Boston Kota Sejarah Part 2 : Salem and The Witch Trial

Hola world,

Pada kisah kali ini mumpung masih suasana Halloween dan Dia De Muertos saya pengen banget ceritain kisah perjalanan ke kota yang terkenal dengan kisah pengadilan para penyihir atau bahasa inggris nya Witch Trial. Kota tersebut adalah Kota Salem. Keputusan berkunjung ke Kota Salem, pada saat Winter di Boston adalah hal yang aneh sebenarnya. Tapi saya berpikir kapan lagi saya bisa sampai ke Boston dan sekaligus ke Salem dimana jarak kedua kota ini hanya 30 menit menggunakan kereta jadi apalagi yang saya tunggu, saya pun memutuskan berkunjung ke kota penyihir tersebut.

Pemandangan Kota Salem dari stasiun Salem

Dia De Muertos in Seattle

Sebelum saya menceritakan kisah saya di Kota Salem, mumpung awal Nopember saya ingin sedikit menceritakan kisah saya mengunjungi festival budaya Meksiko di Seattle. Tepatnya satu tahun yang lalu loh dari tanggal diterbitkan nya artikel ini wow times run so fast ya.

Festival di tempat yang sangat sederhana

Dia De Muertos Festival atau Festival Orang Mati, adalah festival yang sangat terkenal di Meksiko. Saya mengenal festival ini ketika menonton film Coco, salah satu animasi yang sangat terkenal di tahun 2017. Sejak saat itu saya bener bener jatuh cinta dan penasaran. Pas kebetulan saya di Seattle, di kampus ada terpampang poster festival ini. Dan enaknya kalau di US festival budaya selalu gratis, wah kesempatan bagus ini langsung saya mencari tahu dimana lokasi festival dan datang ke tempat tersebut.

Orang orang berkumpul bersama

Dingin mendera, karena sudah masuk ke Fall season dan acara baru dimulai pukul 5 sore, tapi jam 4 sore sudah sangat gelap. Lokasi festival cukup jauh di barat Seattle, tapi dengan bantuan google maps saya bisa menemukan sebuah aula berbentuk town hall . Nama tempatnya adalah Phinney Community Hall. Setelah tiba saya sudah mencium aroma tapas, yup tapas sebenarnya bukan makanan, itu adalah kata kerja tapi tidak tahu ya kalau di Indonesia kok banyak orang bilang tapas itu makanan. Jadi Tapas adalah kata kerja dengan bahasa spanyol yang artinya cemilan. Jadi kalau dengar orang Meksiko bilang “Lets eat Tapas” artinya makan cemilan ya. Tapas biasanya dilakukan bersama, karena tipikal orang Meksiko adalah suka ngumpul yah mirip dengan orang Indonesia lah ngemil ngemil cantik sambil ngopi, tapi makanan yang disajikan biasanya manis, pernah denger churros kan nah churros adalah salah satu makanan yang biasa dimakan pada saat Tapas.

Ini kostum terbaik di malam itu benar benar keren banget

Masuk ke aula, ya ampun lucu lucu banget aktivitasnya. Ada aktivitas untuk melakukan lukis wajah, sehingga wajah kita bisa menyerupai tengkorak. Aktivitas lukis wajah ini menjadi akitivitas wajib di festival aslinya di Meksiko, bahkan kalau di Meksiko ada namanya karnaval untuk menyambut festival ini dan peserta yang ikut karnaval akan sekreatif mungkin menggunakan kostum dan pernak pernik tengkorak. Aktivitas lain nya adalah tarian tradisional Meksiko, wah ini sebenarnya aku tidak sangka sama sekali soalnya tarian nya ternyata keren banget, dengan diiringi suara seorang Mariachi (musisi jalanan di Meksiko) hentak tari sang penari begitu riang dan menghibur semua yang hadir di acara.

Anak anak pun tidak ketinggalan ikutan lukis wajah

Dan tak lupa adalah Ofrenda, yaitu altar yang biasanya dibuat oleh orang Meksiko yang dihias dengan foto foto keluarga dan handai taulan yang sudah meninggal, tujuan nya adalah agar generasi penerus bisa ingat terus dengan leluhur mereka. Mereka percaya kalau leluhur ini  jika terus diingat maka mereka akan menjaga kita. Kemudian di altar tersebut juga diberikan beberapa barang-barang kesukaan para leluhur itu yang guna nya untuk dipersembahkan kepada sang leluhur pada hari istimewa ini.

Begini tampilan Ofrenda saat itu

Intinya adalah Dia De Muertos Festival merupakan festival dimana orang Meksiko percaya bahwa arwah para leluhur akan datang mengunjungi para keturunannya dan mereka akan memberikan semacam blessing sehingga generasi yang hidup akan selalu bahagia dan sukses selalu.

para penari sangat bersemangat sekali

Festival Dia De Muertos. diselenggarakan satu hari setelah Halloween, nah kalau Halloween tanggal 31 Oktober maka Dia De Muertos tanggal 1 Nopember dan dirayakan 2 hari berturut-turut yaitu 1-2 Nopember.

Salem the city of witchcraft

Anyway lets get back to Boston part 2 : Salem and The Witch Trail, perjalanan dari  Boston ke Salem sangat mudah  Anda tinggal menuju ke North Station Boston, kemudian naik kereta tujuan Rockport/Ipswich dan berhenti di stasiun Salem dengan jarak tempuh hanya 30 menit. Biaya nya juga murah $5 sekali jalan jadi hanya memerlukan $10 untuk pulang pergi.

Kota Salem di awal tahun 2019, sepi sekali mungkin masih pada liburan

Kota Salem, adalah kota yang terkenal dengan kisah tragedi pengadilan penyihir pada tahun 1692. Tragedi tersebut bisa saya katakan adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terbesar yang pernah ada. Bayangkan saja ada kurang lebih 27 orang dihukum mati karena dituduh melakukan tindakan sihir. Sesampainya di stasiun Salem, stasiun nya sangat sederhana. Saya melihat lihat kota yang sepi sekali, ya karena Salem lebih ramai ketika masa Halloween di bulan Oktober, kabarnya pada saat Halloween bahkan ada festival paranormal loh di Salem, yang merupakan satu satunya festival paranormal di dunia keren gak tuh. Bulan Januari seperti ketika saya berkunjung ini adalah bulan bulan yang sangat sepi di kota ini. Namun pernak pernik klenik dan sihir masih tetap menjadi ciri khas kota ini. Ada beberapa toko tematik sihir yang sempat saya lihat.

Infonya dekat bangunan ini pernah terjadi pengadilan penyihir di kota ini

Kotanya kecil banget tapi tertata rapi dan bersih, pokoknya kemana mana bisa sih jalan, tapi ada juga semacam bus kota namun saya tidak naik bus itu. Kemudian setelah nanya orang lewat dimana sih Salem Witch Museum, salah satu museum yang menjadi pusat kunjungan di kota ini. Karena di museum ini banyak menceritakan tentang kisah pengadilan penyihir tersebut. Orang-orang di sekitar agak acuh tak acuh sih, jadi bete juga nengoknya beda dengan Boston yang kalau ditanya ada yang mau jawab, tapi di Salem ini ada yang bilang silahkan datang ke Tourist information center, yah jawaban standar (dalam hati bergumam). Akhirnya saya menuju ke information center, dan betapa kecewanya saya, ternyata information center nya tutup karena tahun baru. alamak. akhirnya saya ikut saja insting saya, ditambah bantuan Google Maps, akhirnya saya sampai di Salem Witch Museum.

Toko Salem Cycle, dengan tema penyihir
Visitor Center tutup huhuhu
Toko lain yang juga bertema penyihir

Di depan museum ini ada patung seorang penyihir yang mirip dengan Gandalf gitu, walaupun sebenarnya tidak ada hubungan apa apa antara penyihir topi lancip yang sering munculnya di kebudayaan Eropa dengan pengadilan penyihir yang ada di Salem. Bergerak sedikit ke depan nya adalah Salem Common, sebuah taman cantik yang mirip dengan Boston Common. Di taman inilah biasanya warga Salem berkumpul, tapi pagi ini jarang banget ada orang, kok malah jadi beneran serem ini padahal belum Halloween loh.

Salem Witch Museum

Salem Witch Museum

Ok saya tiba di museum ini, saya pun bergegas membeli tiket, harganya juga termasuk murah level Amerika ya yaitu $12, kalau museum pada umumnya kan bisa $15-$20 artinya museum ini murah lah. Terus, ternyata kita gak boleh masuk sendiri, jadi ada jam jam nya dimana kita akan ditemani sama guide. aku jadi heran kenapa gak boleh jalan sendiri ya. Museum buka jam 10.00 dan saya sudah di situ jam 10 tapi guide tour baru dimulai jam 11.00 eng eng… saya jadi ilfeel gitu kok bisa ya buka jam 10 tapi baru bisa guidenya jam 11.00 akhirnya saya harus nunggu 1 jam di dalam museum sambil lihat lihat gift shops yang ada di sebelah ticket box.

Salem Common taman publik untuk warga kota Salem

Sedikit demi sedikit ada beberapa pengunjung datang, sehingga pada hari itu terkumpul ada kurang lebih 20 orang yang siap dibawa oleh guide untuk jam 11. Jam 11 pun tiba, setelah bete nunggu sejam sendirian akhirnya saya masuk ke dalam museum bersama yang lain. Kaget super kaget ternyata eksibisi pertama adalah semacam show gitu dimana diorama-diorama yang ada di sekeliling nya akan berbicara sendiri. Jadi ini kayak pertunjukan istana boneka lah di dufan ancol, setelah ada annoucement dari mbak mbak guide agar kami duduk dengan tenang dan acara pun dimulai. Lampu lampu mulai menyoroti masing masing diorama, dan ada narasi nya yang paling saya ingat adalah kata pembukanya yaitu “Fear was the climate of their lives” . Namun agak sedih juga ternyata diorama yang menceritakan bagaimana kisah mulanya pengadilan penyihir itu sangat kusam dan suaranya juga jelek banget kualitas audionya. Jadi maaf kata ya mirip banget kayak museum di Indonesia, overall ini adalah pengalaman ke museum di luar negeri saya yang terburuk.

Ilustrasi pengadilan penyihir, sumber : google

Selesai sudah cerita tentang pengadilan penyihir melalui pertunjukan boneka tadi. Singkat cerita adalah sebagai berikut Pada abad ke 17, kota Salem adalah sebuah kota kaum Puritan. Pada tahun 1692, 19 orang mati digantung, 1 orang dibunuh dengan cara dijepit batu, dan 7 orang mati disiksa di penjara, hanya karena beberapa orang yang menuduh mereka penyihir tanpa bukti yang konkrit. Yang lebih menyedihkan, setelah beberapa tahun berlalu para saksi itu mengaku mengarang semua cerita hanya karena mereka sedang stress. Setelah menyadari konsekuensi tindakannya, mereka terlalu takut untuk mengaku dan menyebabkan 27 orang dihukum mati. Wah ironi sekali ya, namun kisah ini adalah narasi dari kisah fiksional karangan Arthur Miller. Faktanya ada beberapa penelitian yang sebenarnya berbeda dengan kisah tersebut namun sepertinya tidak dibuka oleh museum ini. Contoh yang pernah saya baca adalah bahwa lebih dari 150 orang sedangkan di museum hanya diceritakan lebih sedikit dari itu, yang mayoritas perempuan dan perempuan berkulit gelap yang ditangkap, jadi ada dugaan rasisme, apalagi masa itu kaum perempuan masih tidak boleh terpelajar, jadi perempuan yang agak pinter disingkirkan oleh kaum Puritan, dan perempuan berkulit gelap sebenarnya menggunakan semacam pengobatan penyakit jadi pada dasarnya mereka penyembuh atau tabib tapi malah dituduh penyihir. Yah apapun faktanya semoga kita bisa belajar dari kisah ini yaitu berpikiran terbuka lah.

Eksibisi kedua setelah acara tadi lebih menunjukan diorama terkait kisah penyihir mulai dari jaman pagan, abad pertengahan, sampai hubungan penyihir dengan budaya barat. Dan setelah itu selesai kita pun tiba ke gift shops yang sudah saya lihat sebelumnya. Jadi overall hanya ada dua eksibisi di museum ini, walaupun saya merasa pengalaman saya di museum ini tidak puas tapi saya jadi paham kisah yang menjadi latar belakang beberapa novel novel sihir JK Rowling dengan Harry Potter nya ataupun serial sitkom Bewitched.

Bewitched

Ngomong-ngomong soal Bewitched, tentu tahu dong kisah sitkom yang pernah terkenal di tahun 90 an ini. Sitkom ini diperankan oleh Elizabeth Montgomery. Saya suka banget dengan serial ini karena lucu sekali, dan kisah serial ini adalah menceritakan seorang pria biasa yang menikah dengan seorang wanita penyihir yang ternyata asal muasal nya dari Salem. Dan pengalaman paling menggembirakan di akhir perjalanan saya di Salem adalah saya bertemu dengan patung Elizabeth Montgomery sedang memperagakan dirinya di atas sapu terbang jadi seidkit nostalgia dengan film yang sudah hampir 40 tahun lalu, akhirnya saya berfoto selfie dengan patung itu.

Patung Samantha sang Bewitched di Salem
Selfie bareng dengan sang Bewitched

Baiklah demikian tematik Halloween story saya yang menceritakan kisah perjalanan ke kota Salem dan sedikit sneak peek review saya di festival Muertos di Seattle, tunggu apa lagi jika ingin bertanya tentang Witch Trial, kota Salem , atau festival Muertos, atau Bewitched jangan lupa tuliskan komentar kalian di bawah sampai jumpa di kisah Boston part 3 berikutnya.

Ferdi Cullen

Published by

ferdicullen

Hi my name is Ferdi, you can call me Ferdi Cullen. When I was a little boy I want to become a diplomat who can travel the world. However, my passion for technology is more powerful so I become one of an employee in telecommunication company in Indonesia. I believe with digital technology we can travel the world easier, and I already made it, 23 countries so far until 2017 and still counting. Recently, in 2018 I Live in Seattle, yes I'm a Seattleites and I'm ready to travel as a micro traveller around the US just stay tuned for my stories. If you want to contact me please don't hesistate to call me deen.froesson27@gmail.com Ferdi Cullen Seattle

2 thoughts on “Boston Kota Sejarah Part 2 : Salem and The Witch Trial”

Leave a comment