semua atraksi baik kuil maupun museum dan tembok kota Anda harus membeli tiket seharga 150 CNY dengan akses ke 20 tempat kunjungan wisata pastikaan anda dapat mengunjungi nya satu hari penuh mulai dari pukul 08.00 sd 18.00 mulai pukul 18,00 semua atraksi akan ditutup.

IMG_0630
Red Lantern menghiasi gang gang sempit kota tua ini
IMG_0636
Cahaya Red Lantern yang remang namun sangat indah

Menjelang malam saya merasakan keajaiban karena ternyata pada malam hari kota ini jauh lebih atraktif. Lampu lampion yang menjadi penerangan di kota ini mulai menyala dan saya pun merasakan keindahan dari lampu-lampu tersebut. Lampu-lampu tampak menghiasi semua bangunan tua baik restoran maupun cafe yang ada di kota ini. Keindahan malam dengan lampion merah merupakan hal yang sangat saya sukai dari kota ini dan merupakan hal yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya.

IMG_0622
Pingyao di Malam Hari begitu ramah dan menyenangkan sekali berjalan di malam hari
IMG_0625
Red Lantern di malam hari banyak yang sangat unik contohnya yang bergambar kupu-kupu ini

Demikian kisah saya di kota yang memberikan seribu kenangan bagi saya ini Saya tutup kisah saya di Pingyao ini dengan sebuah quotes.

Travel is not Reward for Working Its Education for Living

Ferdi Cullen

Huajuexiang Mosque dan Hui People Street : Bukti Peradaban Islam Tertua di Asia

Mesjid Huajuexiang atau yang lebih dikenal dengan Great Mosque of Xi’an atau Mesjid Raya Xi’an merupakan salah satu mesjid tertua di dunia. Mesjid ini merupakan mesjid pertama di China, dan sepengetahuan saya juga yang pertama di wilayah Asia Timur dan Tenggara. Mari simak kisah perjalanan saya ke kota Xi’an mengunjungi tempat yang sangat historis ini.

xian-1
Maps of Great Mosque Xi’an
SILKroad
Silk Road Map sampai ke kota Xi’an (Chang An)

Ada dua versi catatan sejarah yang menuliskan mengenai sejarah mesjid ini. Pertama adalah literatur yang menuliskan bahwa mesjid ini dibangun pada tahun 742 tepat 110 tahun setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Mesjid ini dibangun untuk menghormati para pedagang Persia dan Arab yang menempuh perjalanan jalur sutra tepat di kota Chang An (nama kota Xi’an kuno). Era Dinasti Tang ketika itu yang dipimpin oleh Kaisar Tian Bo memerintahkan pembagunan mesjid ini dengan tujuan agar membuat betah para pedagang Persia tersebut. Kala itu hubungan dagang sangat luar biasa antara pedagang persia dan China mereka saling bertukar barang dan mereka pun mendapat kesejahteraan dan kemakmuran bagi kedua belah pihak dengan adanya jalur Sutera tersebut.

Saya tentu percaya dengan teori pertama, namun catatan sejarah yang lain menceritakan bahwa mesjid ini dibangun oleh Laksamana Cheng Ho pada era Dinasti Ming. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Laksamana Cheng Ho seorang penjelajah China Muslim yang sangat suka sekali memakmurkan mesjid bahkan di negeri kita Indonesia ada beberapa mesjid yang dimakmurkan oleh sang Laksamana.

the_cheng_ho_treasure_ship
Laksamana Cheng Ho seorang penjelajah muslim yang hobi memakmurkan Mesjid

Yang menarik dari mesjid ini adalah arsitekturnya yang menurut kacamata orang Indonesia pasti tidak akan menyangka ini mesjid. Jika ditanya beberapa orang Indonesia sebenarnya bayangan mereka mengenai mesjid itu apa sih?, saya yakin jawaban mereka adalah kubah yup kubah mesjid, namun anda jangan salah di mesjid ini tidak ada sama sekali kubah.

IMG_0196
Gerbang Utama Mesjid sekilas seperti gerbang istana China biasa

Sekedar informasi saja bentuk kubah sendiri pun bukan milik Islam sepenuhnya, dahulu kubah banyak menjadi salah satu arsitektur kuil-kuil parthenon di masa Byzantium, kemudian ketika masuknya agama Kristiani sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi dengan cepat semua kuil Parthenon dirubah fungsinya menjadi Gereja, dan jadilah Gereja mempunyai bentuk kubah. Setelah penaklukan kerajaan Turki Ottoman di era abad 14 lah baru gereja-gereja di Konstatinopel dirubah menjadi Mesjid dan saat itu dimulai pengenalan adanya arsitektur Mesjid dengan Kubah oleh bangsa Turki ke seluruh dunia. Jadi please jangan lagi berasumsi bahwa mesjid harus berkubah ya.

IMG_0192
Tampilan taman di mesjid ini begitu asri

Sekian mengenai kubah, arsitektur dari Mesjid Huajuexiang ini mengadopsi dari bangunan tradisional China yang selalu menjadi landmark dari tempat peribadatan umat lain di China yaitu Buddhist. Oleh sebab itu banyak literatur yang menyebutkan ini merupakan mesjid kelenteng.

Mesjid ini mempunyai luas 12 ribu sd 13 ribu M2 dengan bentuk seperti persegi panjang dan memanjang dari timur ke barat. Mesjid ini terdapat empat Area yaitu Area Gerbang, Area Taman, Area Kekaisaran, dan terakhir adalah Area Peribadatan (Tempat jamaah sholat).

IMG_0205
Gerbang ini perpaduan budaya Timur Tengah dan China

Cara menuju ke mesjid ini saya mengikuti petunjuk dari travelchinaguide.com salah satu situs panduan ke negeri tirai bambu yang sangat lengkap saya sangat merekomendasikan website tersebut. Dan menariknya website ini terus diupdate sesuai informasi terbaru yang terjadi. Berdasarkan petunjuk dari website tersebut dikatakan bahwa kita pertama harus menuju ke Muslim Street. Cara untuk ke Muslim Street adalah dengan mencapai Drum Tower (salah satu icon menara di Xi’an), dari drum tower kita berjalan ke arah utara yaitu nama jalan Huajue Lane, nanti kita akan menjumpai orang-orang yang berpakaian muslim seperti pria mengunakan kopiah dan wanita berhijab kalau sudah menemukan ini percayalah anda tidak nyasar anda sudah sampai di Hui People Street atau dikenal dengan Muslim Street atau Muslim Quarter.

IMG_0215
Masuk ke bgian ini sudah mulai berasa suasana keislamannya

Untuk mencapai mesjid ini banyak para traveller yang tersesat, dikarenakan jalan menuju mesjid ini sangat sempit dan ada juga mesjid lain di sini namun kebanyakan mesjid tersebut lebih kecil, mesjid raya ini yang paling besar. Pada saat tiba di Huajue Lane tidak jauh dari situ kita bisa melihat sebuah papan nama jalan yang menunjukan jalan tersebut adalah Binyuanmen Street, sebelumnya menurut info para traveller bahwa tidak ada petunjuk menuju mesjid namun pada saat kedatangan saya ke Xi’an, papan petunjuk sudah ada dan percayalah papan petunjuk itu benar karena saya sudah menjalaninya. Jadi intinya adalah temui jalan Binyuanmen kemudian ada sebuah petunjuk dimana kita harus masuk dalam sebuah gang sempit yang jalan terus maka kita akan temui gerbang kecil mesjid nya.

IMG_0190
Tinggal ikuti saja petunjuk ini di Jalan Binyuanmen maka insyaallah anda tidak akan tersasar

Tiket masuk ke mesjid ini adalah 15 Yuan namun jika anda Muslim anda tidak perlu membayar cukup tersenyum dan bilang Assalamualaikum dan insyaallah mereka langsung memperbolehkan anda masuk. Jam buka tutup mesjid adalah pukul 08.30 sd 19.30.

IMG_0216
Arsitektunya dipenuhi dengan Pavilion yang merupakan budaya China

Kesan pertama ketika masuk ke mesjid ini adalah tenang dan sejuk. Pada saat itu jam sudah menunjukan waktu mendekati Zuhur, saya berkesempatan untuk menjalankan ibadah Zuhur saya di sini. Walaupun panas mendera sampai 28 derajat tapi berada di mesjid ini membuat saya merasa sangat sejuk.

IMG_0236
Unik sekali gerbang ini

Arsitektur mesjid ini memang kental dengan arsitektur kelenteng dan ornamen Tionghoa tapi jika dilihat dari dekat ternyata kaligrafi yang dituliskan di setiap batu merupakan aksara Arab, saya agak sulit membedakan antara aksara Arab dengan aksara China. Karena jika dari jauh terlihat sama tapi jika Anda perhatikan detail ternyata terdapat perbedaan dan aksara Arab disini sangat mendominasi jadi walaupun bangunannya mirip kelenteng namun  mayotitas aksaranya mengunakan aksara Arab wonderful banget kan.

Area kekaisaran merupakan area favorit saya, disini saya melihat adanya bangunan ruang kekaisaran yang terdapat batu dengan tulisan Arab yang menjelaskan mengenai perhitungan hari berdasarkan peredaran Bulan sesuai dengan kalender Islam, di tengah halaman berdiri pagoda berwarna biru toska yang disebut dengan “minaret”. Yup jelas dong apa maksudnya Minaret, iya disini lah para muazin mengumandangkan azan.

IMG_0211
Minaret Mesjid ini yang merupakan tempat mengumandangkan Azan mirip pagoda ya

Setelah selesai solat saya menjelajah sudut demi sudut dari mesjid ini banyak sekali penjelasan tentang ajaran islam yang diceritakan di mesjid ini mulai dari Rukun Iman dan Rukun Islam yang menjadi falsafah dasar Islam.

IMG_0224
Perpaduan Kaligrafi Arab dan China

Ornamen dinasti Ming juga sangat kentara di mesjid ini, dan hampir 75% dari bangunan mesjid ini juga dibangun pada masa Dinasti Ming sesuai dengan usulan Laksamana Cheng Ho kala itu kepada sang Kaisar. Nah jadi kesimpulan dari dua catatan sejarah yang saya ceritakan di awal yaitu mesjid ini memang didirikan tahun 742 Masehi dan kemudian dikembangkan menjadi besar pada masa dinasti Ming di era abad ke 14.Jadi bangunan yang kita lihat saat ini merupakan bangunan dari dinasti Ming. Kesimpulan yang menarik.

Ini merupakan pengalaman yang sangat tidak bisa saya lupakan dengan berkunjung ke mesjid ini harapanya saya juga ingin mengunjungi mesjid serupa yang ada di Indonesia yang juga didirikan oleh Laksamana Cheng Ho.

IMG_0222
Di belakang saya adalah ruang ibadah Sholat

Selesai berjalan jalan di mesjid saya melanjutkan perjalanan saya di jalan yang dikenal sebagai Hui People Street. Suku Hui adalah suku kuno di China layaknya suku Han namun mereka memeluk agama Islam dikarenakan kala Kota Chang An merupakan kota peristirahatan pedagang Persia melalui jalur dakhwah dan perkawinan mereka pun mengakusisi Suku Hui menjadi beragama Islam sampai dengan saat ini.

IMG_0188
Suasana Jalan Binyuanmen yang ramai sekali

Suasana jalan yang disebut Muslim Quarter ini merupakan suasana yang tidak jauh berbeda dengan suasana jalan di China pada umunya. Suara klakson dari kendaraan bermotor maupun sepeda listrik yang setiap saat bermunculan mengisyaratkan agar semua yang mendengarkan nya dapat minggir ke sebelah kiri atau kanan. Dari sisi jalan memang jalan di Muslim Quarter ini sempit dan di kiri kanan jalan banyak terdapat toko-toko penjual makanan halal. Namun perbedaanya adalah terdapat akulturasi suasana Timur Tengah dimana semua toko selain ada aksara China juga terdapat aksara Arab. Di kiri kanan saya semua penjual dan pedagang mengunakan kopiah bagi pria dan hijab bagi wanita.

IMG_0239
Pria Muslim di Muslim Quarter
IMG_0252
Spanduk unik bertuliskan bahasa China dan Arab

Bagi anda yang muslim anda akan ketagihan ke Xi’an karena semua makanan yang dijual di Muslim Quarter adalah Halal. Kulinernya juga merupakan salah satu kuliner yang paling enak di seantero China dan bahkan dunia. Saya gak terlalu banyak mencicipi makanan di sini sih karena perut saya memang agak aneh jadi kalau ada makanan yang jarang dimakan pasti rasanya agak tidak enak (pengalaman dulu ke Filipina). Oleh sebab itu saya gak terlalu banyak menikmati kuliner di sini.

IMG_0242
Pedagang mengunakan Kopiah

Makan siang pun tiba setelah keliling keliling dan bingung mau makan apa maka pilihan saya jatuh kepada makanan yang dinamakan Rou Jia Mo atau dikenal dengan Chinese Hamburger, kalau di tempat lain selain di Muslim Quarter makanan ini diisi dengan daging babi tapi disini mengunakan daging sapi dan kambing. Sesuai dengan namanya yaitu hamburger maka bentuknya adalah seperti hamburger diisi daging cincang yang direbus. Enak banget deh pokoknya satu Rou Jia Mo ini sudah buat saya kenyang dan gak makan lagi deh satu harian hehehe harganya pun murah hanya 5 yuan saja (sekitar 15 ribu rupiah).

IMG_0247
Ibu-Ibu Suku Hui
IMG_0244
Assalamualaikum Pak Haji
IMG_0253
Muslim Hui yang hidup dengan sangat damai

Selain itu ada juga daging yang dijadikan sate biasanya juga mengunakan daging babi namun tetap di sini mengunakan daging kambing dan jelas halalnya. Ada juga beberapa juice yang seger sekali, terus ada  varian permen dan kue beras ketan. Pokoknya bagi Anda yang penggemar kuliner saya sangat merekomendasikan untuk mencoba makanan yang ada di tempat ini.

1469924828205
Berbagai cemilan khas Tiongkok yang Halal
1469924828854
Sate Kambing wow delicious banget
1469924829213
Ini kue dari beras ketan
1469924829599
Berbagai jenis jus dan yoghurt

Selesai makan siang dan menelusuri seluruh jalan di Muslim Quarter saya pun kembali dengan hati puas karena banyak mendapat pelajaran tentang Islam dan masyarakatnya di kota yang sangat indah bernama Xi’an ini.

Ferdi Cullen

TERACOTTA WARRIORS: PRAJURIT PENJAGA MAKAM SANG KAISAR

Terracotta Warrior and The Horses Museum, sudah lama sekali saya berkeinginan ingin mengunjungi salah satu temuan arkeologi terbesar di abad 20, bernama Museum Terracotta Warrior and Horses ini. Museum yang mana patung prajurit di museum ini menjadi inpirasi dari film terkenal bernama The Mummy : Tomb of Dragon Emperor, selain kisah Mummy nya Brandon Frasser, saya ingat pertama kali melihat The Terracotta Warrior itu pada masa Game Lara Croft Tomb Raider yang sempat hits di era 90 an dimana salah satu setting dari lokasi si arkeolog cantik itu adalah museum ini.

 Museum ini terletak di kota Lintong, kurang lebih berjarak 40 an km dari kota tempat saya pertama kali berlabuh di China yaitu Xi’an. Perjalanan menuju ke tempat ini ditempuh melalui bus kurang lebih perjalanan 1 jam. Bus yang saya ambil adalah bus yang terletak di Xi’an Railway Station.

Xi’an Railway Station selain sebagai stasiun kereta api juga menjadi stasiun bus, di sini ada begitu banyak bus ke beberapa wilayah ataupun propinsi di China, namun ada sebuah tempat khusus bernama East Square yang isinya adalah bus menuju ke tempat-tempat yang menjadi tujuan utama di Xi’an atau pun sekitarnya. Bergegas lah saya menuju East Square tersebut, dan dengan mengunakan panduan dari travelchinaguide.com saya memasuki bus bernomor 5(306). Awalnya sempat tergoda untuk naik bus lain apalagi saat itu banyak sekali bus yang kondekturnya berteriak “Bin Ma Yong” yang artinya adalah museum terracota, namun harap berhati-hati karena bus tersebut bisa jadi harganya lebih mahal. Sempat ragu sih karena saya lihat orang bule pada naik bus lain sedangkan yang naik bus 5(306) yang non chinese cuman saya, tapi saya tetap yakin dengan bus tersebut alhasil saya sampai dengan selamat di Bin Ma Yong.

Ini dia Map daftar bus yang ada di Xian Railway Station Sumber chinahighlights.com

Tips : Jika anda ingin mengunjungi Terracotta Warriors and The Horses Museum, pastikan anda naik bus warna biru dengan nomor 5(306) dengan tarif 7 yuan sekali naik bisa sih dengan bus lain tapi rata-rata bus lain bakalan ngetem alias berhenti berhenti di beberapa tempat jadi agak lama dan kadang agak lebih mahal 1 atau 2 yuan harga nya misal jadi 8 yuan, jadi saya saranin naik yang 5(306) aja.

Setelah bus penuh, maka si kondektur dengan mengunakan bahasa mandarin mengisyaratkan let’s go dan berangkatlah. Bus ini termasuk nyaman dan bersih untuk harga 7 yuan yang kisaran 15 ribu rupiah AC nya jalan, tempat duduk nya pun nyaman, cuman ya agak berisik saja apalagi saat saya kemari lagi liburan sekolah jadi banyak banget keluarga yang menuju ke museum itu naik bus ini.

Tik Tok waktu berjalan sudah satu jam dan saya tiba, kondektur yang baik yang tahu saya turis langsung memanggil saya dan lagi-lagi dia bilang “Bin Ma Yong… Bin Ma Yong…..”. Perhentian bis ini rupanya berjarak kurang lebih 1-2 km dari loket pembelian tiket. Siap-siap berjalan kaki lagi ya menuju ke tempat loket pembelian tiket dengan jarak tersebut. Sama satu lagi siap-siap bakal diserbu dengan beberapa calo tiket yang akan menawari anda tiket masuk ke museum namun dengan harga yang lebih mahal. So jangan percaya ya lebih baik kita ngantri baik baik dan dapat tiket saja. Tolak saja mereka baik-baik ya lagipula mereka juga banyak yang gak ngerti bahasa inggris jadi lebih mudah sih nolaknya. Kemudian saya sempat bingung dengan jalan nya sepanjang perjalanan dari tempat berhenti bus ke loket ada toko-toko dan penjualan suvenir yang banyak banget saya sempat nyasar ada 15 menit an dan please jangan percaya dengan tanda panah dan arah di sini gara-gara saya mengikuti tanda itu jieer jadi nyasar dan terbuang waktu 15 menit. Akhirnya saya bertanya ke salah satu resto deket situ dengan mengunakan aplikasi bahasa cina pocket yang saya download dari playstore saya bertanya kepada pekerja resto syukurnya dia mau bantu dan kasih tunjuk lokasi tepatnya bahkan saya sempat diantar lagi sampai gerbang masuk makasih ya pak yang saya lupa nanya namanya.

Tips : Jika anda travelling ke China dan ada tidak mengerti sedikit pun bahasa Mandarin atau Hokkian, sebaiknya anda mendownload aplikasi Learn Chinese ini jadi kita akan lebih mudah berkomunikasi, asal anda tahu hampir 80% masyarakat Chinese tidak bisa Bahasa Ingris so be prepared.

Karena hari masih pagi dan hari ini adalah hari biasa saya pun antri sebentar saja. Dengan tiket seharga 150 yuan, yup tiketnya emang mahal sekaliiii…… Namun karena sudah niat ya harus kita jalanin. Memasuki gerbang satu persatu pengunjung dilakukan scan tiket, masuk lah ke sebuah taman rupanya masih jalan lagi sekitaran 1-3 km lagi sebelum sampai ke main entrance jadi sekitar 15 menit jalan kaki, bagi anda yang tidak mau jalan kaki ada fasilitas shuttle ke main entrance dengan harga 5 yuan saja, saya seperti biasa backpacker hemat saya pilih jalan kaki biar sehat hehehe, pada saat di ujung main entrance ada periksa scan tiket kembali dan tibalah kita di pekarangan museum.

Rute Museum Terracotta sumber : chinahighlihts.com

Sesuai dengan peta yang saya lampirkan ada 3 gedung utama yang bisa kita kunjungi di museum ini saya sebut nama gedungnya sebagai Vault. Museum ini sendiri luasnya adalah 16.300 M loh jadi sebaiknya anda siapkan waktu kurang lebih 3 jam biar puas jelajah musuemnya

Vault One berisi pasukan terracotta yang menjadi main atrraction disini. Pada vault ini ada ribuan patung pasukan terracota beserta dengan kuda dan kereta kencananya, kabarnya vault ini adalah tempat penemuan pertama dari para prajurit teracotta ini.

IMG_0301
Vault One

Berikut sekilas cerita tentang penemuan para prajurit ini, jadi sebelumnya lokasi musuem ini ada areal pertanian milik seorang petani yang pada saat sedang mengerjakan tugas nya pada tahun 1974 dia menemukan sebongkah batu yang mirip dengan pecahan patung. Pemerintah China adalah salah satu pemerintah yang sangat memberikan perhatian terhadap situs situs arkeologi dengan sigap mereka langsung melokalisasi daerah ini dan menjadikan situs tersebut sebagai tempat penelitian yang sampai saat ini sudah bisa kita saksikan bersama. Terima kasih pak petani dan pemerintah China.

Kita kembali ke Vault One yang merupakan gedung pertama yang saya singahi, wah gimana ya ini udah seperti hanggar pesawat sih kalau saya lihat luas banget dan disini berjejer lah para prajurit penjaga makam ini. Saat ini sudah kurang lebih 3000 prajurit yang sudah berhasil dirangkai oleh para arkeolog. Sekedar informasi bahwa awalnya bentuk prajurit teracotta hanyalah kepingan demi kepingan saja namun dengan ketekunan dan kegigihan para excavator ( ala ala scavenger kalau di Star Wars) mereka berhasil sedikit demi sedikit merangkai tubuh sang prajurit. Nampaknya pekerjaan seperti ini butuh kesabaran tingkat tinggi. Dan kabarnya lagi masih banyak prajurit yang masih terkubur, malah berdasarkan literatur sejarah ada sekitar 10 ribu prajurit yang memang dibangun oleh Kaisar Qin Shi Huang untuk menjaga makamnya ini.

kaisar
Kaisar Qin Shi Huang pendiri dinasti Qin

Kaisar Qin Shi Huang merupakan kaisar pertama yang menyatukan seluruh China Daratan ke dalam satu kekaisaran dimana sebelumnya mereka hanya terdiri dari beberapa suku-suku. Ada dua tempat yang menjadi hasil karya luar biasa dari sang kaisar yaitu Pertama adalah Tembok Besar China yang disebut The Great Wall merupakan hasil karyanya dengan ide menjaga wilayah China dari serbuan negeri tetangga ketika itu adalah Mongolia dan Russia. Kedua adalah makam besarnya yang kita kenal sebagai Terracota Warriors ini.

Sang kaisar adalah kaisar yang sangat takut akan kematian, pada saat dia hidup dia pernah membuat sebuah ekspedisi para kaum terpelajar dan ilmuwan di China kala itu untuk misi mencari buah keabadian yang kabar nya ada di timur jauh. Selama kurang lebih 10 tahun team ekspedisi tersebut mencari dan mereka memang tidak pernah menemukan adanya buah yang diinginkan sang Kaisar. Namun karena sang kaisar adalah sang adidaya dimana jika mereka pulang hukuman mati pasti akan tarian sambutan buat mereka, maka team tersebut tidak berani pulang ke China kabarnya mereka terus pergi menembus laut dan diceritakan mereka adalah cikal bakal nenek moyang orang Jepang, menurut cerita mereka sampai di “Pulau Hantu” yang kala itu merupakan sebutan untuk Jepang yang merupakan pulau tak berpenghuni tersebut. Saya garis bawahi ya bahwa ekspedisi tersebut berisi semua orang pintar dan illmuwan di China ooo pantesan orang Jepang pintar pintar yah hehehe saya cuman menyimpulkan saja sih.

Walaupun takut kematian, Sang Kaisar sendiri pun sudah mempersiapkan diri untuk kematian (sebuah paradoks memang si kaisar ini) sejak awal dia naik tahta. Pembangunan makam nya dimulai sejak masa beliau berkuasa dengan mengerahkan para buruh terbaik di negeri ini. Para pematung pun mulai memahat satu per satu prajurit dimana agar benar terlihat nyata maka satu per satu patung harus mempunyai bentuk wajah yang berbeda beda. Wah saya benar benar tidak bisa membayangkan betapa ini merupakan sebuah proyek yang raksasa yang sangat detail kala itu setelah The Great Wall, apalagi jika sampai ada satu patung yang terlihat sama kabarnya sang Kaisar selalu meminta laporan langsung 0leh pengawas setiap hari yang mengunjungi perkembangan proyeknya ini jadi jika ada laporan kesalahan krekkk langsung hukuman mati buat si pematung.

Mohon maaf sebelumya karena kepanjangan cerita tentang Kaisar Qin yang sangat saya kagumi tersebut. Kemudian kita lanjutkan ke Vault One, di sini sudah berjejeran orang pada mau selfie dan wefie an jadi saya agak kesulitan mempelajari setiap bacaan yang ada di Vault ini. Saya sempat bertanya apa maksudnya jejeran patung prajurit ini jadi ide awalnya adalah sang kaisar mempunyai pasukan yang sangat luar biasa kala itu, sehingga pada saat dia mati dia ingin pasukanya tetap menjadi pasukan terkuat dengan mengabadikan pasukannya tersebut yang bertujuan menjaga sang Kaisar walaupun di alam baka. Patung para prajurit bertinggi 170-180 cm, menghadap ke arah timur yang merupakan ibukota kerajaan kala itu (Kota Xianyang).

IMG_0297
Megah Sekali ini sangat luar biasa
IMG_0313
Jika dilihat satu persatu memang masing-masing ada perbedaan fisik
IMG_0335
Bayangkan jika mereka adalah deretan manusia yang siap berperang

Tips : Jika ingin selfie ataupun wefie di sini saya berikan tips sebaiknya anda datang jam 12 siang, karena kebiasaan orang China adalah makan tepat waktu jadi pada pukul 12 siang itu sepi banget loh. Dan akan kembali datang pada pukul 13 siang.

IMG_0307
Rapih sekali formasi para pasukan elit ini

Takjub banget memang ketika melihat Vault One, deretan prajurit ini memang menyadarkan saya betapa luar biasanya negeri ini kala itu dan memang tujuan kaisar Qin Shi Huang berhasil meyakinkan saya bahwa ya anda memang kaisar yang luar biasa. Sebenarnya patung-patung ini terdapat warna namun karena sudah ribuan tahun kepingan patung pun warnanya memudar, dan memang kalau diperhatikan secara detail ada perbedaan antara satu prajurit dengan prajurit lainya baik kepangan rambutnya maupun corak wajahnya. Ada juga persenjataan baik itu pedang, busur panah, dan kereta kuda beserta kudanya.

Vault Two merupakan tempat kedua ditemukanya pasukan ini, di sini ada juga barisan prajurit namun tidak sebesar di Vault One. Saya mendapatkan kesempatan melihat beberapa arkeolog yang lagi berusaha menyatukan keping demi keping, saya rasa ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan keuletan tingkat tinggi ya. Kagum sih sama mereka yang sudah berupaya bekerja keras tersebut.

IMG_0372
Ini dia para arkeolog yang sabar sekali
IMG_0374
Tampilan kneeling Archer di Vault Two
IMG_0378
Para arkeolog sedang bekerja dengan gigih

Titik utama di vault ini adalah bagian diorama berisi tulisan dan patung yang bergambar disertai penjelasan yang membantu kita memahami lebih lanjut tentang kisah makam ini. Saya di sini belajar tentang ada beberapa jenis prajurit yang sudah ditemukan oleh para arkeolog yaitu sebagai berikut :

Prajurit Berkuda merupakan jenis prajurit dengan mengunakan kuda yang dilengkapi dengan jirah besi membawa pedang dan panah untuk menaklukan musuh. Prajurit tipe ini adalah prajurit Garda depan yang siap menjadi pasukan utama yang menyerang musuh

IMG_0389
Prajurit Berkuda

Prajurit Pemanah Jarak Jauh, merupakan prajurit yang dilengkapi dengan panah jarak jauh dan posisinya adalah berdiri (Standing Archer) mereka tidak mengunakan jirah tapi jubah biasa karena mereka menembak dari jarak jauh dan mereka berdiri berkelompok membentuk sebuah formasi yang mengagumkan.

IMG_0396
Standing Archer Sang Pemanah Jarak Jauh

Prajurit Pemanah Jarak Dekat, merupakan satu bagian dengan pasukan berkuda dimana mereka berada di tengah sedangkan pasukan berkuda di depan, posisinya memang seperti duduk karena mereka pemanah jarak dekat yang harus menyerang musuh dari jarak yang cukup namun tidak terlalu dekat apabila mereka bergerak biasanya mereka berguling dan posisi menembak harus dalam keadaan berjongkok, mereka bertugas melindungi pasukan berkuda jika ada yang menyerang mereka.

IMG_0406
Kneeling Archer

Middle Rangking Officer, adalah pasukan elit yang  mempunyai kemampuan bertempur luar biasa dilengkapi dengan jirah yang lebih kuat dibandingkan pasukan berkuda, pedang terbaik dan panah mereka baru keluar setelah pasukan berkuda dan para pemanah terjun terlebih dahulu dan biasanya mereka ini sebagai tenaga pamungkas jikalau musuh semakin kuat.

IMG_0403
Middle Rangking Officer

High Rangking Officer, ini adalah level paling tinggi dalam pasukan langsung berkordinasi dengan sang kaisar sendiri. Level mereka adalah level strategi jadi mereka lah yang memberikan perintah kapan akan mulai menyerang dan kapan mundur.

IMG_0400
High Rangking Officer yang saat ini setara Jenderal

Menjelang siang dan setelah puas mempelajari tentang berbagai jenis pasukan elit nya Kaisar Qin, saya pun berkunjung ke Vault Three yang merupakan vault terakhir penemuan situs ini di sini tidak banyak yang bisa dilihat karena masih banyak patung yang belum jadi, yang menarik adalah di sini juga ada jasa foto loh jadi kalau Anda tertarik untuk berfoto bersama prajurit Terracota jangan sungkan untuk memakai jasa foto di sini.

IMG_0408
Ferdi Cullen dan Pasukan Terracotta

Tips : Untuk berfoto bersama replika pasukan Teracota bisa Anda dapatkan di Vault Two dan Vault Three, sama saja sih sebenarnya dimana di Vault Two sebenarnya baru dibuka karena biasanya di Vault Three untuk berfoto antrianya panjang. Jika anda tertarik untuk berfoto biayanya lumayan murah menurut saya yaitu 5 yuan anda bisa mengunakan kamera anda sendiri dan waktu maksmial 5 menit berfoto dengan berbagai pose yang anda sukai.

Di luar musuem ada beberapa bangunan kecil yang berisi toko menjual souvenir jadi jika anda ingin membeli souvenir ya bisa dibeli di sini, selain itu ada juga resto dan cafe tapi harga di sini ya memang sedikit lebih mahal. Selesai mengelilingi museum saya pun keluar dengan mengikuti jalur yang sama ketika masuk. Mohon diperhatikan ya yang anda ikuti harus sesuai dengan ketika anda masuk jadi jangan membelok ka arah lain yang justru bisa buat nyasar. Untuk kembali ke Xi’an anda bisa menuju ke parkir Bus ketika anda turun dan di situ cari kembali bus sebelumnya naik dan anda dapat kembali dengan Aman.

IMG_0423
Pepatah Kaisar Qin di Vault Three

Puas rasanya setelah berkeliling saya pun mendapatkan banyak sekali inspirasi dari kunjungan saya ke museum ini. Kaisar Qin engkau memang luar  biasa saya sangat salut sekali dengan Anda. Betapa anda benar-benar seorang kaisar yang walaupun otoriter tapi anda benar-benar memikirkan masa mendatang dan menurut saya Anda berhasil untuk membawa nama Anda bahkan sampai ribuan tahun kemudian dikenal oleh dunia apalagi sama saya seorang Pria Indonesia ini.

Demikian kisah perjalanan saya satu lagi pengalaman hidup yang tidak akan pernah saya lupakan.

Ferdi Cullen