Hagia Sophia : Mesjid Impian Warga Turki

Serasa bergetar dengan dingin nya musim dingin, membuat saya tidak gentar. Perlahan tapi pasti, saya melihat Tram berwarna merah itu tiba. Dengan melesat pelan namun penuh tenaga, tram itu melesat. Setelah 30 menit perjalanan dengan tram berlalu, tiba tiba dalam jarak 1 KM saya melihat kubah itu. Kubah yang sering diartikan sebagai kubah surga itu pun akhirnya saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Sekarang saya berujar Alhamdulillah dan sekaligus Masyaallah karena saya melihat Kubah Hagia Sophia. Kubah yang menjadi saksi bisu kisah pertumpahan darah para Crusader di Constantinople, dan tentunya kubah yang membuat takjub Sultan Muhammad Al Fatih ketika menaklukkan Constantinople. Kubah yang saya impikan dari membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan Inferno Dan Brown kini terpampang di mata saya.

Hola World,

Berikut di atas adalah pembukaan dari isi hati saya kala pertama kali melihat Hagia Sophia pada bulan Desember 2014. Tulisan saya berikut ini saya rangkum beberapa opini saya tentang Hagia Sophia, di Istanbul yang saat ini beralihfungsi menjadi Mesjid. Tulisan ini untuk saya buat dalam rangka berita yang sedang viral di bulan Juli ini yaitu perubahan status Hagia Sophia dari sebuah museum menjadi sebuah masjid. Penasaran dengan apa yang saya rasakan dan khidmati ketika berkunjung ke Hagia Sophia, jangan lupa untuk memberikan komentar dan juga beri tanda suka untuk artikel ini.

Hagia Sophia terlihat dari kejauhan

Di tengah masih meluasnya pandemi Covid 19, kita mendapatkan kabar yang sangat luar biasa di negara nun jauh di Turki. Per tanggal 10 Juli 2020, pengadilan Turki secara resmi membatalkan keputusan Presiden Turki Mustafa Kemal Attaturk yang melakukan perubahan Hagia Sophia dari Mesjid ke museum. Dengan demikian, Hagia Sophia akan dialihfungsikan kembali menjadi mesjid. Berita ini sangat menggembirakan warga Turki. Presiden Turki Erdogan langsung menandatangani dekrit presiden sehingga keputusan ini tidak akan diganggu lagi di masa datang. Kemudian timbul polemik, dimana negara negara tetangga seperti Uni Eropa, Yunani, Rusia, dan Amerika tidak begitu senang dengan keputusan ini. Namun apapun alasan nya, yang pasti saya ingin ceritakan bahwa selama saya berkunjung di Turki, saya pernah mendengar beberapa suara hati masyarakat Turki, mereka memang sudah mengidamkan untuk Hagia Sophia menjadi mesjid kembali. Bahkan, perjuangan rakyat Turki untuk menjadikan Hagia Sophia kembali menjadi mesjid bahkan sudah berlangsung sangat lama sehingga sepatutnya mereka bersyukur.

Hagia Sophia dari depan Sultanahmet Square

Pada saat saya berada di Istanbul di tahun 2014, saya berkenalan dengan seorang warga Turki yang bernama Mehmed, dia adalah seorang akuntan, kebetulan Mehmed ini merupakan temen nya temen saya yang ketika itu menjadi partner trip saya ke Turki. Pada saat kami minum teh sambil makan siang bareng, saya ingat sekali betapa dia menceritakan sangat memimpikan untuk melakukan ibadah sholat rutin umat muslim di Hagia Sophia. Pada masa kecilnya, Mehmed selalu diceritakan oleh kakeknya tentang betapa mahligainya menjalankan ibadah sholat di Hagia Sophia. Bahkan berdasarkan cerita Mehmed, pembacaan ayat suci Al Quran tidak perlu menggunakan pengeras suara di Hagia Sophia, karena struktur resonansi di tempat tersebut yang memang sangat bagus dan konon lengkingan para qari akan terdengar sangat syahdu di Hagia Sophia. Dari cerita Mehmed ini saya sangat paham sekali mengapa masyarakat Turki sangat menginginkan bangunan ini kembali menjadi mesjid dan saya juga memahami betapa kecewanya mereka ketika Attaturk memutuskan perubahan menjadi sebuah museum, yang menurut mereka alasan sekularisasi bukan alasan yang tepat. Namun saya yakin sekarang pasti Mehmed sudah tidak sabar ingin sholat jumat di Hagia Sophia karena kabarnya tempat ini akan dibuka untuk publik pada Sholat Jumat tanggal 24 Juli 2020.

Animasi menarik dari peralihan Byzantium dan Istanbul yang saya lihat di jalanan Istanbul

Namun di sisi yang lain saya juga merasa prihatin dengan kondisi perubahan rumah ibadah sebagai suatu tanda penaklukkan yang terjadi di era Medieval. Mungkin, jika kita lihat kisah di era Reconquista yang terjadi di Andalusia betapa penaklukkan yang sangat memilukan itu, juga membuat perubahan yang sangat kontroversi yaitu merubah Mesjid Agung Cordoba menjadi Katedral Cordoba. Berbeda dengan kisah Sultan Muhammad Al Fatih (Fatih Sultan Mehmet) yang menaklukkan Constantinople, dan kabarnya sang Sultan membeli Hagia Sophia secara sah, sehingga menjadikan Hagia Sophia adalah properti sah dari sang Sultan, sehingga sang Sultan berhak untuk merubah bangunan ini menjadi mesjid. Era dimana Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Constantinople dalam sejarah adalah masa akhir era Medieval dan dimulainya era Renaissance berlanjut ke masa era Discovery di periode berikutnya, bahkan era Kolonialisasi di periode berikut setelah nya. Yang pasti Sultan Muhammad Al Fatih menghargai Hagia Sophia sebagai properti Kristen Ortodoks pada saat itu, dan telah mendapatkan ijin untuk perubahan menjadi mesjid.

Sang Penakluk Constantinople, Fatih Sultan Mehmet

City of Inferno, tulisan saya sebelumnya silahkan di cek di link ini ada ringkasan sejarah dari Hagia Sophia. Pada tulisan itu juga ada menceritakan pelajaran yang saya dapat ketika saya melihat Mosaik indah yang terpahat di Hagia Sophia. Mosaik tersebut merupakan peninggalan Byzantium dan dipahat pada masa Hagia Sophia menjadi katedral. Selain itu ornamen islam juga tidak kalah menariknya. Bahkan saya sempat melihat perpaduan antara ornamen Islam yang melambangkan “Allah Maha Besar” bersama dengan “Muhammad adalah Rasul Allah” bersanding dengan Mary The Virgin yang sedang memangku Baby Jesus. Melihat kombinasi ini sejenak saya jadi berpikir tentang indahnya toleransi itu. Karena sekarang sudah tidak museum lagi jelas ornamen non muslim akan sangat menggangu ibadah muslim. Tapi luar biasanya Presiden Erdogan berjanji tidak akan merusak ornamen sama sekali, ini juga menjadikan saya sangat kagum dengan sosok kepemimpinan Erdogan. Pada saat ibadah sholat, akan ada penutup ornamen tersebut dalam bentuk teknologi laser, menarik sekali tapi saya belum mendapat informasi lebih lengkap bentuk teknologi yang dikabarkan mampu menutup ornamen non muslim secara sementara ketika ibadah sholat dilakukan, tanpa merusak ornamen itu. Sebelumnya pada masa sultan Ottoman, semua ornamen non muslim memang ditutup menggunakan plaster, jadi ornamen yang ada saat ini adalah ornamen yang dibuka kembali ketika dilakukan penelitian arkeologi oleh tim peneliti Turki.

Selain janji Erdogan untuk tidak merusak ornamen non muslim, Erdogan juga menyatakan Hagia Sophia tetap dibuka untuk umum bagi semua kalangan tanpa membedakan agama maupun kebangsaan. Namun kabarnya akan ada semacam protokol baru terkait hal tersebut, apalagi di masa pandemi ini banyak tempat wisata di Eropa sudah membuat protokol baru terkait kesehatan. Jadi memang bagus langkah yang dilakukan Turki menerapkan protokol penyesuaian Hagia Sophia menjadi mesjid ditambah dengan protokol kesehatan nya di saat situasi pariwisata yang sedang menurun sehingga penyesuaian ini bisa lebih mudah dikomunikasikan.

Akan dilakukan ibadah kembali di podium ini
Kaligrafi favorit saya di Hagia Sophia

Dan yang kedua yang membuat saya bahagia adalah setelah menjadi Mesjid, kabarnya Hagia Sophia tidak akan menerapkan biaya masuk lagi. Sekedar informasi pada masa menjadi museum, biaya tiket masuk Hagia Sophia adalah 20 Turkish Lira saya dua kali masuk di tahun 2014 dan masuk lagi di tahun 2017 masih dengan harga yang sama. Walaupun secara nominal 20 TL itu lumayan juga harganya yaitu 50 ribu rupiah namun sekarang dengan menjadi mesjid kita bisa masuk tanpa bayar sama hal nya dengan Blue Mosque yang ada di depan nya.

Selama beribadah, ornamen non muslim akan ditutupi dengan teknologi laser jadi penasaran bagaimana hasilnya

Akhirnya, kita harus menghargai apapun yang menjadi keputusan Turki mudah mudahan polemik ini tidak berkelanjutan. Dan setelah pandemi Hagia Sophia akan menjadi bucket list saya berikut nya yaitu Mesjid Hagia Sophia, ingin sekali rasanya mencoba sholat juga di mesjid ini insyallah semoga ada kesempatan ke sana Amin.

Saya selfie di Hagia Sophia tahun 2014, sudah 6 tahun lalu ternyata tak terasa di tempat ini akan menjadi mesjid kembali

Terima kasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat

Ferdi

Sumber foto diatas berasal dari kamera saya pribadi, dari tahun 2014 sampai dengan 2017

City of Inferno : Istanbul

“We’re in the wrong country”

Itulah salah satu kutipan dari Prof Langdon kepada Sienna Brooks ketika mereka berada di St. Mark Basilica Venice dimana Prof Langdon menyadari bahwa sebenarnya mereka berada di kota yang salah. “The City of Inferno not in Venice but It’s in Istanbul” lanjut Prof Langdon. Berkat kisah ini maka saya berinisiatif membuat cerita ini di blog ini dengan menceritakan beberapa sudut pandang saya ketika berkunjung ke kota Inferno ini mengunjungi 2 tempat yang menjadi plot dari Novel Scientific Dan Brown Inferno yaitu Hagia Sophia dan Basilica Cistern. Kebetulan saat ditulis kisah ini novel Inferno telah dijadikan film layar lebar dengan pemainnya tetap Tom Hanks yang sepertinya cocok banget jadi Prof Langdon.

Map Istanbul Source : Istanbul Visit

Basilica Cistern

Yerebatan Sarnici/Sarayi yang artinya “Istana Yang Tenggelam” atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Basilica Cistern merupakan sebuah bangunan penampungan air yang dibangun oleh Bangsa Romawi Kuno. Tempat penampungan ini menjadi sumber air utama dari kota Constantinople sampai masa kota Istanbul. Bangunan ini dibagun oleh Kaisar Justinian pada tahun 532 M (umurnya sudah 15oo tahun ) dengan tujuan agar persediaan air bersih di Constantinople dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan.

Pada saat saya berkunjung ke kota ini, bangunan ini merupakan salah satu atraksi utama dalam mengunjungi Istanbul. Tempatnya agak sedikit menipu mata karena jalan masuknya bener-bener kecil banget. Jaraknya juga gak terlalu jauh dengan Hagia Sophia, hanya 5 menit berjalan kaki, jika anda sudah melihat antrian ramai di sebuah pintu kecil dari rumah yang kecil juga nah itulah dia pintu masuk menuju ke Basilica Cistern.Dengan harga tiket hanya 10 Lira (tahun 2014) maka kita bisa menyaksikan bangunan Aquaduct bersejarah yang sudah berumur 1500 tahun ini.

Mulai memasuki pintu masuk kami menemui jalan menuju ke bawah tanah dengan tangga-tangga. Kemudian kita melihat cistern atau pilar-pilar yang menyangga setiap sudut dari tempat ini. Pilar-pilarnya benar- benar khas dari Romawi. Ketika kita memasuki bangunan ini, tidak terasa ramai loh malah sangat tenang sekali, awalnya saya juga heran karena tadi ketika membeli tiket kami lumayan lama antrinya tapi ketika masuk ke dalam semua orang menyebar dan malah tidak terasa sempit ataupun sesak loh.

Pilar Aquaduct yang sangat indah

Nah rupanya jawabanya adalah karena susunan bangunan ini yang memang sangat luas  hingga 9800 M dan ditopang oleh 338 tiang yang terbuat dari marmer. Basilica Cistern sempat tertutup selama 200 tahun ketika Constantinople jatuh ke tangan Ottoman, namun karena ada seorang dari Perancis yang mulai menggali dengan mendapat infromasi dari masyarakat Istanbul yang menemukan ikan dalam air yang mereka timba di sumur mereka dan akhirnya menemukan kembali Basilica Cistern. Karena ditinggal cukup lama Basilica Cistern pun menjadi kolam penuh ikan yang saat ini ikan masih banyak menyelam di Cistern. Salah satu arsitek dari Ottoman pun mulai merenovasi bangunan ini dan kembali dijadikan tempat penampungan air ke Topkapi Palace (istana kerajaan Ottoman), dan sampai tahun 1973 dan sekarang tempat ini dijadikan museum serta bangunan bawah tanah yang paling keren yang pernah saya lihat.

img_20141203_143409
Seperti berada dalam Istana kan maka tempat ini pun disebut Istana Yang Tenggelam

Menariknya adalah ketika kita mengelilingi Cistern ada latar sound lagu-lagu klasik berupa orkestra gitu (kebetulan ssat itu saya tidak begitu familiar dengan lagunya) yang membuat kita nyaman banget keliling tempat ini. Mungkin karena itu juga ya jadinya tempat ini gak terasa sumpek dan sesak padahal hampir 10 ribu pengunjung loh yang datang setiap harinya ke tempat ini. Nah satu tempat yang menjadi tempat favorit dan penasaran yang banyak dilihat oleh turis adalah The Head of Medusa. Yup Medusa salah satu makhluk berjenis Gorgonis ini merupakan makhluk mitologi Yunani yang paling terkenal apalagi dengan Legenda Perseus yang berhasil mengalahkan Medusa dan menggunakan kepalanya untuk melawan Kraken yang menyerang Kota Byzantine.

img_20141203_144156
The Head of Medusa, yang ini adalah posisi Terbalik

Konon legendanya bahwa kepala Medusa yang digunakan di tempat ini merupakan kepala yang dibawa langsung dari Byzantine dan lagi lagi konon merupakan kepala asli Medusa yang terjatuh di kota Byzantine selepas pertarungan Perseus dengan Kraken. Ya itu sebuah legenda sih boleh percaya boleh tidak, adapun kepala Medusa ditaruh di sini adalah gunanya untuk menjaga pilar agar tidak bergoyang dan karena kepala Medusa apabila ditatap di bagian mata akan merubah orang yang menatapnya menjadi batu maka kepalanya diposisikan terbalik. Ada dua kepala Medusa yang terpancang di sini, yang pertama dipasang terbalik dan yang kedua dipasang menyamping.

img_20141203_144225
Head of Medusa 2 yang ini posisinya menyamping

Adapun kisah Dan Brown Inferno dengan mengunakan latar keindahan Basilica Cistern, dijadikan tempat persembunyian salah satu tabung berisi wabah yang mampu membunuh umat manusia. Kenapa diletakan di Cistern karena wabah akan mudah menyebar jika berada di air dan debit air Cistern sangat besar ditambah di tempat ini juga punya saluran udara yang sangat luas sehingga dapat menyebarkan wabah via udara. Dan kenapa diletakan di bawah patung Medusa karena sesuai dengan sang penyair Dante bahwa ada monster di bawah air sama perumpamaanya dengan Basilica Cistern itu sendiri.

img_20141203_143422
Tempat ini begitu tenang dan jauh dari kiruk pikuk Istanbul

Setelah lelah berjalan-jalan di Cistern di tempat ini ada juga sebuah cafe yang cocok juga bagi kalian yang berpasangan menikmati ketenangan di luar hiruk pikuk Istanbul yang sangat padat dengan segelas kopi plus musik klasik wow bener bener nikmat sekali.

Hagia Sophia

Saya sangat excited sekali jika menceritakan tentang Hagia Sophia karena bangunan ini sangat melegenda sekali. Awalnya keinginan saya ke tempat yang pernah menjadi gereja dan mesjid. Bangunan yang sama seperti yang saya temuia baru-baru ini yaitu Mezquita di Cordoba yang merupakan kebalikan dari Hagia Sophia yaitu Mesjid yang menjadi Gereja.

img_1604
Hasil kamera saya untuk keindahan Hagia Sophia

Bangunan yang dibangun pada tahun 28 Desember 537 M oleh Kaisar Justinian (selang 5 tahun setelah Basilica Cistern), ini pernah menjadi gereja terbesar di dunia Kristen selama kurang lebih 1000 tahun sampai Gereja yang sama yaitu St. Peter di Roma selesai dibangun. Saat ini, kubah dan menara dari Hagia Sophia merupakan simbol dari Istanbul, bangunan ini telah banyak menjadi saksi peradaban dan telah dijadikan beberapa tempat ibadah mulai dari Katedral Katolik, Yunani, dan Islam.

dsc_0244
Dari depan Sultanahmet Square bangunan Hagia Sophia sangat megah sekali

Kubah Besar Hagia Sophia diyakini sebagai bentuk interpretasi dari keilahian sehingga banyak arsitektur mesjid dan gereja dipengaruhi oleh kubah tersebut. Dan memang sangat takjub sekali mata saya melihat keindahan dari Hagia Sophia ini. Di depan Hagia Sophia terdapat sebuah mesjid yang bernama Blue Mosque atau Mesjid biru yang merupakan mesjid yang dibangun untuk membuktikan bahwa masyarakat Turki pun mampu membangun sebuah bangunan yang megah. Di tengah antara kedua bangunan ini ada sebuah taman yang merupakan tempat berkumpulnya para turis yang siap untuk mengambil berbagai posisi dokumentasi yang mereka rasa terbaik. Taman ini disebut juga dengan Sultanahmet Square.

dsc_0211
Ini adalah Sultanahmet Square

Kembali ke Hagia Sophia, harga tiket masuk ke museum ini adalah 20 Lira cukup murah loh, kemudian kita bisa berkeliling sepuasnya di dalamnya sediakan waktu kurang lebih 3 jam ya agar anda puas mengelilinginya karena setiap sudut punya cerita yang berbeda. Di dalam novel Dan Brown diceritakan bahwa di Hagia Sophia ada makam Enrico Dandolo seorang Doge dari Venice, namun sayangnya pada saat saya berada di sana saya tidak temukan dimana makam tersebut. Dan pada saat saya berada di sini, setengah dari aula besar sedang direnovasi, perasaan saya mengatakan bahwa makam Enrico Dandolo ada di tengah bangunan yang direnovasi itu.

dsc_0257
Pintu Masuk Hagia Sophia

Pertama kali masuk di aula besar saya langsung dihadapkan dengan sebuah gambar yang terletak paling atas dari kubah yaitu potret dari Virgin Mary, yang tepat di bawah samping kanan dan kiri ada tulisan Muhammad dan Allah SWT. Awalnya saya kaget juga apa mungkin pada saat bangunan ini jadi mesjid ada ornamen Kristiani seperti Virgin mary ini ketika jemaah sedang sholat. Rupanya tidak, jadi selama restorasi peralihan dari gereja menjadi mesjid pihak Ottoman telah memerintahkan untuk menutup ornamen Kristiani di bangunan ini dengan plester dan alhasil semua ornamen tersebut terbalut plester selama kurang lebih 5 abad. Nah baru pada saat Attaturk menyatakan Hagia Sophia sebagai museum (tahun 1934) dilakukan restorasi kembali dengan membuka semua plester yang pernah menutup keindahan ornamen tersebut dan jadilah seperti yang kita saksikan saat ini yang dalam kalimat saya adalah sentuhan seni bangunan Kristiani dan Muslim yang membentuk harmoni selayaknya kedua agama ini yang dapat hidup berdampingan di dunia Amin.

dsc_0302
Ketiga simbol ini membuat jadi adanya Harmoni antara Kristiani dan Islam

Hagia Sophia didekorasi indah dengan mozaik khas zaman Bizantium. Mozaik ini sangat menarik perhatian saya namun beberapa sudah tidak begitu terlihat jelas dikarenakan tertutup plester pada saat bangunan dijadikan mesjid. Mozaik-mozaik itu antara lain Virgin Mary, Jesus, pendeta-pendeta dan biarawati. Sejarah awalnya pembuatan mozaik-mozaik ini tidak diketahui karena sebagian lain hilang akibat bencana alam. Tahun 1204, Latin Crusaders memindahkan beberapa ornamen dan mozaik dipindahkan ke Venice, Italia. Hal ini sejalan dengan kisah Dan Brown bahwa beberapa ornamen dari St. Mark Basilica Venice merupakan ornamen dari Hagia Sophia.

Ada beberapa mozaik yang menarik yang saya temukan dan akan saya ceritakan di sini. Pertama adalah Pintu masuk Hagia Sophia dari selatan harus melalui pintu perak menuju lorong ke arah Nartex (aula utama). Sunu Mosaic , Mozaik yang terpasang di Southwestern Vestibule membawa kita ke tahun 944. Bunda Maria (Virgin Mary) duduk di bangku tanpa sandaran berhias berlian. Ada bayi Jesus dipangkuannya, Jesus membawa gulungan. Sebelah kiri Virgin Mary adalah Justinian I yang ditangannya membawa miniatur Hagia Sophia, sementara di kanan adalah Konstantin yang membawa miniatur kota, kota yang kemudian hari dinamai dengan namanya. Secara tersirat, mozaik ini memberi pesan adanya koneksi, dukungan antara gereja dan pemerintah saat itu (tolong koreksi saya jika salah).

dsc_0308
Sunu Mosaic mozaik dukungan pemerintah kala itu terhadap Agama

Kedua, Deisis Composition, Di dinding barat galeri Utara, ada papan mosaik yang mengilustrasikan tahapan Deisis, yaitu sebuah tahapan yang dianggap sebagai awal dari kebangkitan Roma dalam agama Kristiani, Dalam potret ini, terdapat Ioannes Prodromos (Yohanes Pembaptis) di sebelah kanan dan Virgin Mary di sebelah kiri dan di tengah ada Jesus. Dalam mozaik, Virgin Mary dan  Yohanes Pembaptis memohon doa kepada Yesus Kristus untuk belas kasihan kepada seluruh umat ketika tibanya hari kiamat. Ketiga karakter ini membawa karakteristik Era Helenistik yaitu awal mula sebuah seni potret dikembangkan di Eropa, papan Deisis mengambil perhatian dengan cara teknik mosaik dan potret yang berhasil diciptakan. Ini adalah potret pertama di Hagia Sophia dan bagian yang sangat rumit penuh dinamika dan warna pilihan yang sangat beragam.

dsc_0288
Deisis Composition

Ketiga, Komnenos Mosaic, Mozaik ini terletak di galeri atas sisi timur dekat dengan mozaik Pendeta Joe yang dibuat, mungkin, pada masa John II Comnenus, karenanya disebut Mozaik Comnenus. Ada Virgin Mary (lagi) dengan Jesus di gendongannya, diapit oleh Raja John II Comnenus dan istrinya Irene. Jesus sendiri (yang masih kecil ini sudah jago) memberikan berkat dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang perkamen putih. Sekali lagi ada indikasi dukungan pemerintah kepada gereja disimbolkan dalam mozaik ini karena masing-masing pengapit memberikan donasi berupa uang dan perkamen kepada Virgin Mary.

dsc_0285
Komnenos Mosaic

Berikutnya keempat adalah mozaik Pendeta Joe (Zoe Mosaic), juga terlihat galeri mozaik bagian selatan atas. Mozaik yang dibuat abad ke 11 ini menggambarkan Jesus sedang duduk di tahta bertabur berlian mengenakan jubah biru gelap, memberi berkat dengan tangan kanannya dan memegang Injil di kanan kirinya. Sisi kiri Jesus adalah Ratu Joe yang membawa gulungan perkamen sementara sisi kanan adalah Konstantin IX Monomachus yang membawa kantung uang yang menyimbolkan donasinya untuk gereja. Baik Jesus, Ratu Joe dan Monomachus memakai pakaian formal gereja

dsc_0286
Zoe Mosaic

Bangunan Hagia Sophia 2 lantai, dan untuk menuju lantai atas pengujung akan melalui  lorong seperti gua. Dibagian atas terdapat pameran lukisan dan beberapa cuplikan sejarah Hagia Sophia dan peninggalan  lukisan sakral kristen di jaga ketat oleh petugas dan dilarang mengambil foto dengan blitz. Saya sebenarnya ada mengambil foto tanpa blitz tapi entah kenapa kamera di dekat mozaik yang saya foto kok malah ‘blip blip’ warna lampunya ya sudah lah daripada mencari masalah saya pun mencari spot lain. Di bagian atas pun kita bisa melihat sekeliling  dan mengagumi betapa luar biasanya Hagia Sophia ini.

dsc_0268
Tidak ada tangga menuju lantai 2 Hagia Sophia tapi berupa sebuah labirin yang mirip lorong rahasia seperti foto yang saya abadikan berikut

Nah mozaik yang paling baru adalah mozaic Seraphim yang diyakini sebagai figur malaikat yang menjaga singgasana Tuhan di surga, mozaik ini baru saja ditemukan di tahun 2009 ketika sedang renovasi dan tiba-tiba mengelupas sehingga menampilkan wajah sang malaikat. Sebenarnya masih banyak lagi mozaik dan rahasia yang belum terungkap di Hagia Sophia yang saat ini sedang diteliti oleh para arkeologi Turki dan dunia, jadi hal ini akan mendorong saya datang lagi ke bangunan megah ini. Ok pesan itu akan saya ingat dan menjadi modal saya untuk mengunjungi Hagia Sophia lagi. Amin

dsc_0301
Figur Seraphim sang malaikat
dsc_0306
Altar Imam Sholat Berjamaah
dsc_0273
Kaligrafi Islam juga tidak kalah menarik di Hagia Sophia

Kaligrafi islam di museum ini juga tidak kalah menakjubkan loh. Total terdapat 8 kaligrafi dengan tulisan Allah, Muhammad, dan 4 khalifah besar yang masuk dalam Khulafaur Rasyidin yaitu  Abu Bakar, Umar Bin Khatab , Usthman dan Ali bin Abi Thalib, kemudian dua cucu Nabi Muhammad SAW juga ada di sini mereka adalah Hasan dan Husein.

dsc_0281
Kaligrafi Muslim
dsc_0299
Potret saya di Hagia Sophia serasa jadi Prof Langdon yang sedang mencari wabah hehehehe
Tips Mengunjungi Hagia Sophia
1. Dalam kondisi normal, Hagia Sophia seharusnya antri panjang pada pagi hari saat bus turis berdatangan. Jika Anda nanti berkunjung , datanglah pagi sekali saat museum buka (jam 9) atau sore hari, saat rombongan tur sudah meninggalkan Hagia Sophia.
2. Bawalah binocular (teropong), bagi anda yang ingin menikmati keindahan kaligrafi dan mozaik secara up close and personal.
3. Jika anda bermaksud untuk santai di Sultanahmet Square harap berhati hati ya karena banyak sekali scam yang suka mengincar turis dengan berbagai motif, disarankan anda tidak perlu berlama-lama di taman ini.
 4. Kunjungan ke Hagia Sophia bisa digabungkan dengan beberapa tempat di sekelilingnya seperti: Basilica Cistern, Blue Mosque, Topkapi Palace dan Grand Bazar.
Setelah mengunjungi Hagia Sophia, saya semakin menyadari keindahan kota ini dan sekaligus puisi indah Dante sebagaimana yang disebutkan dalam buku Inferno Dan Brown. Istanbul you are the magnificent City of Inferno. Walaupun saat ini kondisi Turki sedang banyak masalah saya berharap semoga dapat kembali normal karena negeri ini sangat indah dan layak untuk dikunjungi oleh siapa saja.
Demikian tulisan dari saya monggo dikomen ya Terima kasih
Ferdi Cullen

ANCIENT EXPERIENCE : PAMUKKALE BENTENG KAPAS DAN HIERAPOLIS RERUNTUHAN KOTA KUNO MASA LAMPAU

Pamukkale yang artinya adalah Benteng Kapas merupakan sebuah situs alam di Propinsi Denizli di Turki. Kota ini berisi air panas dan travertine. Air panas yang merupakan mineral karbonat dari sisa air sungai Menderes ini diyakini mempunyai daya medis dan dapat mengobati beberapa penyakit kecil. Dalam perjalanan saya ke Turki di tahun 2014, saya mengunjungi kota ini dan suasana hangat tampak memasuki tubuh saya ketika tiba di kota yang relatif sepi ini, kami tiba sudah malam dari kota Selcuk dan kami pun menuju tempat kami menginap setelah check in dan beristirahat, keesokan harinya kami pun berkelana di salah satu kota kuno masa lalu yang walaupun saat ini tinggal reruntuhan namun memberikan kesan yang cukup mendalam bagi saya untuk berkunjung ke kota ini. Mari kita simak cerita Ferdi Cullen di kota Pamukkale.

Kota ini mempunyai sebuah lanskap yang sangat memukau  dengan bukit dan berbatu keras namun ternyata di tengah kerasnya batu dan tandusnya lahan terdapat sebuah susunan karbonat yang menghasilkan suhu yang begitu hangat dirasakan oleh tubuh. Dengan fenomena alam seperti ini maka Kekaisaran Romawi yang kala itu menguasai Turki menjadikan wilayah ini sebagai salah satu kota strategis nya dan membuat sebuah kota spa, yup spa dalam artian adalah kota Mandi or Bath City.

img_20141206_100348
Pemandangan dari Hotel sudah terlihat benteng kapas tersebut

Dan jadilah Pamukkale ini menjadi kota spa paling terkenal masa abad 100 SM. Disebut “benteng kapas” karena pondasi dan lanskap bukitnya yang mengendap menjadi putih akibat karbonat yang begitu tinggi di wilayah ini. Dengan kondisi karbonat yang sangat bagus ini maka tempat ini dijadikan tempat peristirahatan para raja Romawi dan juga sekaligus tempat pemandian kuno. Konon menjadi tempat pemandian favorit Cleopatra Ratu Mesir yang merupakan istri dari Julius Caesar. Di belakang keindahan kolam pemandian kuno ini terdapat sebuah kota kuno yang menjadi salah satu kota besar karena kota ini makmur akibat adanya tempat pemandian kuno tersebut. Kota kuno ini disebut Hierapolis.

Peta Kota Kuno Hieraopolis dan Travertine

Berdasarkan informasi dari beberapa situs sejarah seperti Turkey Tourism, bahwa kota Hierapolis dibangun oleh Raja-Raja Atalid dari Pergamom (salah satu suku di bangsa Yunani) pada akhir abad ke 2 SM (sebelum akhirnya diserahkan ke bangsa Romawi beberapa ratus tahun kemudian). Bangunan kota ini  didedikasikan oleh masyarakat Pergamom untuk Dewi Hera salah satu dewi kuno di jaman Pergamom  yang merupakan ibu para dewa maka kota ini disebut dengan Hierapolis. Dahulu kala banyak sekali gambar patung sang dewi di jalanan kota, dan sebelum adanya bangsa Romawi justru kota ini merupakan kota tempat pemujaan pagan. Namun setelah bangsa Romawi mengepakkan sayap di wilayah Asia, kota ini jatuh ke tangan Romawi dan di tangan Romawi lah kota ini disulap menjadi kota Spa dan sekaligus kota hiburan bangsa Romawi, di sini dibangun sebuah amphiteater yang rupanya mirip dengan di Ephesus namun amphiteater yang di kota Hierapolis dikhususkan untuk pertarungan Gladiator dan di Ephesus khusus untuk tempat berkumpul masyarakat dan tempat pidato walikota.

Selain sebagai tempat pemandian di Hierapolis, Romawi juga membangun beberapa kuil pemujaan kepada dewa kuno bangsa Romawi seperti Dewi Artemis yang kuilnya dominan di wilayah ini, teater, makam, dan monumen-monumen. Pariwisata merupakan salah satu mata pencarian dari masyarakat di kota ini sejak dulu kala di era Romawi bahkan sampai sekarang, bayangkan saja karena begitu tersohornya pemandian ini maka banyak orang yang berdatangan membagun restoran bahkan penginapan untuk menjamu para wisatawan itu dari dulu sampai dengan sekarang. Oleh sebab itu kota ini begitu hidup dan menjadi besar serta terkenal sebagai salah satu metropolitan kala itu.

Namun karena faktor alam juga kota ini hancur, banyak nya gempa bumi yang terjadi di wilayah ini telah membuat bangunan-bangunan yang sangat indah hancur berkeping-keping, sama hal nya dengan kota Ephesus. Saat ini yang bisa kita saksikan di kota ini adalah padang rumput yang sangat luas dan subur disertai dengan bongkahan batu batu yang merupakan batu bekas reruntuhan bangunan ini. Hanya Necropolis yaitu amphiteter Gladiator yang bertahan dimana 75% bangunan nya masih merupakan bangunan asli dari ribuan tahun lalu.

Nah sebelum mulai jauh mari kita kembali ke kisah saya dimana saya memulai penjelajahan dari hotel tempat kami menginap berjalan kaki menuju Travertine tempat pemandian kuno tersebut. Ternyata jarak nya tidak terlalu jauh, dari hotel sudah dapat terlihat remang remang keindahan bukit yang memang sangat mirip dengan kapas putih keabu-abuan warnanya. Mulai memasuki kawasan Travertine kami membayar tiket terlebih dahulu dan tiketnya termasuk murah yaitu hanya 20 Lira.

Tips: Ada Dua Tempat masuk ke Hierapolis pertama adalah melalui Travertine yang merupakan South Gate dan satu lagi langsung di Hierapolis yang merupakan North Gate. Jika anda memutuskan untuk masuk dari South Gate maka anda akan dihadapkan dengan petugas yang meminta anda untuk melepas sepatu, sehubungan tekstur kapas dari karbonat ini akan mudah rusak jika diinjak menggunakan sepatu sehingga muncul restriksi untuk tidak boleh memakai sepatu di areal Travertine. Namun berbeda dengan jika anda masuh dari wilayah North Gate anda akan berjumpa terlebih dahulu dengan Hierapolis dan secara perlahan turun dan sampai di Travertine, yup pilihan ada pada anda.

Setelah melepas sepatu, kami pun menenteng sepatu kami dengan mengunakan paper bag nah tips satu lagi ya jika kalian ingin masuk dari South Gate pastikan kalian bawa paper bag/plastic bag  ya agar mudah membawa sepatu nya. Rasa hangat pun menyelimuti saya yang mana awalnya terasa begitu dingin apalagi ketika kami berada di Turki adalah bulan Desember 2014 suhu selalu berada di antara 8-15 derajat, namun ketika kami di Travertine huhh rasanya bener -bener hangat dan ini lah suhu yang paling hangat yang saya rasakan semenjak tiba di Turki kala itu.

Kami berjalan menuju ke South Gate pemandangan di sebelah kiri seakan akan lagi berada di Gunung Es
Pemandangan Kolam Kuno yang ingin diabadikan oleh Rekan Seperjalanan saya

Dengan penuh semangat kami pun melanjutkan mendaki sang benteng kapas yang indah ini, harap berhati-hati ya saat akan menaiki benteng ini dengan kaki telanjang karena kalau tidak bisa sedikit tersandung karena lantai kadang sangat licin. Sepanjang perjalanan kami, kami melihat pemandangan yang indah, ada satu lagi khusus tempat pemandian ala turkish bath yang menjadi salah satu objek wisata di sini yang tidak sempat kami datangi yang merupakan Ancient Bath bagi anda yang suka dengan tradisi mandi ala turki wajib coba karena info yang kami dapat mandi di sini mempunyai daya media akan bisa membuat badan segar sekaligus penyakit kecil akan hilang.

img_20141206_102825
Itu saya sedang selfie di Benteng Kapas

Setelah sampai di puncak benteng kami pun dihadapkan dengan pemandangan reruntuhan batu batu besar, awalnya kami bingung batu-batu apa ini rupanya itulah dia batu-batu peninggalan Kota Hierapolis. Setelah itu kami mencoba salah satu spot tertinggi di Travertine dan pemandangan bener bener luar bias perpaduan kolam kuno, batu batu, dan benteng kapas membuat landscape yang sangat indah bagi anda yang hobi Fotografi saya yakin ini bisa dijadikan salah satu objek foto yang sangat menarik.

img_20141206_105327
Setelah mendaki sang benteng puncak atas yang merupakan North Gate mulai terlihat

Tidak banyak yang bisa kami lihat di Hierapolis dibandingkan di Ephesus namun untuk skala kota, kota ini mempunyai luas yang sangat dibandingkan dengan Ephesus. Kami pun berjalan menyusuri padang rumput dan sekaligus banyak sekali bongkahan batu di kanan dan kiri kami, dari jauh kami sudah melihat ada sebuah bangunan besar dengan sigap langkah kami pun penasaran bangunan besar apa itu. Nah maka sampailah ke Necropolis yang sangat luar biasa. Kurang lebih untuk mencapai Necropolis ada jalan kaki sejauh 1-2 KM namun bagi saya pemandangan padang rumput dan bebatuan yang tidak saya lihat setiap hari merupakan kesempatan langka maka saya wajib jalan kaki. Di Necropolis tempatnya sangat terbatas kita hanya bisa masuk dan menuruni beberapa anak tangga saja, kalau dihitung nampaknya ada lebih dari ratusan podium tangga yang menjadi tempat para warga duduk menyaksikan pertunjukan. Menurut salah satu penjaga tempat ini, Necropolis masih 1/8 dari Colloseum yang ada di Rome, wah gini aja udah besar gimana Colloseum ya. Kemudian lanjut sang Penjaga, tingkat kerusakan bangunan ini setiap tahun bertambah sehingga ruang untuk wisatawan pun semakin sedikit dan dia selalu mengingatkan agar berhati-hati karena salah melangkah kita bisa jatuh. Namun bagi yang membawa anak-anak dilarang di sini karena ya itu tadi dari sisi safety masih sangat riskan sekali jika tidak benar benar berhati-hati. Namun terlepas dari itu saya merasakan energi dengan luar biasanya kuasa Tuhan akan pemandangan di atas ini yang memang sangat indah, awesome ,dan extraordinary.

DSC_0553
Puncak Travertine , dari sini pemandangan nya sangat indah sekali
Reruntuhan Hierapolis
Necropolis Theatre is so huge

Saya memang sangat suka datang mengunjungi reruntuhan dari kebudayaan kuno seperti ini dan kehadiran saya di sini jelas memberikan sebuah pandangan baru mengenai arti dari sebuah kebudayaan yaitu kita harus lestarikan. Selesai berfoto dan melepas lelah di Necropolis kami pun turun kembali ke arah Travertine dan keluar. Tujuan kami masih melewati Travertine karena hotel kami berdekatan dengan South Gate .Namun ketika kami menuju ke Travertine sudah banyak terlihat masyarakat yang melakukan mandi di sekitaran pancuran air yang terlihat seperti selokan yang sangat hangat. sebuah aktivitas human interest yang sangat unik saya rasa, kemungkinan besar orang-orang tersebut karena udara dingin mencoba menghangatkan diri.

img_20141206_123121
Sekarang Hierapolis hanya padang Rumput yang penuh dengan bebatuan kuno bekas bangunan megah di Era-nya
img_20141206_144038
Hehehe ini dia tingkah polah masyarakat yang mencoba air hangat di selokan Travertine, awesome

Sebuah pengalaman yang luar biasa dan akan selalu terekam di pikiran saya mengunjungi keindahan Travertine dan Hierapolis ini. Sebagai kenangan saya abadikan jejak langkah saya di kota ini. Turki you are really The Best Travel Place.

img_20141206_102115
I Left My Footsteps in this lovely place

Salam

Ferdi Cullen

The Most Awesome Travel Moment (10) : Berpetualang ke Tatooine

Yess Finally sampai juga di The Last moment in My Most awesome moment travel in 2014, dan ini merupakan sebuah petualangan yang penuh Mimpi.

Pernah mendengar Tatooine, jika anda adalah penggemar Star Wars pasti pernah mendengar nama ini. Untuk lebih lengkapnya saya lampirkan tautan ke Star Wars Wikia sebagai berikut :

http://starwars.wikia.com/wiki/Tatooine

Nah lebih jelasnya di star wars wikia yah, tapi singkatnya saya jelaskan saja, jadi Tatooine adalah sebuah planet dalam tata surya Galactic Empire yang paling terluar dan paling terkucilkan jauh dari pengawasan Galactic Empire. Di planet ini lah  Anakin Skywalker (Nama Muda Darth Vader) dan anaknya Luke Skywalker menghabiskan masa kecilnya, jadi dapat dikatakan planet ini adalah cikal bakal para Jedi yang paling kuat di Galactic Empire.

Perjalanan saya ke Tatooine itu masih di sekitaran Turki, yup pasti banyak yang tidak menyangka bahwa inspirasi dari Tatooine itu sebenarnya di wilayah Turki. Tepatnya di wilayah Cappadocia, di Neveshir City.

Mengapa saya katakan mirip Tatooine, arsitektur gurun yang bercampur rumah gua menjadikan bukit ini inspirasi dari sebuah negeri dongeng selain Planet Tatooine Star Wars banyak juga yang . mengasumsikan wilayah ini sebagai Smurf Village sampai dikatakan permukaan Bulan yang terdampar di bumi (Amazing bgt kan). Dan seorang jenius seperti George Lucas menjadikannya ide sebagai planet terluar dari tata surya Galactic Empire tersebut.

DSC_0676
Pemandangan Monks Valley, serasa di Tatooine kan

Cappadocia memiliki berbagai obyek sejarah menakjubkan yang hanya bisa dipercaya pesonanya saat Anda mengunjunginya sendiri. Salah satunya adalah Goreme Open Air Museum, bukan museum seperti lazimnya melainkan gugusan bukit batu yang digunakan se­bagai gereja di abad 10-13. Gereja-gereja ini menjadi sangat menarik karena berada dalam gua yang dipenuhi dengan lukisan dinding berwarna yang luar biasa indahnya.

Perjalanan saya dimulai dari Monks Valley, kemudian menuju ke Goreme Open Air Museum dan diakhiri di Ihlara Valley. Wah bener-bener perjalanan yang paling the best menurut saya sepanjang hidup saya.

DSC_0681
Super View of Monks Valley, jika di Star Wars ini akan jadi rumah tempat tinggal warga Tatooine
DSC_0696
Its me in front of Monks Valley, what a beautiful valley
DSC_0707
Ini sebenarnya adalah Gereja abad ke 10 Goreme Open Air Museum namun arsitektur batu staklaktit nya masih sangat kuat hingga sekarang

Waktu terbaik untuk mengunjungi Goreme Open Air Museum adalah pagi hari pada saat buka jam delapan sebelum matahari bersinar persis di atas kepala dan bus-bus pelancong memenuhi lokasi.

Karena tiap gereja berada dalam gua yang sempit, jika ada grup turis, pengunjung harus bergantian untuk mengamati isi gereja dengan leluasa. Dan jika Anda tidak disertai dengan pemandu wisata, gunakan audio guide untuk memahami cerita dibalik lukisan Fresco.

Nah ketika saya berada di atas Goreme Open Air Museum, pikiran saya kembali melambung ketika melihat Star Wars Episode 4 dimana Luke Skywalker punya kebiasaan memandang bintang di atas Bukit, yup saya serasa juga memandang bintang di atas

DSC_0741
Pose saya mengikuti Luke Skywalker yang suka menatap dari atas bukit Tatooine (Goreme Open Air Museum)
Luke
Luke Skywalker in Tatooine (source : starwars wikia)
DSC_0745
Im so happy bisa sampai di Tatooine (Goreme Open Air Museum)

Setelah mengunjungi Ihlara Valley, pada sore hari kami berkunjung ke kota bawah tanah Derinkiyu Kota bawah tanah ini sebenarnya memiliki delapan tingkat di bawah permukaan tanah, tapi yang dibuka untuk umum hanyalah empat tingkat. Kami harus naik, turun, merangkak dalam lorong-lorong gua yang remang-remang dengan penerangan buatan. Di dalam Kaymakli, salah satu gua besar, terlihat ada gereja, rumah yang lengkap dengan tangga, dapur, kamartidur, bahkan winery, seperti kota pada umumnya. Pikiran saya langsung melayang ke kisah-kisah fantasi masa lalu yang sebelumnya.

DSC_0837
The Town Viewpoint of Neveshir

Setelah hari menjelang Magrib, kami pun pulang ke penginapan kami namun sebelumnya kami melihat kota Neveshir dari atas bukit wah kami menemukan spot unik untuk melihat sunrise di kota ini sehingga menjadikan pengalaman kami semakin tidak dapat terlupakan.

Sekedar informasi wilayah Cappadocia menjadi destinasi wisata populer karena mempunyai keunikan geologi, sejarah, dan budaya. Selain menjadi tempat wisata, wilayah Cappadocia juga digunakan sebagai lokasi syuting film, salah satunya film YOR, the Hunter from the Future. Sampai sekarang sudah tercatat 193 film asing yang syuting di Cappadocia. Sekali-sekali kapan ya film Indonesia bisa nangkring di sini hehehe hope so.

Sekian dulu dari saya next nantikan tulisan saya lainya dan mohon feedbacknya ya

The Most Awesome Travel Moment (9) : Melihat Langsung Ephesus Serasa Berada di Film Yunani

Hello World

Another post from me off course hehehe. Tulisan saya berikutnya ini merupakan kisah pengalaman saya yang menakjubkan ketika menginjakkan kaki pertama kali ke sebuah reruntuhan. Hmmm kalo denger kata reruntuhan pastinya semua mengira adalah batu-batu rongsokan yang tidak berguna kan? No youre wrong yang saya maksud disini adalah reruntuhan dari sebuah bangunan bersejarah yang ini baru kali pertama saya melihatnya nah namanya  adalah Ephesus.

Ephesus

Ephesus pada awalnya adalah kota Yunani kuno, namun kemudian direbut dan mengalami kejayaannya pada masa kerajaan Romawi. Sejarahnya kota ini pernah hilang akibat gempa bumi, namun kemudian dibangun kembali dan menjadi salah satu “must visit place” jika sedang berkunjung ke Turki.  Reruntuhan Kota Ephesus ini terletak di Provinsi Izmir persisnya di Kota Selcuk.

Perjalanan menuju Ephesus tergolonga perjalanan yang cukup panjang, karena Turki memang sangat luas, perjalanan darat menghabiskan waktu 8-9 jam dengan menaiki bus dan hanya 1 jam dengan pesawat.

Kami mulai perjalanan dari Istanbul jam 10 malam dan sampai di Kusadasi Selcuk jam 9 pagi hari, setelah melalui 2x pemberhentian (dan kurang tau juga nama tempat berhentinya). Kami mengunakan bus Kamilkoc. Sebenarnya bus di Turki sangat banyak ada Metro, Uluso, Kamilkoc, dan Varan. Semuanya saling bersaing

Nah setelah kami sampai dan kami beristirahat (lelah perjalananya) kami pun mulai mengeksplore Ephesus keesokan harinya. Tgl 5 Desember 2014 yup thats the day we explore the Ephesus. Dari penginapan kami hanya naik dolmus sebuah bis kecil di terminal kota Selcuk yang tepat menuju ke Ephesus harga Dolmus ke Ephesus hanya 5 TL.

Berhubung cuaca nya lagi winter dan agak takut juga sih kalau hujan kami membeli payung dulu seharga 5 TL, maklum gak bawa payung. Dan kami pun membeli tiket masuk ke Ephesus seharga 20 TL.

DSC_0335
Ada Kucing Di Ephesus
DSC_0340
Saya di depan entrance sebelum jalan ke Ephesus
DSC_0343
Denah Ephesus, ternyata sangat luas
DSC_0344
Ada pemandangan gunung di sekitaran Ephesus dan itu candid teman saya yang lagi capture gambar

Kota Ephesus ini pada awalnya adalah sebuah desa yang lalu berkembang pesat menjadi kota pada masa kepemimpinan Lysimachia, salah seorang jendral perang sang Alexander Agung. Ephesus kemudian dikuasai Romawi pada 88 SM. Setelah Alexander Agung wafat, semua wilayah taklukannya diperebutkan dan dibagi-bagi oleh para jendralnya karena Alexander meninggal di usia muda dan tidak mempunyai anak sebagai penerusnya

Salah satu kaisar Romawi terkenal; Mark Anthonius bersama pasangannya Ratu Mesir Cleopatra pernah berkunjung ke Ephesus untuk berbulan madu pada musim semi 33 SM. Pada masa Kaisar Augustus, 27 SM, Ephesus dijadikan sebagai ibukota untuk propinsi Anatolya Barat. Abad ke-2 Masehi adalah masa puncak kejayaan Ephesus sebagai kota budaya, kota ziarah dan juga kota administratif.

Kemegahannya terkenal dengan Kuil Artemis, yang menjadi salah satu Keajaiban Dunia Masa Kuno dan Ephesus juga merupakan salah satu dari 7 gereja di Asia yang disebut dalam Book of Revelation, salah satu gelanggang terbesar untuk pertandingan gladiator juga berada di Ephesus. Sebagian besar dari kota tua ini hancur oleh gempa bumi besar di sekitar tahun 614 M yang menyisakan sebagian besar puing reruntuhan cantik kota tersebut di masa sekarang menjadi salah satu daya tarik kuat para pelancong untuk mengunjungi Ephesus

DSC_0350
Salah Satu pilar reruntuhan Kuil Artemis di Ephesus
DSC_0353
Ini adalah reruntuhan Kuil Artemis
DSC_0355
Denah Ephesus
DSC_0357
Serasa berada di tengah syuting Film Gladiator or Hercules
DSC_0360
Zaman dahulu kala disini merupakan main road halu lalang masyarakat Ephesus saatini jadi halu lalang para turis
DSC_0368
Saya berada di tengah tengah halu lalang Ephesus

Selain itu adalah juga bekas bangunan yang berfungsi sebagai perpustakaan yaitu Perpustakaan Celcus, Nah yang menarik adalah Perpustakaan Celcus ini yang merupakan perpustakaan tertua di dunia dan saya sangat envious bgt kalo dah  liat perpustakaan. Selain itu Perpustakaan Celcus merupakan satu-satunya bangunan di Ephesus ini yang masih terlihat utuh padahal sudah dimakan usia, bayangkan saja dari mulai abad 2 M sampai sekarang. Selain itu ada juga rumah, reruntuhan pasar kuno, juga jalan-jalan kota dengan pilar-pilar di kiri kanannya, rumah sakit, Hamam (pemandian umum khas Turki), Sarcofagus/ kuburan berupa peti marmer dari jaman lampau, bahkan juga rumah bordil yang letaknya berseberangan dengan perpustakaan. Ternyata ditemukan lorong bawah tanah yang menghubungkan antara Perpustakaan Celsus dengan rumah bordil yang dahulu disebut sebagai ‘Rumah Cinta’ ini. Jadi ceritanya jaman dulu ketika para istri ke pasar, para suami bilangnya mau ke Perpustakaan Celcus, padahal sebenarnya ya ‘jajan’ ke ‘Rumah Cinta’ ini!. hehehe luar biasa ya para pria menipu para istri. Dont Do That Guys….

DSC_0374
Rumah di seberang Perpustakaan Celcus ini yang menurut Ceritanya adalah “Rumah Cinta”
DSC_0379
Perpustakaan Celcus envious bgt liat ini
DSC_0385
Ini saya selfie di depan Perpustakaan Celcus
DSC_0403
Rumah Cinta: Beginikah para wanita jaman Yunani kuno dulu
DSC_0412
Tulisan Asli Yunani Kuno yang ada di Perpustakaan Celcus

Di dalam kompleks Ephesus ini sudah pasti terdapat Domithian – theater, karena bukan peninggalan bangsa Romawi kalau tidak ada amphitheater. Kapasitas duduk untuk amphitheater ini sekitar 1500 orang. Di tempat ini selain pertunjukan teater, yang sering dipertunjukkan juga adalah pertarungan para Gladiator tau kan film Gladiator? nah para gladiator di masa itu sebenarnya adalah para budak yang kerjanya bertarung atau dipaksa bertarung oleh raja/pemiliknya, untuk menunjukkan kekuatan kerajaan yang dipimpin dan kekuatan panglimanya. Budak bisa membeli dirinya untuk bebas atau dipaksa melayani birahi sang permaisuri ataupun selir sang raja/penguasa.

DSC_0437
Kursi Kursi para Penonton Domithian
DSC_0446
Domitihian Theatre jika dari atas
DSC_0468
Kalau duduk dan bayangkan pasti indah sekali kota ini dipandang dari sini
DSC_0478
Merasakan jadi penonton di Domithan Theatre


Yup dan berakhir sudah di teater ini perjalanan kami di Ephesus kami pun kembali dengan mengunakan dolmus ke kota Selcuk tempat kami menginap. Kami sangat bersyukur karena ternyata ramalan cuaca hujan tidak terjadi tapi sayang bgt memang sama payung yang udah terbeli hehehe gak papa deh bisa jadi kenang kenangan

Sekian dulu dari saya next nantikan tulisan saya lainya dan mohon feedbacknya ya

The Most Awesome Travel Moment (8): Perjalanan ke Negara Transkontinental Turki

Hello World

Tiga Tulisan saya terakhir mengenai the most awesome travel moment ini adalah merupakan tulisan dari perjalanan yang paling jauh yang pernah saya tempuh tapi juga merupakan yang paling tidak terlupakan. Yup perjalanan terakhir di 2014 and also the awesome moment in my Life.

Yes dengan berbekal keberanian yang luar biasa akhirnya saya pun bersama 3 orang teman yang baru saja bertemu pertama kali di situ ke Turki. Turki merupakan sebuah negara Transkontinental, Negara Turki dengan Laut Marmara sebagai penanda bagian kedua benua. Kota Istanbul yang merupakan kota terbesar di negara ini dan diikuti oleh ibukotanya (Ankara) terletak di Benua Asia dan Benua Eropa, sehingga terdapat Istanbul Asia dan Istanbul Eropa dengan Selat Bosphorus sebagai pemisahnya. Tidak mengherankan, Kota Istanbul seolah menjadi pintu gerbang ke Benua Asia maupun Eropa. Secara geografis, Republik Turki dengan Mustafa Kemal Ataturk sebagai presiden pertamanya dan sering disebut oleh rakyat Turki sebagai “ayah” mereka ini memiliki keunikan, baik bentang alam/lanskap yang fenomenal maupun sejarah peradaban yang membentuk budaya mereka.

Negara Turki kental dengan peradaban Bangsa Romawi dan Yunani. Hal ini terlihat dari bangunan peninggalan sejarah yang merupakan puing-puing reruntuhan dari sisa Kerajaan Romawi. Bahkan sebelum adanya Roma, ibukota Kerajaan Romawi Byzantium adalah Constatntinopel (yang merupakan nama dahulu dari Istanbul).Bentang wilayah Negara Turki bagian Barat banyak menunjukkan sisa kemegahan Bangsa Romawi pada saat itu. Sebut saja, Kota Canakkale dengan sebutan City of Troy dan Museum Troia-nya, Kota Pergamon (kota tua) dengan bangunan Akropolis-nya, Kota Kusadasi dengan Ephesus-nya, maupun Kota Pamukkale dengan Hierapolis-nya. Lanskap alam yang luar biasa ditunjukkan dari Cotton Castle, bangunan berundak putih dan keras dari hasil pemadatan mineral kalsium karbonat (CaCO3) yang mengalami penebalan ‘hanya’ beberapa milimeter setiap tahunnya; Cappadocia, sebuah bentang alam menakjubkan dengan bebatuan alam yang muncul dari permukaan akibat erupsi ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu (dapat dinikmati dengan hot balloon air); serta keunikan kota bawah tanah, Kaymakli; maupun berbagai lembah (valley) yang menunjukkan keunikan daerah masing-masing. Sebut saja Goreme Valley, Pigeon Valley, Urgup, dan seterusnya. Sementara itu, Turki bagian Timur umumnya merupakan situs-situs menarik bagi para peneliti, arkeolog, sejarahwan, dan profesi sejenisnya. Dan etnis asli mereka, yaitu Bangsa Kurdi, umumnya menempati wilayah Turki Selatan di Benua Asia.

Negara Turki juga terkenal dengan peninggalan sejarah religius yang sarat dengan bangunan peninggalan cerita-cerita keagamaan. Sebut saja Rumah Bunda Maria (Meryem Ana Evi), Mevlana Muzesi di Konya, Hagia Sophia Museum (bangunan yang dahulunya berfungsi sebagai gereja, kemudian berubah fungsi menjadi masjid, dan kini menjadi museum), serta Blue Mosque di Istanbul.

Selama 8 hari berada di sana seperti tersihir dengan keindahan negara transkontinental tersebut. Saya mendapat kesempatan untuk melihat keindahan 4 kota di Turki. Pertama yaitu Istanbul, Kedua, Kusadasi dengan Ephesus, Ketiga Pamukalle dengan Cotton Castle dan Keempat Goreme dengan keindahan kota Gua-nya.

1. Istanbul

Istanbul sebuah kota yang dahulu namanya adalah Constantinopel. Saya pertama kali mendengar nama Istanbul adalah dari sebuah lagu yang jadul sekali tapi terasa kental sekali saya denger di telinga saya. Istanbul No Constantinople dari The Four Lads.

Now the name is Istanbul, istanbul menurut saya adalah kota yang sangat indah. Selama saya disini saya bener bener merasakan ketenangan batin yang luar biasa. Kalau dianalogikan Istanbul ini seperti Bali di Indonesia.

Selama perjalanan saya di Istanbul saya sangat terkesan dengan kemegahan Hagia Sophia yaitu sebuah gereja di masa Byzantium yang kemudian dialihfungsikan menjadi Mesjid di masa Ottoman dan saat ini dijadikan museum. Hal yang paling menarik adalah arsitekturnya yang memang luar biasa kemudian bangsa Ottoman sangat menghargai perbedaan agama sehingga hal-hal yang berhubungan dengan kegerejaan masih dilestarikan bahkan sampai sekarang. Ini memang tempat ibadah yang sudah menjadi saksi perubahan peradaban dari jaman ke jaman.

DSC_0158
Hagia Sophia

Selain Hagia Sophia saya juga sangat terkagum dengan keindahan Blue Mosque atau disebut Sulatanahmet Camii, mesjid ini sampai dengan sekarang masih digunakan sebagai tempat peribadatan umat muslim. Awal mulanya mesjid ini adalah karena bangsa Ottoman ingin membuktikan kepada dunia bahwa mereka juga mampu membangun bangunan yang lebih megah dibandingkan dengan Hagia Sophia. Oleh sebab itu kedua bangunan ini salng berhadap-hadapan dan menjadi saksi bisu perubahan jaman di negeri ini.

DSC_0893
Blue Mosque

Selain kedua historical place tersebut saya mengunjungi Selat Bosphorus yang indah dengan burung camarnya yang berterbangan sangat indah.

2. Kusadasi

Kusadasi merupakan sebuah daerah yang berbatasan dengan Laut Aegean yang bersebereangan dengan Yunani. Adapun wilayah Kusadasi ini terkenal dengan situs bersejarah Ephesus, yang merupakan situs peninggalan bangsa Yunani ketika mereka melakukan penguasaan atas wilayah Turki

Kompleks ini merupakan salah satu situs purbakala terluas yang pernah ada, di mana masih tersisa cukup banyak reruntuhan yang dapat dilihat dan dipelajari.  Diperkirakan dibangun pada abad 13 Sebelum Masehi oleh Androklos (putra Kodros, raja Athens), Ephesus terletak hanya beberapa kilometer dari pantai, dekat sungai (pada masa tersebut), agak di atas bukit sehingga sangat strategis untuk hunian, perniagaan dan pertahanan.

Tahun 334 SM Ephesus dikuasai Alexander The Great, lalu jatuh ke tangan kerajaan Romawi di bawah Raja Augustus/Oktavianus ( anak angkat Julius Caesar). Tahun 262 SM Ephesus diserang bangsa Gothis dan saat itulah bangunan-bangunan yang ada dibakar dan dihancurkan.

Sebagai sebuah kompleks kota, Ephesus dilengkapi taman kota, gedung parlemen, WC umum, perpustakaan Celcus dengan pilar raksasa berbahan marmer halus – konon menyimpan 40.000 pustaka dalam bentuk papirus, beberapa kuil, gerbang kota dan air mancur , jalan kota yang terbuat dari marmer dan sebuah teater.  Kesemuanya menceritakan tingginya budaya dan peradaban manusia pada jaman tersebut.

Ephesus adalah kota tua yang indah namun yang menjadi perhatian saya adalah The Library of Celcus, sebuah perpustakaan tertua di dunia, dan dari semua bangunan yang ada di Ephesus bangunan ini lah yang paling menarik menurut saya sekaligus jadi icon untuk kota ini.

DSC_0362
Main Entrance Ephesus
DSC_0374
Salah satu reruntuhan Ephesus yang masih sangat kuat
DSC_0378
Library of Celcus yang sangat terkenal itu
DSC_0404
Salah satu patung di Library of Celcus yang masih utuh walaupun sudah puluhan ribu tahun
DSC_0459
Ampheteater of Ephesus

3. Pamukkalle

Pamukkale, yang berarti “benteng kapas” dalam bahasa Turki , adalah sebuah situs alam di Provinsi Denizli, barat daya Turki. Kota ini berisi air panas dan travertines, teras mineral karbonat yang ditinggalkan oleh air yang mengalir. Pamukkale terletak di wilayah Inner Aegean Turki , di lembahSungai Menderes , yang memiliki iklim sedang di sebagian besar tahun. 

Yup dan memang ketika sampai di kota ini saya menemukan kehangatan dengan suhu kurang lebih 18 derajat celcius. Serasa tidak mau beranjak dari benteng kapas ini, wilayah ini memang sangat hangat dan menjadi tempat pemandian dari para raja romawi pada jaman dahulu kala. Konon Cleopatra pun pernah mandi di pemandian ini sehingga banyak orang Turki bilang rahasi kecantikan Cleopatra adalah pada air karbonat di Pamukkale.

IMG_20141206_100422
Pamukkale Cotton Castle terlihat dari jalanan kota
IMG_20141206_102115
Serasa sekali di kaki untuk air karbonat ini
IMG_20141206_104702
Air panas karbonat di wilayah Travertine
IMG_20141206_104722
Travertine tempat pemandian para Raja Romawi

 4. Cappadocia

The last town is Cappadocia is really a beautiful town, orang lokal menyebutnya Kapadokya (mudah-mudahan spellingnya bener). Kapadokya itu artinya adalah negeri dengan kuda-kuda yang indah tapi selama saya di sana gak melihat adanya kuda hehehe. Kota ini terletak 12 jam dari Istanbul dan perjalanan kami dari pamukalle adalah sekitar 8 jam lumayanlah bisa nginep di bus (menghemat biaya penginapan).

Kota ini terkenal dengan situs batu kunonya yang sangat luar biasa, bayangkan di abad 4 masyarakat di sini sudah melakukan pembangunan rumah dari batu cadas dan dilestarikan sampai dengan sekarang. Rumah-rumah disini walaupun terbuat dari batu tapi sangat indah dan terasa seperti di negeri dongeng. Jangan harap nemu hotel mewah ya di sini karena semua penginapan terbuat dari batu ada sih mulai dari yang backpacker sampai dengan yang bagus tapi tetap semua bahan dasar nya adalah batu.

Yang menarik lainya dari Cappadocia adalah atraksi balon udaranya yang katanya sih spektakuler, kebetulan kami memesan balon udara namun karena cuaca akhirnya balon udara kami dibatalkan berangkat namun untungnya bisa dilakukan refund. Belum rejeki aja mungkin ya but life must go on so journey must continue.

Ada satu lembah lagi yang sangat cantik di Goreme National Park yang namanya Ihlara Valley kami melakukan trekking disitu dan itu adalah trekking yang paling seru yang pernah saya rasakan seumur hidup saya, bayangkan kalo kita ngomongin trekking pasti ingatnya jalan yang infrastrukturnya sangat sulit seperti di Indonesia, tapi tidak di sini karena infrastruktur nya sangat bagus mulai dari tangganya yang dibuat standar internasional sampai pengamanan yang luar biasa di sepanjnag sungai. Beneran deh the most awesome moment yang akan saya ceritakan berikutnya.

DSC_0683
Goreme Nationanl Park
DSC_0888
Urgup Valley
IMG_20141207_062457
Suasana Kota Batu Goreme atau boleh saya sebut Bedrock
DSC_0837
Goreme The City of Stone yang mana rumah Flintstones
IMG_20141207_063235
Rumah Batu yang menghiasi Kota Goreme
IMG_20141207_063258
Saya Sebut ini Rumah Flintstones hehehehe

Nah itu dia tinggal di sini serasa bertemu dengan Fred Flinstones, tau kan Flinstone salah satu sitcom yang terkenal di tahun 1960 an. The City of Bedrock ya itulah dia nama kota tempat tinggal The Flinstones. Namun masyarakatnya kebetulan tidak Stone Age.

Okay demikian tulisan saya ini nantikan tulisan beriktunya ya

Terima kasih