Berkunjung ke Freemason Hall Museum London

Freemasonry tried to define a new set of moral and spiritual value

Hello World,

Merebaknya pandemi covid 19, apakah kalian pernah mendengar teori konspirasi. Mungkin salah satu teori yang kalian dengar adalah keterlibatan Freemason terhadap situasi pandemi ini. Walaupun penuh dengan konspirasi, atau pun pemberitaan negatif, komunitas yang menurut National Geographic digolongkan sebagai The Oldest Secret Societies ini sudah berumur 3 abad dan akan tetap bertahan.

Museum of Freemasonry open to all

Pada saat kunjungan saya ke London di bulan Januari 2020 lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung ke Freemason Hall United Grand Lodge of London. Ini adalah museum dan sekaligus perpustakaan yang membahas lengkap tentang seluk beluk Freemason. Bangunan yang didirikan pada tahun 1933 ini menggunakan rancangan arsitektur Art Deco yang sangat indah sekali. Selain kita bisa mempelajari tentang Freemason kita juga bisa menikmati keindahan Art Deco bangunan ini yang unik dan berbeda dibandingkan dengan bangunan lain yang ada di London.

Gedung United Grand Lodge yang sekaligus museum

Terus terang saya pertama kali mendengar tentang Freemason pada saat membaca buku berjudul Jacatra Secret yang ditulis oleh Rizky Ridyasmara dan merupakan buku favorit saya. Di buku itu plot nya mirip sekali dengan plot yang dibuat oleh Dan Brown. Begitu juga saya suka membaca blog sejarah historiaid yang banyak membuat artikel tentang Fremason di Indonesia. Intinya adalah pada jaman dahulu kala di Indonesia pernah ada Freemason sebelum akhirnya dilarang di Indonesia. Setelah mendengar kisah kisah tentang Freemason ini membuat saya penasaran. Pada waktu saya di US saya sempat ke Masonic Temple yang ada di Philadelphia, dan kemudian saya juga pernah ke Virginia Masonic Lodge di dekat DC (tempat biasanya George Washington presiden pertama Amerika mengadakan pertemuan Freemason), dan di sekitaran kampus saya juga ada sebuah loji kecil yang sering saya lewati ketika pulang dari kampus, sedikit demi sedikit setelah berkunjung ke tempat tempat itu saya mulai paham dengan Freemason ini. Namun yang di London ini benar benar luar biasa, saya sangat kagum sekali dan saya bertujuan menulis tentang Freemason Hall ini hanya ingin mengabadikan pengalaman kunjungan dalam bentuk tulisan.

Buku yang menginspirasi saya tentang Freemason

Freemason Hall di London ini dengan alamat 60 Great Queen Street, WC2B 5AZ. Terletak di tengah kota London, dan kita bisa ke sini dengan berhenti di stasiun tube terdekat yaitu Covent Garden, dan jalan kurang lebih 800 m untuk sampai ke gedung ini. Buka dari jam 10 pagi sampai 5 sore dan tidak dipungut biaya apapun untuk masuk ke museum ini, dan terbuka untuk semua kalangan dari seluruh dunia, jadi anda tidak harus menjadi anggota Freemason untuk masuk ke museum ini. Berikutnya ada free guided tour juga mulai pukul 11- 4 sore tapi karena saya tiba jam 4.15 saya ketinggalan dan karena tidak ada cukup orang untuk tour di jam 4 sore resepsionis menginformasikan bahwa tur terakhir jam 2 siang. Tapi tidak masalah bagi saya dengan mengambil brosur saya siap menjalani museum ini sendirian. Tidak terlalu luas memang, padahal bangunan nya sangat luas karena ada beberapa tempat yang ditutup mungkin tempat yang rahasia, jadi jika ingin berkunjung kemari 45 menit saja sudah cukup.

Bagian Depan dari Museum of Freemasonry London
Bangunan nya dibangun dengan konsep Art Deco

Setelah melalui pemeriksaan tas dan scanning yang dilakukan oleh security ketika masuk ke hall, saya langsung bergegas ingin sekali ke perpustakaan nya yang saya baca sangat menarik dan indah, namun sayang sekali perpustakaan dan South Gallery tutup dan cukup kecewa juga, saya jadi berdoa mudah mudahan bisa kembali lagi dan saya bisa mampir ke perpustakaan nya. Akhirnya saya menuju ke satu satunya Gallery yang bisa dikunjungi yaitu North Gallery. Galeri ini menampilkan semua barang hasil koleksi Freemason sejak tahun 1775 atau kurang lebih sudah 3 abad sampai sekarang. Hmm bisa dikatakan museum ini cukup konvensional tidak sekeren British Museum, karena koleksinya ditaruh dalam kotak kaca yang berjejer dengan sangat rapih, koleksi yang dipamerkan ada buku-buku abad ke 17, dan artefak yang berkaitan dengan Freemason yang sudah diberikan tanda lambang Freemason yaitu “mata” dan “jangka”. Setelah membaca beberapa informasi yang ditulis di museum ini, segera menghilangkan segala macam perspektif bahwa mereka adalah sebuah secret societies apalagi sampai membuat konsipirasi, yang sebenarnya adalah kegiatan mereka di bidang sosial mulai dari charity (pengumpulan dana), pembangunan sekolah, sampai memberikan bantuan sosial kepada orang yang membutuhkan.

Artefak yang cukup menarik perhatian adalah hadiah dari Freemason kepada Raja George IV yaitu sebuah kursi biru besar yang sangat indah sekali. Sang Raja merupakan raja British Monarch pertama yang menjadi anggota Freemason, dan kursi ini dibuat dengan  ukiran simbol freemason.

Kursi Untuk Raja George IV
Artefak Freemason banyak barang yang unik
Semua Artefak berlambang Jangka dan Mata
Koleksi buku buku abad ke 17
Jika melihat ke atas atau ke bawah akan ada beberapa simbol Pentalpha khas Freemason

Simbolisme atau Symbology adalah hal yang penting di Freemason, selain kita bisa melihat koleksi dari artefak Freemason, coba perhatikan sekeliling pada saat melintasi hall dan lorong lorong. Segala bentuk simbol seperti yang dijelaskan pada Buku Rizky atau artikel artikel di historia id ada di sini. Mulai dari lambang berbentuk bintang lima dan enam banyak sekali ditemui di setiap ruang, Bintang berujung lima, ‘pentalpha’, mewakili lima hal penting dalam persekutuan Masonik yang merupakan simbol kesempurnaan dan alam semesta. Pentalpha juga merupakan lambang kuno keberuntungan dan kesehatan. Dan tentunya ada juga lambang bintang David di sini yang merupakan lambang yang ada di Solomon Temple.

Salah satu ornamen bintang David di ruangan ini (lihat ke atas)

Kent Room sebagai tempat pertemuan rahasia para Freemason menjadi tempat favorit saya di museum ini. Kent Room ini terdapat di ujung North Gallery. Sebenarnya ruang ini hanya bisa dilihat di depan pintu yang dilapis kaca, karena tidak boleh dimasuki. Melihat ruangan yang menjadi tempat prosesi upacara para anggota Freemason setiap ada pertemuan rahasia mereka ini benar benar membuat saya takjub. Ruangan nya sangat lengkap dengan susunan yang telah diatur berabad abad, dimana ada kursi biru tempat para anggota yang masih baru sampai kursi khusus untuk sang Master Mason (ini adalah tingkat tertinggi untuk anggota Freemason).

Kent Room bagian sebelah kiri
Kent Room bagian sebelah kanan

Dan hanya sampai di situ saja jadi memang museum nya sangat kecil sekali, selain galeri kalian juga bisa berkunjung ke Gift Shop yang menjual berbagai pernak pernik dan buku tentang Freemason, saya sempat membeli salah satu buku di sini. Secara keseluruhan tempat ini sangat direkomendasikan bagi anda yang mengetahui dasar dasar tentang Freemason, tapi bagi anda yang tidak paham mungkin akan terasa membosankan. Namun perjalanan saya ke sini semakin mengasah pengetahuan sejarah saya terutama yang berkait dengan Society favorit saya ini.

Salah satu buku kuno karangan Anderson tentang Konstitusi Freemason

Demikian tulisan ini jika ada pertanyaan atau komentar silahkan untuk menuliskan di kolom komentar. Dan jangan lupa juga unttuk memberikan like kepada tulisan saya ini. Nantikan kisah dan tulisan berikutnya terima kasih.

Ferdi Cullen

 

Oxford : Bukan Hanya Universitas ini Kota Universitas

Hello world’s bagaimana liburan lebaran dan mudik nya, mohon maaf sebelumnya karena sudah lama tidak menulis dikarenakan bulan Ramadhan ditambah cuti lebaran. Sekarang I’m Back lagi tapi tidak lupa mau ucapkan Mohon Maaf Lahir Bathin buat para pembaca setia blog saya yang sederhana ini. Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini saya ingin sekali sharing tentang pengalaman saya ke Oxford United Kingdom.

DSC00396
Rumah-Rumah di Kota Oxford yang sangat indah

Cerita saya tentang London ada dua bagian yaitu Bagian Pertama dan Bagian Kedua, kemudian setahun yang lalu saya juga menulis pengalaman saya di kota Bath di sini. Nah kali ini saya ingin menceritakan tentang kisah flashback saya di Oxford.

Perjalanan dimulai dengan kereta api dari stasiun Paddington London, sedikit informasi untuk perjalanan ke Oxford dapat ditempuh dengan berbagai cara namun yang cukup populer di kalangan turis adalah Bus dan Train. Untuk bus sendiri jika starting point anda adalah London maka bisa mengambil Oxford Bus yang departs dari London Victoria Coach Station harganya sekitar 16 pound PP dan memakan waktu perjalanan 90 menit, sedangkan untuk kereta api mengunakan national rail UK harganya jauh lebih mahal 23 pound PP dan memakan waktu 60 menit (beda 30 menit dengan bus). Akan tetapi karena saya tidak mau repot kala itu saya lebih memilih mengunakan kereta api walaupun secara harga jauh lebih mahal.

Pemandangan selama perjalanan dari London ke Oxford menurut saya sangat menarik perhatian dimana kita bisa melihat pemandangan outer city sampai village di wilayah London sampai ke Oxford. Nah perjalanan yang sangat singkat dengan kereta baru jepret jepret sedikit tiba-tiba kami sudah sampai di Oxford. Dari stasiun kereta api menuju ke depan kota ternyata harus jalan kaki lagi kurang lebih 15 menit wah lumayan juga but it’s very fun I thing.

The Reason Why I came to Oxford

Oxford adalah kota pelajar yang dibangun di abad 11- 12 dan merupakan salah satu kompleks universitas tertua di dunia. Salah satu kompetitor dari kota ini adalah Cambridge yang terletak 65 mile dari kota London. Alasan saya ke kota ini adalah saya sangat ingin sekali mengunjungi kota yang telah menghasilkan Scholar yang menjadi Prime Minister Britania kurang lebih ada 26 Prime Minister Britania yang merupakan jebolan dari universitas di sini. Kita sebut saja Margaret Thatcher, Tony Blair, David Cameron, dan yang saat ini baru saja dilantik Theresa May. Selain itu di kota ini juga menjadi icon penting di kisah si penyihir Harry Potter, sebab salah satu bangunan tua di sini tempat dijadikan lokasi syuting film Harry Potter yang pertama sebelum adanya harry potter studio, film harry potter pertama yang disutradarai oleh Chris Columbus. Dan yang paling utama adalah arsitektur kotanya, masa awal sebelum Oxford menjadi kota pelajar adalah sebuah desa Anglo Saxon yang sangat kental dengan arsitektur Gothic dan Victorian Style yang menghiasi United Kingdom.

DSC00399
Suasana Kota Oxford di pagi hari

Sekedar informasi Oxford University ini merupakan kumpulan dari kampus, universitas, akademi, dan sekolah tinggi yang jumlahnya lusinan. Jadi dia bukan satu entitas tunggal layaknya nama universitas, jadi intinya Oxford University adalah sebuah kota universitas luar biasa bukan Dengan populasi 80% adalah pelajar mulai dari tingkat SLTA sampai dengan master/doctor degree kemana saya memandang memang kota ini didominasi oleh kalangan muda dan terpelajar. Mereka masing-masing mengunakan seragam khas yang menjadi salah satu identitas dari masing-masing, nah ini dia bedanya pendidikan di UK dengan USA jika di USA pelajar boleh bebas dengan tanpa seragam tapi hal itu tidak berlaku di UK, pelajar adalah orang yang membawa identitas sekolah masing-masing jadi penggunaan name tag, seragam, jaket almamater adalah penting di kota ini. Dari informasi yang saya peroleh, mahasiswa dan pelajar yang ada di kota ini terbiasa dengan kehidupan asrama, jadi banyak orang tua di UK terutama para kalangan aristokrat yang mengirim anaknya di sekolah asrama agar si anak bisa hidup mandiri dan tidak selalu mengantungkan diri dengan orang tua mereka. Lesson Learned yang sangat luar biasa yang saya peroleh dari kunjungan saya ini.

Bodleian Library

Kunjungan pertama saya di kota ini adalah kami berkunjung ke Bodleian Library, sebuah perpustakaan pusat yang menjadi barometer kunjungan para scholar di kota ini. Kalau di kampus saya dulu ada namanya perpustakaan besar yang dinamakan Perpustakaan Pusat maka di Oxford dia adalah Bodleian Library ini, dan memang UK adalah negara pertama yang memperkenalkan konsep perpustakaan pusat yaitu sebuah perpustakaan sentral yang di luar dari masing-masing kampus dengan perlengkapan buku, jurnal, dan hal-hal akademis penelitian lainya yang sangat lengkap. Dan konsep ini yang diadopsi di beberapa belahan dunia termasuk kampus saya yang punya perpustakaan besar yang sifatnya terpusat.

DSC00411
The Tower of Five Orders di Bodleian Library

Selain menjadi perpustakaan yang notabene adalah untuk membaca, perpustakaan ini juga memfasilitasi berbagai jenis kegiatan ekstra para scholar dan komunitas seni lainya, bahkan ada kelompok debat nya loh. Satu hal lagi yang membedakan kampus di Oxford dari Cambridge adalah kampus di sini sangat kuat akan politik dan humanities sedangkan Cambridge jauh lebih kuat di Science. Entah itu mitos atau tidak namun faktanya memang 26 Prime Minister negeri ini ya jebolan dari sini sedangkan jebolan Cambridge lebih banyak menjadi ahli ilmu pengetahuan sebut saja Darwin dan Newton.

IMG_20150605_105518
Patung William Hebert salah satu pendiri Oxford University di abad 16

Perpustakaan ini  merupakan perpustakaan tertua di dunia dengan arsitektur yang sangat luar biasa, terdapat kurang lebih 11 juta koleksi dari berbagai jenis ilmu dan setiap minggunya ada 4000 buku baru. Seperti biasa untuk menjelajah perpustakaan ini diharuskan mengikuti tour dan dikarenakan waktu akhirnya kami hanya menjelajah di luar saja. Kami berkeliling di Tower of Five Order salah satu landmark yang sangat menarik dari perpustakaan ini, kenapa dia dikatakan 5 (five ) karena terdapat 5 tingkatan dari tower ini yang mengambarkan jenis arsitektur klasik yang terdiri dari 5 jenis yaitu Tuscan, Doric, Ionic, Corinthian, dan Composite. Jenis-jenis arsitektur menara yang digunakan itu berasal dari era Romawi dan menjadi cikal bakal arsitektur dunia wuih pelajaran yang menambah pengetahuan saya yang sangat mencintai arsitektur unik.

five orders
Jenis-jenis Five Order yang menghiasi Tower of Five Orders di Bodleian Library

Satu lagi yang unik dari perpustakaan ini adalah untuk masuk ke koleksi perpustakaan yang sangat banyak ini sudah dilakukan pengkategorian melalui sebuah pintu masuk. Dua pintu masuk yang sempat saya abadikan adalah Schola Metaphysicae; yang merupakan pintu masuk ke koleksi buku science dan metafisika dan Schola Logicae : yang merupakan pintu masuk ke koleksi buku ilmu filsafat dan logika. Sangat terstruktur sekali ya jadi para scholar tidak perlu gundah gulana jika ingin mencari buku.

DSC00415
Schola Logicae : Melalui pintu ini kita bisa masuk ke koleksi buku ilmu filsafat dan logika
DSC00414
Schola Metaphysicae : melalui pintu ini untuk koleksi buku science dan metafisika

The Radcliffe Camera

Jika anda melihat tulisan saya beberapa waktu lalu tentang Petualangan Terbaik 2015, saya menempatkan bangunan ini sebagai salah satu bangunan dengan unik dan merupakan pengalaman yang luar biasa bisa berada melihat landscape dari bangunan ini. Kurang lebih 500 meter berjalan dari Bodleian Library kita tiba di bangunan ini. Saya katakan bahwa Radcliffe Square adalah sudut yang paling indah di Oxford dan tepat di  jantung kota ini. Sebuah bangunan yang spektakuler, terdapat berlian di mahkota atas bangunan ini membuat Radcliffe Camera tampak sangat elegan sekali.

DSC00417
Radcliffe Camera : Bangunan yang sangat indah sekali

Radcliffe Camera tidak ada kaitanya dengan Daniel Radcliffe ya, apalagi ada embel embel Camera juga tidak ada kaitanya dengan teropong menerawang apalagi fotografi dan selfie-selfie. Jadi bangunan ini merupakan ruang baca yang berbentuk silinder dengan berlian bermahkota di atasnya, jadi setiap para scholar yang sudah meminjam buku di library dapat membaca nya di sini, sayangnya ruang bacanya tidak terbuka secara umum, hanya para scholar saja yang boleh berkunjung (tapi jika anda ikut tour anda diperbolehkan berkunjung ke dalam).

Bangunan ini dirancang oleh Nicholas Hawksmoor dan dibangun oleh James Gibbs antara 1737-1748 (Hawksmoor meninggal sebelum pembangunan dimulai), Radcliffe Camera adalah salah satu bangunan yang tidak akan akan terlupakan ketika melihatnya untuk pertama kali. Bentuknya melingkar dan dengan gaya neo-klasik yang memastikan bahwa itu cocok berada di tengah celah antara semua perguruan tinggi yang ada di wilayah Oxford. Bahan yang digunakan adalah jenis batu – batu pasir – yang membuat Radcliffe Camera tampak istimewa, seperti kebanyakan bangunan perguruan tinggi lainnya di pusat kota Oxford, dan akan bersinar dalam cahaya malam yang lembut.

Christ Church College 

Dari kurang lebih 31 tempat kuliah dan sekolah yang bersifat indpenden dan otonomi di wilayah kota Oxford ini yang kami datangi hanya 1 berhubung ternyata masing-masing tempat kuliah ada yang tidak buka setiap hari dan mungkin terkadang jika dibuka umum akan menggangu proses belajar mengajar dan mereka menerapkan tarif yang sangat tinggi untuk sekali masuk yaitu antara 5-10 pound loh belum lagi tur dan embel-embel lainya (UK its very expensive Okayyy).

DSC00443
Ini dia Christ Church College

Mengapa Christ Church College? yup seperti yang sudah saya ceritakan di awal yaitu karena di sini lah film pertama Harry Potter syuting dimana setelah itu beberapa filmnya disyuting di Harry Potter Studio (mengunakan studio buatan Warner Bros). Selain tentang Harry Potter, kampus ini adalah kampus yang paling terbesar di kota ini, kampus ini dibangun tahun 1524 oleh Cardinal Thomas Wolsey, dengan gaya bangunan neo classical yang juga tidak kalah menarik dan ada 13 Prime Minister jebolan kampus ini.

DSC00445
Sedih dan kecewa lihat notif ini

Saya kurang beruntung karena pada saat kami berada di sini ternyata Great Hall yang menjadi tempat Dining Hall Hogwarts di film Harry Potter ditutup karena renovasi. Sedih sekali ketika itu berarti saya harus kembali lagi dong kemari hehehe Amin. Akhirnya saya hanya berfoto di Great Stairscase tempat dimana Harry Potter menginjakan kakinya pertama kali di Hogwarts, sambil berdoa semoga saya bisa kembali ke mari bukan sebagai turis tapi sebagai mahasiswa misalnya Amin.

DSC00452
The Grand Staircase tempat siswa Hogwarts pertama kali masuk harus lewat tangga ini menuju Great Hall

Rasa kekecewaan yang mendalam pun tergerus ketika ekplorasi tiba di tengah kampus, dimana terdapat lapangan hijau yang sangat mencerahkan mata ditambah dengan bangunan Tom Quad dengan menara bell nya semakin membuat saya sangat syahdu sekali melihat keindahan dari kampus ini. Kami menghabiskan beberapa waktu untuk berfoto di sini. Kemudian pada saat kami selesai berfoto ada seorang wanita tua yang menghampiri kami dan bercerita tentang salah satu alumnus kampus ini yang bernama Charles Dodgson, awalnya kami juga gak tau siapa dia, dan si ibu yang usianya sudah tua namun masih cantik ini bercerita bahwa itu adalah pengarang novel luar biasa bernama Alice in Wonderland yang lebih dikenal dengan Lewis Carol.

DSC00464
Selfie di Tom Quad

Ceritanya adalah si Alice mengikuti seekor kelinci putih di taman yang membuat dia terdampar di negeri antah berantah dan bertemu dengan teman baru. Semua cerita tersebut terinspirasi oleh keindahan taman dan kota di Oxford loh, bahkan setiap tanggal 7 Juli di kota ini dirayakan sebagai Hari Alice (Alice Day) terdapat sebuah festival diselengarakan untuk memperingatinya. Saya gak pernah menyangka bahwa kisah Alice itu dimulai semua di sini, saya hanya mengira mengenai ketenaran Hary Potter tetapi warga Oxford sangat menghormatin Dodgson dan kisah Alicenya dibandngkan si Harry Potter tersebut.

DSC00465
Alice Through Looking Glass di Christ Church Catedral

Pada tahun 1851 Charles Lutwidge Dodgson yang kemudian di novelnya dikenal dengan nama Lewis Carol datang untuk studi ilmu Matematika (sangat jauh dari Sastra ya) ke Christ Church College Oxford. Kemudian dia bertemu dengan putri dekan yang menjadi salah satu mahasiswa di kampus ini bernama Alice Liddell nah si Alice ini lah yang menjadi tokoh Alice dunia nyata yang kemudian dia ceritakan dalam bentuk gadis kecil berambut pirang bernama Alice. Bahkan di Great Hall (yang tadi tutup) ada sebuah kaca yang didedikasikan khusus untuk Lewis Carol bernama Alice Glass hmm saya sangat tidak menyangka bahwa Alice begitu fenomenal di UK dan ini adalah lesson learned yang saya dapatkan selama berada di Oxford.

Alice in Wonderland karya Lewis Carol

The Student and the City

Jelang sore hari kami pun jalan-jalan sore melintasi kota Oxford yang sangat indah, dan bahkan ada syuting film lagi kami tidak tahu dan tidak sempat mencari tahu syuting film apa itu tapi sampai jalanan ditutup segala demi syuting tersebut. Kemudian saya juga menagabadikan beberapa momen warga kota yang merupakan pelajar ini, dan tenryata banyak juga yang dari seluruh dunia, jadi benar-benar multi etnis ada african, arabic, chinese, indian, dan bahkan beberapa wajah south east asia ada di sini. Dan satu lagi karena ini kota universitas ada perpustakaan keliling loh yang dapat digunakan para scholar untuk sekedar baca-baca jadi lesson laerned nya adalah belajar dimana saja nice inspiration

IMG_20150605_125151
Para siswa di Oxford
DSC00429
Suasana Sore hari di kota Oxford
DSC00418
Ini dia adegan syuting filmnya
DSC00471
Library berjalan pun ada di Oxford luar biasa bukan
DSC00433
Sudut kota Oxford yang bikin kangen

Berikut saya berikan beberapa tips jika anda ingin berkunjung ke bukan hanya universitas tapi ini adalah kota universitas Oxford yaitu :

  1. Kota ini begitu kecil jadi semua tempat wisata bisa ditempuh dengan berjalan kaki jadi kita tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli tiket bus umum di kota ini, tapi memang jika ingin naik bus umum silahkan naik bus no 2 dan no 7 yang mengelilingi hampir semua kampus di wilayah ini.
  2. Sekolah dan juga kampus yang ada di Oxford ada sangat banyak sekali sebaiknya anda melakukan penelitian dulu kira-kira mana yang perlu dan tidak agar bisa hemat waktu
  3. Jika anda ingin masuk ke salah satu sekolah sebaiknya anda pastikan waktu buka dan tutupnya ya, karena ini adalah institusi pendidikan maka mereka tetap memprioritaskan pendidikan jadi jika ada ujian maka biasanya kampus tersebut tutup walaupun banyak turis yang ingin masuk mereka tidak peduli pendidikan adalah nomor satu, jadi mohon sangat diperhatikan waktu jam buka tutup yang setiap musim bisa berbeda agar tidak kecewa nantinya. Untuk jam buka tutup bisa dicek di website masing-masing college.
  4. Biaya masuk untuk melihat ke sekolah dan kampus di sini relatif mahal antara 5-10 pound itupun dengan waktu kunjungan yang sangat singkat dan tidak semua tempat bisa diakses ada beberapa tempat yang harus ada panduan dari tour, agar para turis tidak menggangu jam pelajaran dan tidak merusak bangunan nya
  5. Di oxford juga ada wisata gratis, semua museum di oxford Gratis jadi jika merasa terlalu mahal mengunjugi kampus gak papa ada alternatif kunjungi museum di kota ini.

Demikian kisah saya di Oxford please subscribe and comment dan nantikan kisah selanjutnya

Ferdi Cullen

WOKE UP IN LONDON (PART 2)

Feeling saya mengatakan bahwa hari ini London pasti cerah, setelah googling dan cek di aplikasi AccuWeather yup ternyata memang cerah. Dengan mengetahui ini semakin menambah semangat saya untuk melakukan eksplorasi di hari kedua saya di kota London United Kingdom ini. Akan tetapi jangan sampai jadi buah simalakama, saya tetap bawa payung karena who’s know kan bagaimana cuaca bisa berubah sekejap mata.

JSLC00141-2
London Maps

Hari kedua kami tetap pada rencana awal yaitu menelusuri London Central, karena ternyata London luas sekali ya, lebih luas dari ibukota Indonesia Jakarta loh jadi tips buat anda yang benar-benar ingin eksplore kota ini secara maksimal saran saya adalah ambil minimal 4 hari, sedangkan karena keterbatasan waktu saya cuman menghabiskan waktu 2 hari dan kita sudah berada pada hari kedua. Benar-benar memeras otak, raga, dan jiwa untuk bisa menentukan mana yang prioritas dan tidak untuk dikunjungi dari sekian banyak yang bisa dikunjungi. Namun ujung-ujungnya kami memilih untuk Go Show aja kali ya karena rasanya lebih lepas daripada harus bounded dengan itinerary.

DSC00185
London Eye di balik Somerset House
DSC00182
The Somerset House

Kami pun memulai eksplorasi kami dengan mencoba coba berjalan pagi di wilayah South Bank, wilayah ini merupakan kawasan modern yang dilintasi oleh Sungai Thames, berbeda dengan kawasan Westminster yang didominasi oleh bangunan tua, kawasan ini didominasi oleh beberapa bangunan modern. Yang cukup menyita perhatian saya adalah London Eye, sebuah bianglala raksasa yang menjadi salah satu hiburan dari masyarakat London untuk melihat seantero kota dari atas. Saya tidak berkeinginan sih untuk menaiki London Eye, jadi saya hanya berkeliling di sekitarnya sambil jepret sana dan jepret sini. Di pinggiran sungai Thames dekat dengan London Eye kami menemukan sebuah spot menarik yang bisa kami jadikan tempat berfoto dan dimulailah beragam gaya dan ekspresi. Setelah puas berfoto kami pun menyusuri satu per satu bangunan di sekitar London Eye yang merupakan tempat hiburan tematik di sini ada namanya Madame Tussaud Museum yaitu sebuah musuem lilin nya Madame Tussaud kemudian yang cukup menarik perhatian saya adalah London Dungeon, yang merupakan tempat tematik segala peristiwa kriminal dan horror di kota ini. Awalnya saya mau berkunjung ke mari namun karena jadwal yang padat dan who knows apa yang akan terjadi saya urungkan niat kemari tapi untuk mengenangnya saya berfoto sajalah di depanya. Siapa tau kan insyaallah jika ada rejeki bisa balik lagi kemari Aminnn.

DSC00197
Selfie dengan latar belakang Big Ben dan Thames
DSC00201
Cloud in The Thames
DSC00198
Pemandangan sepanjang Thames Promenade
DSC00202
Ferdi Cullen dan London Dungeon

Setelah puas dengan foto-foto berbagai gaya, kami melanjutkan perjalanan kami di City of Westminster. Tempat yang akan kami tuju adalah Westminster Abbey, salah satu tempat ikonik yang ada di novel Dan Brown “Da Vinci Code”. Setibanya kami di depan pintu gereja, antrian sudah mulai ramai tapi masih terkendali, dengan pemeriksaan yang super ketat, mereka memeriksa tas-tas kita. Dan yang paling bikin saya kesal adalah ternyata di dalam tidak boleh melakukan pemotretan dalam bentuk apapun baik kamera, handphone, apalagi tripod dan tongsis. Duhhh…. pusing deh padahal sudah memikirkan gaya gaya indah tapi ya sudah lah dengan sangat tekun saya mempelajari baris demi baris gereja ini. Toh dokumentasi bukanlah segalanya.

IMG_20150603_094843
Queen Elizabeth 1 dan Queen Mary Tomb in The Abbey
Newton's grave Westminster Abbey
Issac Newton Remembrance
Makam Issac Newton di Abbey

Sedikit cerita, Westminster Abbey ini merupakan salah satu gereja tertua di London, gereja ini menjadi gereja paling istimewa bagi Keluarga Kerajaan Inggris, banyak perhelatan Royal Family terjadi di sini, gereja ini menjadi saksi bisu penobatan para Raja dan Ratu Inggris sekaligus pemakaman mereka sejak tahun 1066. Selain itu ada beberapa pernikahan juga dilangsungkan di gereja ini. Salah satu yang menguras perhatian adalah Royal Wedding Prince William dan Kate Middleton. Di era 90 an upacara pemakaman Lady Diana juga dilakukan di Abbey.  Yang cukup menarik perhatian saya adalah gereja ini merupakan makam dari raja-raja Inggris kuno dari berbagai Dinasti, mulai dari William The Conqueror (salah satu pendiri kerajaan Inggris), saya juga melihat makam Ratu Elizabeth 1 The Virgin Queen dan Ratu Marry, kedua ratu ini merupakan generasi terakhir Dinasti Tudors.

DSC00075
The Westminster Abbey, sebuah gereja yang punya ikatan penting dengan Royal Family

Namun yang menarik perhatian saya adalah Makam Isaac Newton, salah satu yang menjadi plot dari kisah Da Vinci Code, di sinilah Professor Langdon berhasil memecahkan  Rahasia Cryptex yang berisi peta dimana lokasi Holy Grail. Ternyata berbeda dengan yang ada di novel ya tempatnya kecil dan hanya terdiri dari patung Newton yang di atasnya terdapat bola dunia, di bawah nya ada semacam passage yang berisi memoriam untuk Newton. Secara keseluruhan sebuah pengalaman yang luar biasa sih bisa masuk ke gereja yang sudah berusia ribuan tahun ini ditambah bertemu langsung dengan makam beberapa idola saya yaitu Ratu Elizabeth 1 dan Isaac Newton.

Tips : Jika ingin mengunjungi Westminster Abbey sebaiknya pagi hari karena sepi jam buka tutupnya sebagai berikut Senin-Sabtu 09.30-18.00 (winter tutup jam 15.30). Sebaiknya jangan bawa yang macam-macam deh kayak tongsis atau tripod jika anda membawa itu maka sebaiknya dititipkan dan ada tempat penitipan barang di dalam gereja. Harga Tiket lumayan mahal yaitu 20 pound untuk dewasa, 17 pound untuk student, dan 9 pound anak-anak di bawah 5 tahun. Jika anda berkunjung bersama keluarga ada paket hemat yaitu keluarga 2 dewasa dan 2 anak sekitar 45 pound. Tiket termasuk ke dalam gereja, kemudian College Garden, Chapter House, dan St Margareth Church. Untuk transportasi anda bisa berhenti di stasiun Tube Westminster Station atau St James Park.

Jam demi jam kami habiskan di Abbey, dan ternyata sudah tengah hari kami melanjutkan perjalanan lagi-lagi dengan jalan kaki ke arah timur. Dan tiba lah kami di sebuah alun-alun kota yang paling indah yaitu Trafalgar Square. Alun-alun ini merupakan tempat ngumpul-ngumpulnya warga London.Trafalgar aquare dibangun untuk memeperingati Pertempuran Trafalgar tahun 1805. Di sekeliling square banyak terdapat bangunan-bangunan menarik yang bisa dikunjungi sebagai objek wisata, sebut saja National Gallery, St. Martin Church, Admiralty Arch, dan masih banyak lagi saya juga kurang ingat apa saja rata-rata adalah Museum dan monumen.

Trafalgar Square sendiri merupakan tempat yang sangat menarik tepat di tengah terdapat Tugu Nelson yang tingginya mencapai 50 Meter, tugu ini dibangun untuk memperingati tewasnya Laksamana Horatio Nelson pada pertempuran Trafalgar, selain itu aktivitas yang biasa dilakukan warga kota adalah memberikan makan merpati dan untuk turis sangat suka sekali berfoto bersama patung Singa yang menghiasi Tugu Nelson.

DSC00209
Jalan Jalan Pagi Hari di Westminster Bridge
DSC00227
Red Telephone Box, Double Decker Bus and Big Ben
DSC00232
The Black Telepohone Box, ternyata tidak semuanya kotak telepon warna merah loh
DSC00233
The Trafalgar Square
DSC00241
Ferdi Cullen dan Lion of Trafalgar

Kebetulan hari sangat cerah dan terlihat begitu banyak orang menghiasi alun-alun ini sembari bersama keluarga dan bahkan ada turis-turis yang sibuk naik ke atas patung singa. Saya mencoba juga sih naik tapi alhasil karena berat badan saya yang terus bertambah saya tidak berhasil naik ke patung singa, sehingga saya cukup bisa berpuas dengan hanya berfoto di depan patung singa oh myyy.

Tips : Jika berkunjung ke Trafalgar Square waspada ya dengan para seniman jalanan di kota ini dan ada juga seniman yang suka mengunakan kostum yang lucu lucu dan unik, tapi jika kita minta foto sama dia, maka kamu harus bayar syukur syukur seniman nya baik jadi gak terlalu besar yang dimintanya tapi kalau seniman nya kurang baik hati-hati diperas ya 

Nah tidak jauh dari Square ini namun saya tidak begitu ingat di gedung mana yaitu sekitaran dengan China Town dekat Charing Cross Station ada sebuah mini market Indonesia yang juga sekalian menjual masakan Indonesia yaitu Warung Padang Hello Indonesia, sebenarnya rumah makan padang ini tidak begitu terkenal sih, karena lokasinya yang mencorok masuk di salah satu gedung pertokoan dan ada di lantai dua dari gedung tersebut, yang saya juga namanya lupa berikut saya hadirkan langkah-langkah menuju ke resto ini siapa sangka ada yang mengikuti petunjuk saya dan sekaligus bisa mencoba resto ini. Yang saya sukai dari resto ini adalah harganya yang murah di kantong sekitar 8 pound kita sudah merasakan enaknya masakan indonesia plus kenyang. Sebenarnya ada lumayan banyak restoran Indonesia di London namun yang paling murah saya rasa restoran ini.

IMG_20150603_122319
Gedungnya ada lambang beginian silahkan naik ke lantai 2
IMG_20150603_122415
Nah ini dia nih lumayan dapat masakan Indonesia yang murah
IMG_20150603_123656
Ada lambang Sukarno di Warung Padang ini

Sekitaran berjalan 500 sd 800 M dari tempat kami makan siang tersebut kami berkunjung ke M&M World lokasinya berada di Leicester Square,  salah satu tempat cokelat legendaris M&M. Di tempat ini ada begitu banyak cokelat yang bisa dibeli kiloan kemudian ada juga banyak suvenir yang bertajuk M&M yang bisa dijadikan suvenir, namun tidak berbeda dengan di Sherlock Holmes Museum harganya lumayan mahal di sini. Yang paling saya sukai adalah tempat ini masuknya gratis udah gitu bebas berfoto dengan miniatur M&M yang dibuat mirip dengan The Beatles di Abbey Road, kemudian ada juga yang mirip dengan para Scotland Yard sampai para penjaga Istana Buckingham, bisa puas deh berfoto dan gak harus beli cokelat.

DSC00244
Pintu Masuk M&M’S World London
DSC00246
Salah Satu Miniatur di M&M’s World bertajuk Buckingham Guard
DSC00248
Miniatur Abbey Road dan The Beatles di M&M’s World
DSC00252
Coklat Kiloan yang ada di M&M’s World dengan berbagai rasa

Selepas dari M&M kami pun berjalan masih ke arah timur dan kami pun sampai di sebuah alun-alun tapi ini bukan alun-alun kuno seperti layaknya Trafalgar Square, alun-alun ini ada disebutkan dalam lagunya One Republic yang berjudul Good Life. Iya nama alun-alunnya adalah Picadilly Circus. Picadilly Circus sebenarnya adalah sebuah persimpangan sekaligus ruang publik di West End Central London. Persimpangan ini sangat kontras negara maju karena dihiasi dengan layar-layar iklan di dinding bangunan dengan video iklan bergeraknya kalau di Jepang kita kenal ada Shibuya, di new York ada Times Square maka di kota ini Picadilly Circus merupakan salah satunya. Uniknya di sini ada patung Eros yang merupakan dewa cinta, sebenarnya Eros di sini tidak ada alasan spesifik kenapa mereka membuat patung ini, menurut informasi hanya ada satu alasan yaitu sebagai meeting point apabila ada teman yang terpisah atau tersesat hehehe.

DSC00259
Sekeliling Picadilly Circus
DSC00262
Eros and The Picadilly Circus
DSC00279
The Shakespeare Head sebuah cafe unik di bilangan Picadilly Circus
DSC00276
The Carnaby Street
DSC00285
Liberty Department Stores

Selang beberapa ratus meter ada Oxford Street yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan barang-barang branded di kota ini. Kami juga melewati Carnaby Street sebuah jalan yang terkenal dengan Fashion Street nya karena di kanan kiri nya adalah butik branded. Selain itu kami juga melewati beberapa teater dan ada departemen store yang sangat unik yaitu  Liberty, bangunanya gothic dan sangat berarsitektur kuno namun ternyata bangunan ini adalah departemen store.

DSC00283
The Liberty, pusat perbelanjaan yang bangunanya unik banget
IMG_20150603_141252
Ceritanya Lost in Oxford Street

Sore menjelang malam walaupun di sini masih cerah kami berencana menuju ke Tower Bridge London, yaitu satu lagi bangunan ikonik di kota ini yaitu jembatan berbentuk menara yang disebut sebagai Tower Bridge. Dari Oxford Street kami menuju ke Tower Bridge naik bus Double Decker, wah pengalaman yang luar biasa juga bisa naik bus tersebut, kami pun berhenti di Stasiun Tower of London dan berjalan sekitar 300-500 M untuk mencapai Tower Bridge. Jembatan ini merupakan jembatan angkat, artinya apabila ada kapal besar yang melewati Sungai Thames maka jembatan ini akan terpotong di bagian tengah membelah sebesar 86 derajat dan kapal-kapal tersebut akan melintasi jembatan. Sebenarnya saya pengen banget sih melihat fenomena itu tapi kebetulan unlucky me saya melewatkan kesempatan itu mungkin karena sudah malam ya di sini.

DSC00295
The Modern London view from Tower Bridge
DSC00301
Ferdi Cullen in The Tower Bridge

Tower Bridge dibangun pada tahun 1886 oleh seorang arsitek bernama Sir Horace Jones dan membutuhkan 8 tahun untuk menyelesaikannya. Menara jembatan ini mengunakan arsitektur Victorian Gothic, dengan warna keabu-abuan selaras dengan warna Tower of London yang berada di seberangnya.

Karena cukup lelah kami beristirahat di salah satu square tempat nongkrong warga London yang tepat berada di seberang jembatan melihat keindahan jembatan, Tower of London, dan Sungai Thames. Nama Squarenya  nya saya lupa, tapi tempatnya cozy banget ada tawa masyarakat London yang sedang bercengkerama dengan kolega ada juga anak-anak yang sedang bermain di lapangan. Dan seperti biasa kami istirahat sambil sekali lagi mengekspresikan beberapa gaya untuk mengenang momen indah ini.

Demikian sunny day kami di London yang begitu mempesona, lelah memang tapi sangat worth it perjalanan saya ke kota yang benar-benar sejuta pesona ini mudah-mudahan saya bisa diberikan kesempatan dan juga rejeki agar bisa ke sini lagi deh It’s Really one of my Great Experience in my life

Ferdi Cullen

WOKE UP IN LONDON (PART 1)

Woke up in London yesterday
Found myself in the city near Piccadilly
Don’t really know how I got here
I got some pictures on my phone

Read more: OneRepublic – Good Life Lyrics | MetroLyrics

Sepenggal lirik dari lagu one republic tersebut sedikit banyak menginspirasi saya untuk menulis kisah flashback saya ketika berada di London kota megapolitan yang menjadi impian banyak traveller dari seluruh dunia untuk berkunjung ke sana. Dan seperti yang tertuang di dalam penggalan lirik itu. saya benar-benar seperti mimpi dan tiba-tiba terbangun sudah ada di London.

Kunjungan saya ke kota megapolitan ini tepatnya adalah satu tahun yang lalu, yaitu di awal Juni 2015. Awalnya sih berbekal tiket promo dari Qatar Air dan kebetulan ada seorang teman yang bisa dijumpai di kota ini, maka saya nekat memberanikan diri ditambah tekad kuat berkunjung ke negara Ratu Elizabeth ini. Dan sampai lah saya di Bandara Heatrow pada tanggal 1 Juni 2015.

peta london
London Map

Sebelum kita lanjut ke kisahnya. Saya mau memberikan gambaran like dan dislike menurut opini saya mengenai London Pertama adalah “like” sebagai berikut :

  1. Polite People Kota ini merupakan kota yang sangat teratur, orang-orangnya sangat sopan, ramah, baik hati lagi dan sangat beretika, dengan kata lain tidak sembarangan misalnya adalah kalau kesengol sedikit langsung mereka minta maaf, kemudian setiap toko juga ketika kita membeli sesuatu selalu mengucapkan terima kasih rasanya baru ini saya melihat orang yang begitu santun di dunia.
  2. Book Lovers Masyarakat kota ini sangat mencintai buku, kemana-mana membawa buku novel pantas saja negeri ini merupakan kelahiran dari banyak novelis terkenal
  3. Aware for Health Masyarakat kota ini juga sangat menghargai kesehatan ada dua hal yang saya sukai yaitu pertama banyak orang Inggris yang berpergian dengan mengunakan sepeda, dan kedua adalah orang Inggris yang pergi ke kantor dengan lari (iya lari lengkap dengan pakaian olahraganya) kedua hal tersebut menurut saya sudah memastikan bahwa orang London sangat cinta kesehatan. Dan mereka punya kebiasaan berjalan di taman yang menurut saya adalah sesuatu yang sangat menyehatkan.
  4. Cool Public Transport Transportasi di Kota London sangat teratur, jaringan tube (kereta bawah tanah London), dan bus sangat terintegarasi dengan baik. Tube juga merupakan salah satu MRT paling cepat di dunia loh.
  5. Old and New Terakhir saya sangat suka dengan arsitektur kotanya yang melakukan keseimbangan antara bangunan modern, bangunan tua, taman dan ruang hijau.

Selain hal-hal yang saya sukai ada juga hal-hal yang tidak saya sukai atau “dislike” dari London, ada beberapa yaitu sebagai berikut  :

  1. Pound oh Pound London memang kota paling mahal di Eropa dan mungkin dunia, saya tidak tahu kenapa ya apakah karena mata uang Poundsterling merupakan mata uang yang paling mahal di Indonesia (1 Poundsterling= Rp. 20 ribu Juni 2015). Untuk makan siang saja dengan porsi lengkap ya ada minum sama makanan di cafe -cafe itu paling murah mungkin menunya hanya omelete dan fish n chips kurang lebih 10 pound atau 200 ribu rupiah mau hemat ya silahkan coba gerai fast food (Mcd, KFC, dll) lumayan murah ada paket 5 pound sudah lengkap dengan minum. Ditambah dengan biaya naik tube merupakan salah satu biaya transportasi yang cukup mahal saya saja beli oyster card gak sampai 2 hari harus isi lagi OMG. Tips sebaiknya kalau gak jauh-jauh amat sebaiknya siap-siap jalan kaki.
  2. Scam and Scam Anywehere in tourist spot very be careful for scam, baik dalam bentuk pencopet, maupun orang-orang yang menawarkan bunga dengan dalih sosial, saya kemarin apes dimana ada orang menawarkan bunga di Buckingham Palace dan dia meminta sumbangan seikhlasnya tapi pas saya kasih hanya 1 pound dia malah marah-marah dan menunjukan uang 50 pound duh amsyong saya gak mau dong sumbagin 50 pound akhirnya saya tambah 5 pound dan dia masih juga marah-marah dan ada salah satu teman saya yang menyerahkan 2o pound dia baru diam, tapi teman saya langsung sumpah serapah. Yah begitulah London jadi selalu waspada selalu ya jika kalian ingin ke London terutama di tempat wisata tapi di luar kota London dijamin aman banget hanya di London saja yang demikian.
  3. Rainy oh Rainy Hujan dan Angin, seperti yang ada di film Mary Poppins kalau di film tersebut diilustrasikan bahwa angin di London sangat kencang bahkan ada orang yang beratnya sangat kurus bisa terangkat huahhh beneran gak sih. Ternyata setelah saya di sana kemungkinan ada benernya juga sih karena cuaca di sana it’s so unpredictable bisa berubah rubah awalnya cerah kemudian ada angin yang wuisss kencengnya sampai nerbangin debu dan kertas kertas, tiba-tiba gerimis, kemudian cerah lagi eh tiba-tiba ada geleduk geleduk dan hujan lagi. Jadi tips sebaiknya selalu perhatikan cuaca sebelum meningalkan hotel tempat kalian menginap, selalu bawa jaket karena anginnya dingin bgt, dan jangan pernah ke London jika tidak bawa PAYUNG (salah satu alat yang wajib dibawa) boleh sih gak bawa siap-siap beli payung di kota ini harga paling murah 20 pound (hehh nyahok deh kita)
London Most Expensive City in The World

Cukup sudah mengenai like or dislikenya hehehe, mari kita ceritakan the real story nya dan pengalaman apa yang saya peroleh dari beberapa tempat wisata menarik yang saya datangi. Kisah ini adalah kisah hari pertama saya di kota ini.

The City of Westminster

Mendarat di bandara Heatrow kami segera meluncur ke stasiun tube yang menghubungkan bandara ini. Dengan mengunakan jadwal itinerary dan hasil riset saya tentang kota ini, kami menentukan di stasiun mana hostel kami berada dan segera menuju ke sana. Ternyata lumayan jauh juga dari bandara ke South Bank tempat kami menginap.

Perjalanan kami di London kami menggunakan moda transportasi yang sangat saya favoritkan dan merupakan salah satu transportasi umum terbaik yang saya rasakan sejauh ini, namanya adalah Tube. Bentuk stasiun nya pun unik dengan lambang bertuliskan “Underground” saya jadi teringat tentang berita yang pernah saya baca dulu mengenai kehumble an dari Prime Minister UK yang keseharianya mengunakan Tube.

IMG_20150605_180014
Salah Satu Lambang Stasiun Underground Tube di London
Oyster Card
Oyster Card London

Singkat cerita, saya mengunakan Oyster Card untuk persoalan transportasi di London. Oyster Card ini terhubung dengan semua moda transportasi yaitu Bus, Tube, DLR, dan OTR. Harga Oyster Card ini lumayan mahal sih yaitu 13 pound dan sudah berisi 10 pound saldonya. Kemudian kita bisa melakukan pengisian isi ulang dengan nominal 10-50 pound.

Sesuai petunjuk maka kami sampai di stasiun tube paling dekat dengan hostel kami yaitu Lambeth North dan berjalan kurang lebih 500 meter kami sampai di Walrus Hostel and Bar yang merupakan tempat kami menginap 2 malam pertama di London.

DSC00050
Welcome To Westminster
DSC00305
Walrus Hostel tempat kami bermalam

Hostel Walrus ini secara lokasi sangat rekomen sekali karena sangat dekat dengan Jembatan Westminster. Berikut silahkan jika ingin pergi ke London dan mencoba hostel ini dapat mengunjungi di website Walrus berikut. Setiba kami di hostel setelah menitipkan barang kami pun segera ingin melihat seperti apa sih Kota Westminster itu.

DSC00056
The Parliament close up
DSC00057
Arsitektur bangunannya sangat Gothic
DSC00075
The Westminster Abbey

City of Westminster merupakan sebuah wilayah di Kota London yang merupakan kawasan  penuh dengan bangunan yang dilestarikan dari abad pertengahan, singkat kata ini adalah kawasan kota tua di kota ini. Di sinilah Gedung Parlemen, gedung pemerintahan sampai istana Buckingham tempat tinggal sang Ratu berada. Pertama kami mengunjungi yang namanya Westminster Bridge sebuah jembatan yang memisahkan South Bank (tempat Walrus Hostel berada) dan kawasan Westminster, jembatan ini merupakan jembatan pertama di Kota London yang menghubungkan dua sisi kota, dihiasi dengan pemandangan Sungai Thames sebagai salah satu sungai terbesar di dunia meluluhlantakan hati saya. Betapa kagumnya saya dengan keindahan sungai Thames dan hiruk pikuk masyarakat ketika itu yang sedang melewati jembatan ini. Ditambah dengan tampak kokohnya The Big Ben lambang ikonik kota ini bersama The Parliament menambah semangat kami, walaupun mendung mendera tidak memupuskan semangat tersebut. Berselang sedikit dari The Parliamnet ada Westminster Abbey, salah satu gereja favorit saya kenapa menjadi favorit karena masuk sebagai latar di novel Dan Brown.Sebuah pengalaman yang luar biasa bisa melihat langsung gereja ini seperti masuk ke dalam novelnya Dan Brown yang berjudul “Da Vinci Code”.

Big Ben adalah sebuah menara jam yang terletak di ujung Westminster Bridge dan tepat bersebelahan dengan The Parliament, walaupun saat ini sudah tidak lagi menjadi menara jam tertinggi di dunia, namun bangunan ini sudah sangat lama sekali dipromosikan dan begitu terkenal di seluruh dunia. Sekilas menurut pengamatan saya jam ini tidak terlalu tinggi akan tetapi menaranya dengan arsitekturnya yang luar biasa memang sangat unik sekali. Sebenarnya adalah nama asli Big Ben ini yaitu The Great Bell, karena ada lonceng di dalamnya dan setiap jam pasti akan berbunyi sampai jam 12 malam.

DSC00045
Up and Close with Big Ben
DSC00026
Suasana Jalan di City of Wetminster

Antara Westminster Bridge, Parliament and Big Ben, dan Westminster Abbey semua bisa ditempuh dengan jalan kaki, ada sih tube bedanya hanya 1 stasiun masing-masing. Plank-plank informasi juga banyak tersedia di wilayah ini jadi jangan takut nyasar. Agak jauh sedikit dari situ sekitar 800-900 M kita sampai di istana Buckingham Palace yang merupakan istana tempat memerintah yang mulia Ratu Elizabeth. Di sini ada pertunjukan gratis yang cukup menarik bernama Changing of The Guard, yang merupakan prosesi peralihan para penjaga yang menjaga istana ini. Yang menarik dari pertunjukan ini menurut opini saya adalah, kostum si penjaga yang memang khas banget UK dan tidak ada duanya di dunia ini. Sama halnya dengan yang sudah pernah kita lihat di film yaitu topi bulu besar hitam dan baju suit merah lengkap dengan boots hitamnya.

Sekedar informasi topi yang digunakan memang beneran dari bulu Beruang loh. Atraksi Changing Of The Guard ini diadakan setiap hari pukul 11.00 waktu setempat. Atraksi yang disajikan adalah parade Marching Band, kemudian diikuti dengan Parade Berkuda lengkap dengan kuda-kudanya, dan terakhir parade Meriam.

Tips : Lokasi ini sangat ramai sekali jadi jika anda ingin nyaman dalam menyaksikan atraksi ini sebaiknya datang 2 jam sebelumnya ya kalau datangnya agak mepet otomatis ya akan tidak terlihat jelas seperti yang saya rasakan saya datang malah 15 menit sebelum dimulai.

DSC00033
The Iconic Spot : Big Ben, The Parliament and Westminster Bridge
DSC00082
The Buckingham Palace : Ramainya manusia
DSC00090
Lambang di pagar Istana Buckingham
DSC00097
Gini nih keramaian manusia yang ingin lihat atraksi Changing of The Guard
DSC00084
Prosesi Changing of The Guard
DSC00092
Parade Kuda Changing of The Guard

 

DSC00123
Ada passage Princess Diana

Sepanjang perjalanan saya dengan kaki ke Buckingham Palace banyak yang bisa kita lihat dan jepret, misal iconik bus double decker merah dan tentunya box telepon umum berwarna merah. Diselingi juga dengan taman taman kota yang membuat kota ini semakin asri saya rasa.Kami juga melewati taman yang sangat cantik bernama St. James Park. Ini menjadikan pengalaman jalan sore hari yang sangat menyenangkan sepanjang hidup saya.

Sherlock Holmes Museum : The Baker Street 221B

Sebenarnya saya bukan seorang Sherlockian (nama penggemar Sherlock Holmes), namun pesona Sherlock Holmes cukup membutakan hati saya, sehingga saya memutuskan untuk berkunjung ke museum ini. Akses menuju ke museum ini cukup jauh karena berada di Central London paling Barat. Tube terdekat adalah Charing Cross, dari stasiun tersebut sebenarnya harus menyambung dengan mengunakan bus lagi namun karena saya seorang backpacker, ditambah biaya transportasi yang cukup mahal di kota ini, maka  jalan kaki saja lah pilihanya, toh setelah saya cek di google maps ada sekitaran 7-8 menit saja jalan kaki dari Charing Cross, dan ternyata 7 menit nya 7 menit langkah kaki orang Inggris, saya berjalan 15 menit dan tibalah di sebuah apartemen kecil yang sangat klasik yaitu Baker Street 221b.

DSC00124
Sherlock Holmes Museum : sebuah museum berbentuk apartemen
DSC00125
Papan Nama Museum
DSC00128
Museum dengan Perabotan Lengkap
DSC00133
Di museum ini kita bisa selfie dengan topi dan pipa Mr. Holmes
DSC00138
Peralatan Kerja Mr. Holmes
DSC00144
Barang Bukti Kasus yang ditangani Holmes
DSC00154
Patung Lilin Menghiasi Museum
DSC00156
Foto Bareng dengan Polisi Scotland Yard yang menjaga musuem ini
DSC00157
Salah satu souvenir unik di Sherlock Holmes Museum


Museum ini hanya sebuah apartemen kecil dan diubah sedemikian rupa agar mengikuti deskripsi alur cerita Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Di apartemen sebelahnya ada toko suvenir bertuliskan “The Sherlock Holmes Museum – Souvenirs, Books, Antiques and Curios”. Orang harus membeli tiket lalu antri menunggu giliran masuk. Karena tempatnya kecil, harus diatur jumlah pengunjung yang masuk bersamaan.

Di depan pagar sudah berisi seorang pria yang berpakaian polisi Scotland Yard, awalnya saya agak takut ngapain ada polisi di sini, ohh rupanya polisi ini hanya lah cameo untuk menghias musuem ini. Jadinya saya minta foto deh sama dia kapan lagi coba bisa foto bareng polisi. Admission ticket untuk ke museum ini cukup merobek kantong pasalnya lumayan mahal sih untuk kantong backpacker, namun karena saya adalah seorang backpacker anti mainstream saya sangat ingin sekali mengunjungi tempat yang tidak umum dikunjungi turis Indonesia terutama, maka saya rogoh dan saya keluarkan 15 pound. Harga tiket di sini lumayan mahal namun worth to visit.

Tips : Jika ingin kunjungi museum ini dengan guide tour yaitu seorang pria berpenampilan ala Dr Watson silahkan datang pagi hari ya, musuem buka pukul 09.30 sd 18.00 waktu setempat.

Berhubung saya berada di museum sudah agak sorean jadi gak ketemu deh sama Dr. Watson ala ala itu hehehehe, tapi gak masalah juga sih saya tetap enjoy aja. Apartemen ini terdiri dari 3 lantai dimana ada kamar Mr. Holmes, kamar Dr. Watson, dan ada beberapa kamar khusus. Buku-buku. Pipa cangklong berbagai bentuk, tergantung di dinding maupun terserak diatas meja. Topi khas Sherlock, Kaca pembesar berbagai ukuran. Teropong. Pena dan tinta. Perangkat cukur jenggot, Jam rantai, Pistol kuno maupun modern. Foto-foto. Berkas-berkas kasus yang terbuka. Kotak korek api, Meteran, Lencana polisi, Diary. Dan berbagai benda kuno lainnya memberikan kesan sangat maskulin dan misterius. Semua benda-benda itu menghiasi museum ini ditambah ada beberapa patung lilin di lantai selanjutnya,  yaitu tokoh-tokoh dan episode-episode dalam cerita. Plakat-plakat berisi cuplikan kasus-kasus petualangan Mr. Holmes dipajang untuk menjelaskan berbagai episode tersebut seperti: The case of The Red Headed League atau The Disappearance of Lady Francis Carfax dan sebagainya.

Secara keseluruhan saya agak sedikit kecewa ke museum ini,  karena tempatnya begitu kecil dan kalau mau naik tangga juga harus nunggu orang yang dari atas turun ke bawah atau tidak bisa bersamaan naiknya, Namun yang menariknya adalah Pertama, Toko souvenirnya keren banget ada jual novel Sherlock mulai dari bahasa Inggris, Spanyol, Jerman, Jepang, dan Chinese (Indonesia gak ada), juga ada barang-barang unik Sherlock tiruan tapi sangat keren seperti ada jual telepon tua, alat perekam, miniatur, dan lainya. Worth to visit lah bagi penggemar Sherlock Holmes atau bukan bagi penggemar barang unik, harga barang di sini terbilang cukup mahal jadi sebaiknya siapkan dana lebih ya. Kedua, saya sangat suka dengan tampilan rumah tua ini jadi sedikit banyak bisa mengambarkan bagaimana sih rumah warga London dan bagian terbaiknya adalah ada satu spot di sini yang kita bisa mencoba topi dan pipa sherlock sehingga bisa selfie ala ala Sherlock dengan latar belakang rumahnya awesome bukan.

The London Beatles Store 

Kurang lebih 400 Meter dari Sherlock Holmes Museum saya menemukan toko ini yaitu toko London Beatles Store, berikut websitenya http://www.beatlesstorelondon.co.uk/. Ini adalah sebuah toko yang menjual Merchandise dari The Beatles mulai dari T Shirt, Jacket, rekaman, CD, poster, dan lain-lain. Tokonya sih gak luas tapi koleksinya lengkap banget, sangat senang sekali bisa menemukan toko ini. Bagi penggemar The Beatles anda wajib datang kemari tempatnya nyaman banget dan harganya juga gak bikin kantong bolong  T Shirt ada dijual mulai dari harga 5 pound sampai 20 pound. Dan kebetulan saya penggemar The Beatles jadi agak sedikit khilaf ketika berada di toko ini saya habiskan lumayan banyak pound plus waktu karena ingin lihat-lihat jenis souvenirnya hehehe.

DSC00158
The London Beatles Store

Abbey Road

Hari menjelang malam namun masih cerah jadi kami masih semangat, kami pun segera menuju salah satu zebra cross paling terkenal di dunia yaitu Zebra Cross Abbey Road. Apa sih yang membuat zebra cross ini begitu terkenal. Nah zebra cross ini merupakan tempat dimana The Beatles mengambil foto untuk sampul album mereka yang paling terkenal berjudul Abbey Road. Jalan ini populer ke seluruh dunia setelah The Beatles menjadikannya judul album ke-11 mereka yang dirilis pada 1969. Selama kurang lebih 45 tahun jalan ini menjadi salah satu tourist spot yang paling berbahaya sih kalau saya pikir hehehe kenapa karena kita harus melewati zebra cross dan jalan ini masih aktif mobil yang halu lalang di jalanan ini.

DSC00160
Suasana Jalan Kaki menuju Abbey Road
the-beatles-abbey-road-album-cover-wallpaper-4
Cover The Beatles Abbey Road

 

DSC00161
Zebra Cross tempat diambilnya gambar cover Album Abbey Road The Beatles
DSC00165
Salah satu atraksi yang cukup bernyali yaitu Foto menyeberangi zebra cross ini dan jalanan aktif dengan mobil-mobil
DSC00171
Abbey House di samping Abbey Road Studio
DSC00172
Abbey Road Studio : Studio Rekaman Tertua di dunia

Untuk mencapai Abbey Road, wisatawan bisa naik kereta bawah tanah dan turun di Stasiun Saint John’s Wood dan berjalan kaki melalui ruas jalan Grove End sebelum mencapai persimpangan antara Garden Road dan Abbey Road. Namun saya tidak mengunakan jalur tersebut, pada saat kami berada di The Beatles Store London  saya sempat menanyakan lokasi The Abbey Road dan mereka bilang tidak terlalu jauh dari Baker Street so lagi lagi kami jalan kaki ke sana dan ternyata memakan waktu kurang lebih 30 menit berjalan dari Baker Street hehehe.

Setiba nya di sana how lucky tidak begitu banyak turis yang antri biasanya banyak yang antri mau foto di sini, mungkin karena sudah pukul 18 ke atas, namun yang sangat saya sukai adalah para pengemudi mobil yang melewati jalan ini sudah paham benar kalau para turis mau berfoto sehingga mereka selalu berhenti dan membiarkan para turis berfoto ria. Duh sabar-sabarnya orang London, saya sempat baca di beberapa review ada juga sih yang suka marah-marah tapi alhamdulillah pada saat kami berfoto tidak menemukan satu pun yang marah-marah.

Alhasil jepret demi jepret pun kami lakukan, Di samping zebra cross ini terdapat Abbey Road Studio yang merupakan studio rekaman tertua di London dan kabarnya juga yang tertua di dunia. Namun sayangnya pintunya tertutup dan sepertinya sih memang private area jadi kami hanya mengambil beberapa dokumentasi saja di depan tempat ini.

DSC00176
Pemandangan salah satu sudut Kota London di saat senja

Tidak terasa waktu bergulir dan jam sudah menunjukan pukul 21.00 malam hari kami pun kembali ke hostel kami di daerah South Bank dengan tube, untuk melepas lelah dan masih tidak percaya bahwa kami berada di London dan berharap semoga besok bisa terbangun dan masih berada di London dan nantikan segera kisah berikutnya.

Ferdi Cullen

BATH : Dua Sisi antara Jane Austen & Peninggalan Romawi

Think Only The Past as its remembrance gives you pleasure (Pride and Prejudice-Jane Austen)

Sepenggal kalimat di atas merupakan kalimat dari novelis terkenal Inggris yang bernama Jane Austen. Jane Austen adalah salah satu novelis wanita dari Inggris yang terkenal akan gaya realismenya, dengan uraiannya yang tajam tentang kondisi sosial, dan kepiawaiannya meramu gaya narasi bersudut pandang orang ketiga, parodi dan ironi, telah menjadikannya salah satu penulis dalam kesusateraan Inggris yang paling disukai dan karyanya dibaca di mana-mana.(sumber :Wikipedia)

jane austen
Jane Austen Sumber : Wikipedia

Loh apa hubunganya dengan kota Bath di UK, nah Jane Austen tinggal di sini selama kurang lebih 5 tahun dari tahun 1801-1806 dan dan mendapat banyak inspirasi dari kota ini untuk karya-karyanya. Salah satu yang menjadi alasan saya ingin mengunjungi kota ini adalah saya hendak melihat sebagaimana cantiknya kota ini seperti yang Jane Austen ceritakan di novelnya Pride and Prejudice. Jane Austen memang terkenal dengan dua novel handalnya yang telah dijadikan film layar lebar yaitu Sense and Sensibility dan Pride and Prejudice.Masih banyak karya Austen lainya, namun kedua karyanya tersebut sudah pernah saya baca dan merupakan karya yang sangat menyentuh sekali.

Perjalanan saya ke kota Bath adalah pada petualangan saya ke United Kingdom (Inggris) di bulan Juni lalu. Tepat di tanggal 4 Juni 2015 setelah selesai check out dari hostel di London kami pun menuju Victoria Station. Kami naik salah satu bus yang merupakan jaringan bus low cost di Eropa yup bus itu adalah Megabus. Kami mendapat promo yang lumayan murah yaitu  10 poundsterling pulang pergi dengan bus itu murah banget kan.

DSC00306
Pemberhentian di kota Bath  setelah 2.5 jam perjalanan dari London

Setelah menempuh kurang lebih 2.5 jam perjalanan dari London Victoria Station, kami pun sampai di Kota Bath. Bath ini merupakan Little Rome di United Kingdom, karena dulu wilayah United Kingdom ini .pernah dikuasai oleh bangsa Romawi. Namanya ketika itu adalah Britania Romawi yang mengusai hampir separuh dataran Inggris selama kurang lebih 400 tahun 43 M- 410 M. Oleh sebab itu kota ini menjadi kota yang sangat penting bagi imperium Romawi. Kota ini terkenal dengan dua bangunan yang saling bersebelahan yaitu Roman Bath dan Bath Abbey.

Kota Bath Sendiri pun mempunyai sejarah yang menarik.Dari artikel yang saya baca, Bath City pertama kali didirikan tahun 43 M zaman Romawi Kuno. Awal mula nama kota Bath adalah Aqua Sulis yang berarti Kota Spa. Sulis sendiri merupakan nama seorang dewi yang di puja oleh bangsa Romawi, sehingga Aqua Sulis berarti air yang berasal dari Dewi Sulis. Karena di daerah Bath City terdapat sumber air panas alami yang berada di lembah Sungai Avon. Bangsa Romawi kemudian membangun tempat pemandian yang sekaligus di jadikan kuil pemujaan. Bertahun-tahun kemudian, Bath City di kenal sebagai kota spa atau kota mandi.

Kunjungan saya langsung menuju ke salah satu bangunan klasik megah dan sekaligus gothic. Yaitu adalah Bath Abbey, nah dari namanya kita dapat mengetahui bahwa tempat ini adalah gereja. Nama asli gereja ini adalah The Abbey Church of St. Peter and St. Paul. Namun ketika kami datang gereja sedang ditutup karena istirahat. Jadi kami urungkan niat untuk memasuki gereja yang dibangun sejak abad 16 ini.

DSC00312
Bath Abbey

Yang cukup menarik perhatian saya ketika melihat Bath Abbey ini adalah Jacob Ladder, salah satu sculpture dari gereja ini yang mengambarkan malaikat yang naik ke atas dan turun ke bawah melewati sebuah tangga. Saya merasa ini sangat menarik sekali melihat sebuah pola dari Malaikat Jacobs naik dan turun, saya belum pernah melihat sculpture yang unik seperti ini di belahan dunia manapun. Cerita di balik sculpture unik ini adalah ketika Uskup Oliver King datang mengunjungi Bath, dan dia melihat gereja dalam keadaan yang sangat buruk. Namun dia bermimpi, melihat Malaikat Jacobs, mengunakan tangga tepat di atas gereja bergerak naik mengunjungi surga dan kembali lagi dari surga dengan menuruni tangga tersebut. Karena mimpi itu maka sang Uskup percaya bahwa gereja ini merupakan tangga menuju surga, sehingga dia memutuskan untuk membangun gereja ini mejadi semegah sekarang. Dan tentunya juga dia mengambarkan visualisasi mimpinya dalam bentuk Sculpture Jacob Ladder. Menarik bukan,apakah benar Bath Abbey merupakan tangga ke surga.

IMG_20150604_125006
Jacob Ladder, Mengambarkan malaikat Jacob sedang naik tangga ke atas menuju Surga

Tepat di sebelah Bath Abbey ada satu lagi bangunan unik nan legendaris sekaligus menyeramkan (ngeri aja membayangkan jika malam malam di situ). Tapi walaupun begitu saya tidak pernah berhenti memimpikannya bahkan sampai tulisan ini dibuat saya sendiri masih hapal dan teringat lorong-lorong bangunan itu. Yup nama bangunannya adalah Roman Bath. Roman Bath ini merupakan sebuah museum yang merupakan reruntuhan kastil tua yang umurnya sudah ribuan tahun. Tempat ini merupakan sebuah pemandian romawi kuno. Sesuai dengan yang saya ceritakan sebelumnya bahwa kota Bath (dalam bahasa Indonesia disebut kota “Mandi”) maka ini lah bangunan pemandian yang legendaris itu.

DSC00331
Roman Bath, dengan air pemandian berwarna hijau

Tanpa berpikir panjang lagi kami pun segera masuk. Eits tapi jangan lupa bayar tiket masuk dulu ya lumayan sih harganya 11 poundsterling tapi terbayar dengan pemandangan indah kastil ini. Jika kita mau membandingkan di negeri kita tercinta Indonesia ada juga sebuah pemandian dan pola ruangannya hampir sama dengan Roman Bath ini. Pemandian di negeri kita ini terletak di Yogyakarta yaitu Pemandian Taman Sari.Yang anehnya kesamaannya adalah air kedua pemandian tersebut sama sama Hijau. Saya tidak tahu fakta apa yang terjadi, dan kebetulan tidak sempat melakukan investigasi, karena saya sibuk menikmati keindahan bangunan ini.

IMG_3796
Sebagai Perbandingan saja ini Taman Sari Jogjakarta dan airnya juga berwarna hijau sama seperti di Roman Bath

Museum ini terdapat banyak koleksi benda-benda jaman Romawi yang berkaitan kebiasaan ber-spa/mandi serta cara berkehidupan sosial masyarakat. Karena pada zaman itu, tempat pemandian umum tidak hanya sekedar untuk mandi tapi juga ajang bertukar informasi atau dapat dikatakan tempat nongkrong para anak gaul zaman itu. Ada salah satu koleksi magis di Museum ini yaitu Kepala Gorgon yang dipercaya sebagai simbol Dewi Sulis. Koleksi langka ini ditemukan pada tahun 1727. Uniknya pecahan patung Gorgon yang dipercaya sebagai simbol dari DEWI Sulis Minerva ini  ternyata LELAKI. Sebuah kontradiksi ya sebenarnya mungkin sudah dari dulu ya isu transgender terjadi (menurut opini saya tapi kita tidak usah memperdebatkan hal ini).

DSC00338
Koleksi Kepala Gorgon yang menggambarkan Dewi Sulis Minerva, seperti laki-laki kan

Puas menikmati Roman Bath sebelum keluar kami dipersilahkan untuk meminum air olahan dari Roman Bath ini secara gratis. Jelas saya mau karena gratis dan ketika itu udara memang lagi panas jadi haus sekali. Air tersebut konon berkhasiat meningkatkan stamina sih katanya.Air ini disebut masyarakat lokal adal Super Water, tapi setelah meminumnya saya tidak  berubah jadi Superman hehehehe.

Tepat di belakang Roman Bath ada sebuah aula, yang disebut city hall disitu terdapat kursi untuk duduk-duduk dan bersantai dengan di tengah terdapat lapangan yang kosong. Biasanya banyak terdapat seniman jalanan yang menyajikan musik dan atraksi yang menarik di sini. Namun karena saya berkunjung pada saat matahari sedang cerah. Saya malah tertarik mendokumentasikan masyarakat yang sedang berjemur menikmati matahari.

DSC00355
Sudut Kota Bath yang sangat indah
DSC00323
Duduk Santai menikmati matahari di aula Kota Bath sambil menikmati alunan musik Seniman Jalanan

Kami terus berjalan ke arah barat, kota ini benar-benar sangat menarik saya sedikit menyesal tidak menginap di sini karena saya yakin ada sudut-sudut sempit dan rumah-rumah unik yang pastinya menarik untuk dikunjungi.

DSC00350
Rebahan sekedar menikmati panas matahari

Pusat kota Bath berdiri di sebuah jembatan di atas sungai Avon. Terlihat jelas, Bath merupakan kota pegunungan yang indah dengan landscape hijau berbukit. Aliran sungai Avon dengan bendungan-bendungan tingginya kian menjadikan kota ini terlihat begitu gagah namun tetap bersahaja.

DSC00385
Sungai Avon yang indah

Sungai Avon sendiri menurut saya tidak kalah menarik, saya teringat dengan adegan romantis di film Pride and Prejudice yang bersetting di Pulteney Bridge. Pulteney Bridge merupakan jembatan yang sangat indah, dimana sanitasi dan pengairan Sungai Avon menjadikan jembatan yang menghadap sungai ini terlihat begitu mempesona. Seandainya bersama kekasih bisa semakin menciptakan sesuatu yang romantis ini hehehe.

DSC00336
Pulteney Bridge

Berjalan menyusuri jalan berbukit kami sampai di tempat yang cukup tinggi dari kota Bath ini. Setelah melewati jalan berbukit namun diselingi dengan pemandangan rumah-rumah yang sangat indah, kami pun tiba di Royal Crescent. Royal Crescent merupakan sebuah kondominum atau rumah susun dari jaman Romawi kuno yang sampai saat ini masih dirawat dan ditingali oleh kalangan atas negeri ini.

DSC00353
Kota Bath banyak terdapat taman yang hijau sekali
DSC00366
Plank Nama “Royal Crescent”

Satu kompartmen di kondo ini kabarnya seharga 1 juta poundsterling (weiss mahalnya). Salah satu kondominium yang paling terkenal adalah The Circus, mengapa dikatakan The Circus karena tempat ini berbentuk setengah lingkaran oval dan seperti tempat duduk penonton jika kita ingin melihat sirkus. Terbayang pasti sangat indah kalau bisa menginap di sini dan tepat di hadapannya ada pemandangan taman hijau ditambah langit biru wah luar biasa.

DSC00357
Ini dia The Circus sangat unik arsitekturnya

Walaupun tidak bisa menginap hehehe, kami bermain main di lapangan hijau tersebut dan saya sendiri mencoba beberapa jenis gaya selfie dan sempat membuat rekan saya agak sedikit jengkel, saya bolak balik minta di foto ulang. Tapi lumayan juga hasilnya walaupun gak keren keren sekali tapi saya nikmati pengalaman berada di taman hijau ini dengan langit biru, hiruk pikuk remaja yang sedang bermain bola, ada juga keluarga yang sedang piknik, dan ada juga yang sedang beromantis ria.

DSC00374
Bermain di taman hijau di depan The Circus
DSC00378
Ferdi Cullen Pose Aneh 1
DSC00380
Ferdi Cullen Pose Aneh 2
IMG_20150604_142113
Masyarakat sedang bersantai di lapangan hijau dan langit biru

Semua ini menjadikan kota Bath mempunyai sebuah peran sendiri di hati saya. Peran tersebut terbagi dua sisi, Pertama, sisi dimana kota ini merupakan ilham inspirasi dari Jane Austen dan sisi lain Kedua adalah sebuah peninggalan Romawi yang sangat hjau, biru yang indah sekali.

                                 “Oh, who can ever be tired of Bath” – Jane Austen, Northanger Abbey

Benar sekali ungkapan di atas, saya tidak akan pernah lelah untuk menikmati kota Bath.

Ferdi Cullen