The Romantic City of Madrid

“We have arrived in Madrid Estacion Sur”, kurang lebih seperti itu pemberitahuan seorang pramugari dari bus yang saya naiki dalam rangka perjalanan dari Granada Ke Madrid, wanita berbadan jenjang dan khas sekali wajah latin itu tampak membangunkan semua penumpang, bagi penumpang asli spanyol dia mengunakan bahasa spanyol tapi bagi kami yang satu-satunya orang Asia di dalam bus dia menggunakan bahasa Inggris. Saya melihat jam di telepon genggam saya, wah ternyata jam sudah menunjukan waktu 01.30 dini hari. Tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah diinformasikan oleh sang pramugari manis walau jarang tersenyum tersebut. Dengan demikian sampailah kami di Madrid yang menjadi kisah saya berikutnya berjudul The Romantic City of Madrid.

at-calle-de-la-cava-baja
Morning in Madrid, pemandangan depan hostel kami

Madrid Estacion Sur begitu besar namun sepi karena sudah dini hari dan kami tidak sempat untuk memeriksa lebih lanjut stasiun bus terbesar di kota Madrid ini, yang kami pikirkan kala itu adalah bagaimana bisa sampai di hostel yang sudah kami pesan pada waktu dini hari ini. Setelah sedikit berdiskusi akhirnya kami memutuskan mengunakan taksi, dan alhamdulillah taksi masih banyak berjejer di depan stasiun, kami naik dua taksi karena kami ada berlima gak mungkin dong satu taksi, Sempat terbesit di hati saya, rumor tentang supir taksi di madrid yang begitu kencang membawa mobil dan sambil berteriak teriak, ternyata rumor itu menurut saya tidak begitu benar. Buktinya supir taksi yang kami naiki adalah pria tua berusia kurang lebih 50 tahun dan santun banget memang saya lihat dia membawa mobil dari 80 sd 100 km/hour karena jalanan sepi sih jadi wajar kalau menurut saya. Dalam waktu kurang lebih 15 menit kami sampai di Far Home Atocha Hostel.

Dari nama hostelnya memang sesuai banget ya dengan para traveller yang memang Far Home hehehe, hostel nya sangat bersih dan rekomen sekali ke Plaza Mayor tinggal jalan kaki saja kurang lebih 5 menit,reception nya juga 24 jam dan menyambut kami dengan sangat baik sekali walaupun jam sudah menunjukan waktu dini hari. Kami mengambil kamar dorm yang berisi 6 mixed room dan kamarnya juga sangat nyaman disertai dengan masing-masing loker untuk para tamu hostel.

Pagi pun menjelang dan karena sangat kelelahan kami baru beranjak dari hostel itu pukul 10 pagi. Namun berdasarkan laporan dari Google hari ini memang cuacanya tidak begitu cerah di Madrid, kami lihat sudah gelap namun masih ada beberapa spot yang masih bagus untuk diambil foto karena langit masih tidak begitu gelap. Karena hanya 1 hari saja kami berada di Madrid, sehingga langkah kami sangat terbatas untuk mengunjungi beberapa tempat wisata, rencana awal kami adalah mengikuti Free Walking Tour yang ada di Plaza Mayor. Namun kami kurang beruntung hujan pun turun dan yang namanya free tour pun tidak jadi.

at-plaza-mayor-2
Plaza Mayor Madrid pusat kota yang sangat terkenal itu di pagi hari sebelum langit jadi gelap

Dengan tidak jadinya mengikuti free tour itu kami pun mengunjungi stadion bola Real Madrid yang terkenal itu, bernama Estadio Santiago Bernabeu, kebetulan rekan travelling saya lagi incar beberapa “jersey” yang asli dari stadion ini. Stadion ini diresmikan pada 14 Desember 1947, dengan renovasi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1982 dan 2001. Pembangunan stadion ini diarsiteki oleh Manuel Munoz Monasterio, Luis Alemany Soler, dan Antonio Lamela sebagai arsitek pembesaran stadion. Nama stadion ini diambil dari pesepakbola legenda Real Madrid, Santiago Bernabeu (sumber wikipedia).Stadion ini sangat mudah dijangkau dengan naik metro jalur 10 dan berhenti langsung di stasiun metro Santiago Barnebau, Tidak banyak yang kami lakukan hanya berfoto di depan stadion dan belanja pernak pernik Real Madrid yang merupakan cendera mata untuk handai taulan di Indonesia.

dsc02228
Nah ini dia sampai juga kami ke Estadio Santiago Bernabeu
dsc02229
Ijinkan saya selfie di depan stadion Bernabeu ya

Selepas dari stadion yang sangat luar biasa ini, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Palacio Real, biasa disebut Palacio Real de Madrid atau istana Madrid, istana ini merupakan tempat resmi tinggal raja dan ratu Kerajaan Katolik Spanyol pada era abad 16 sd 19.

dsc02231
Palacio Real diambil dari Taman Campo Del Moro

Info : Do you know kalau asal muasal nama “Madrid” itu berasal dari bahasa arab “Al-Majrit” yang artinya sumber air?. Dinasti Islam Andalusia pernah juga berkuasa di Madrid, sehingga mereka menamakan kota ini “Al Majrit” yang akhirnya setelah kekuasaan Kerajaan Katolik akhirnya menjadi Madrid. Tempat in dibangun pada abad ke 16 oleh Kesultanan Andalusia namun pada abad ke 17 design dari istana ini diganti total dan selesai pada tahun 1764 dan raja terakhir yang tinggal di istana ini adalah Alfonso XIII. Istana ini luasnya 135.000 meter persegi (1.450.000 sq ft) dan berisi 3.418 kamar. Ini adalah istana kerajaan terbesar di Eropa dan disebut mampu menyaingi istana Versailes yang ada di Perancis.

dsc02232
Serasa Berada di Istana Versailes
dsc02237
Palacio Real dari balik taman Del Moro

Kami memulai dari belakang istana yang terdapat sebuah taman yang tempatnya gak crowded banget kayak di depan istana ini namun cukup menarik nama taman tersebut adalah Campo Del Moro yang merupakan taman istana yang dibangun pada masa kekuasaan Ratu Isabel II, dan kemudian dipercantik dengan suasana yang menurut saya mirip dengan konsep taman di British oleh Ratu Maria Christina. Dan berbagai pose yang ada yang kami buat dokumentasinya di taman ini. Menurut saya taman ini cukup merepresentasikan keindahan dari Palacio Real itu sendiri.

dsc02239
Tampilan Depan Palacio Real

Setelah selesai dengan taman kami pun beranjak menuju bagian depan istana yang warnanya mentereng putih keabuan ini jadi kesannya sangat klasik sekali. Berbagai ornamen tampak menghiasi dinding dan pintu dari istana ini. Kondisi saat itu sangat ramai sekali karena jam juga sudah menunjukan waktu sore hari sehingga banyak sekali warga lokal dan juga turis yang menghabiskan waktu sorenya di sini. Kesan romantisme pun sangat terasa di istana ini. Banyak sekali pasangan yang sekedar berbincang sambil berpadu mesra menikmati keindahan dari istana ini.

dsc02241
Warna Istananya putih bersih
dsc02244
Foto secara Panoramic di Palacio Real
dsc02246
Suasana Ramai nya masyarakat berkumpul di Palacio Real

Arah sisi barat dari istana terdapat sebuah Plaza yang bernama Plaza De Oriente. Sekedar informasi Plaza di Spanyol bukan pusat perbelanjaan melainkan sebuah aula tempat banyak orang berkumpul. Yang saya sukai di sini adalah koleksi patung-patung yang menghiasi plaza ini, kurang lebih ada dua puluh raja Spanyol yang sesuai dengan lima raja Visigoth dan lima belas raja-raja kerajaan Kristen di awal Reconquista berjejer di sini, patung tersebut terbuat dari batu kapur, didistribusikan dalam dua baris yang melintasi kuadran ke timur-barat, di kedua sisi tempat ini. Sayangnya saya tidak berkesempatan untuk mencari informasi lebih lanjut siapa saja Raja-Raja itu.

dsc02252
Plaza De Oriente, berjejer patung para Raja di tempat ini

Kemudian kami terus berjalan ke arah selatan dan kami menemukan bagian belakang dari istana Palacio Real ini namun ternyata di sini adalah tempat masuk apabila ada turis yang ingin mengikuti tour di dalam istana, kami tidak ada niat sih untuk melihat tour jadi ya kami menikmati suasana di luar saja. Di samping Palacio Real ini ada sebuah gereja yang sangat indah sekali bernama Gereja Almudena yang nama latin nya adalah Catedral De La Almudena. Bangunan ini sangat cantik apalagi di sore hari langit mulai menggelap namun di depan gereja banyak sekali warga lokal maupun turis yang bermain di depan gereja ini sambil memandang ke arah Palacio Real. Romantisme pun  kembali berasa apalagi kami berhasil capture ada dua pasangan yang sedang memadu hati tampak di depan kami.

dsc02260
Langit sudah sangat gelap di halaman Palacio Real
at-palacio-real-de-madrid
Suasana Romantis Semakin Terasa kalau melihat ini
dsc02255
Walaupun langit sangat gelap tapi Palacio Real memang gak ngebosenin dipandang

Sedikit cerita tentang Gereja Almudena yaitu gereja ini dibangun sejak abad 9 nama awalnya adalah “Al Mudayin” namun fungsinya adalah sebagai Mesjid pada masa pendudukan kerajaan Andalusia Muslim di negeri ini, baru sejak kekuasaan Kerajaan Spanyol di abad 16 bangunan ini pun dirubah menjadi Gereja dan sampai saat ini masih sebagai Gereja. Kurang lebih bangunan yang saat ini ada adalah hasil renovasi dan nama gaya arsitekturnya adalah gothic-baroque-style  yang merupakan arsitektur gereja abad pertengahan di Italia.

dsc02258
Catedral La Almudena tampak depan
dsc02261
Catedral La Almudena tampak samping

Langit mendung terus bergelamur di angkasa, dan tiba-tiba hujan pun datang namun alhamdulillah ternyata hujanya tidak berlangsung lama hanya 5 sampai dengan 10 menit, setelah hujan selesai dan kami puas memandang Palacio Real kami pun terus berjalan ke arah selatan maksud hati pengen ke Puerta Del sol namun ampun deh banyak banget copet di Madrid ini, sedikit cerita mengenai copet kantong tas saya terbuka loh dan saya sempat merasakan nya ketika saya ke belakang eh si copet gadis yang sangat cantik pura-pura nelpon, dan untungnya kantong tas saya yang terbuka itu hanya berisi tisu jadi alhamdulillah masih diberikan keselamatan, jadi singkat cerita kalau anda datang ke Madrid baik di metro maupun di tempat wisata anda harus ekstra hati-hati ya, kalau bisa jika bawa tas ransel bagus taruh di depan aja kemudian waspadai gelagat orang-orang di sekitar anda jika ada yang bergelagat gelisah anda harus sering-sering liat ke belakang ya, gak tanggung-tanggung sih katanya copet di sini, mereka selain merogoh tas juga sekalian merogoh kantong, pada saat kami berbelanja di salah satu toko souvenir dalam perjalanan kami ke Puerta Del Sol bahwa orang-orang yang mencopet itu adalah orang dari Eropa timur dan masyarakat spanyol tidak terima jika dibilang warga lokal yang melakukan hal tersebut, para penjaga toko sudah bersepakat apabila ada turis berbelanja di toko mereka maka mereka akan menginformasikan agar para turis waspada.

Madrid merupakan kota yang religi jadi sepanjang jalan banyak ditemui Gereja Kecil yang cantik  seperti ini

Puerta Del sol ternyata ramai banget pas kebetulan kami datang itu di hari Jumat sore dan kebiasaan orang Madrid mereka akan hangout bersama kolega dan keluarga, dan biasanya mereka memadati Puerta Del Sol dan Plaza Mayor. Jadi kami kesulitan banget berfoto di depan Puerta Del sol, kayaknya kunjungan ke Madrid harus diulang lagi nih hehehe. Dan akhirnya kami memutuskan untuk menikmati tapas khas Spanyol yang dari kemarin kami di Spanyol tidak sempat kami nikmati yaitu Churros dan cokelat panas, harganya murah kok cuman 3 Euro kita sudah dapat 3 potong Churros dan secangkir cokelat panas yang pastinya enak banget dinikmati di sore hari. Sebenarnya Churros ini lebih nikmat dinikmati di pagi hari namun kami coba cara unik aja ah dengan menikmatinya di sore hari.

at-cafe-union
Mengakhiri Hari di Cafe sederhana bernama Cafe Union dengan Churros dan secangkir Cokelat Panas
dsc02270
Suasana Sore di Plaza Mayor
dsc02268
Ditengah-tengah Plaza Mayor ini, ada patung besar. Patung itu adalah patung Raja Spanyol, Felipe III yang dibuat sekitar tahun 1600-an. Sangat menarik bukan ditambah langit sore itu

Dan dengan berakhirnya kami menikmati Churros di sore hari kami terus berjalan eh udah sampai di Plaza Mayor lagi berarti penginapan udah deket. Kami sempat menikmati keramaian warga sekitar di Plaza Mayor dan warna batu bata kemerahan khas Plaza Mayor ini memang merupakan sebuah pemandangan yang sangat nikmat sekali saya rasakan karena memang bangunan nya sangat unik ditambah dengan patung Raja Felipe III di tengah city hall menambah megah dan agung nya bangsa Spanyol ini, nah ini yang paling saya sukai.

Karena mungkin masih lelah juga kali ya  soalnya perjalananya hectic banget yang habis dari Granada kemarin, dan besok pagi pun ternyata pesawat kami kembali ke kota asal adalah di pagi hari wow namun tetap kesan yang tertinggal di Madrid adalah romantismenya yang tidak akan pernah saya lupakan sembari berharap bisa ulang lagi perjalananya karena banyak yang belum dilihat di Capital City of Spain ini. Demikian berakhirlah perjalanan kami yang menurut saya kilat ini di Madrid.

dsc02267
Foto Panoramic Plaza Mayor by Ferdi Cullen

Terima kasih nantikan tulisan saya selanjutnya ya

Gracias

Ferdi Cullen

ANDALUSIA DAN ORNAMEN ISLAM PART 2 : GRANADA

Granada terletak di selatan kota Mad­rid, ibu kota Spanyol saat ini. Gra­nada memiliki keindahan yang amat mengagumkan. Kawasan ini terbentang di sekitar Laut Mediterranian dari selatan dan ber­ada di sekitar Sungai Syanil, ditambah pemandangan pegunungan Sierra Nevada. Tempat yang elok dipandang, karena ber­ada di ketinggian 669 meter dari atas laut. Konon, inilah rahasia keindahan dan kecantikan Granada. Sedikit banyak perumpamaan tersebut memotivasi saya untuk mengunjungi peradaban kerajaan Islam terakhir di tanah Spanyol itu. Dan alhamdulillah saya berkesempatan mengunjungi kota Granada, kota yang merupakan kota peradaban islam terakhir di tanah Spanyol dalam lawatan saya ke Andalusia bulan Mei lalu.
DSC02141
Welcome To Granada Andalusia

Kami mulai perjalanan melalui kota Cordoba, kisah saya di Cordoba silahkan anda lihat di postingan sebelumnya. Waktu menunjukan pukul 5 pagi saya bergegas menuju ke Stasiun Bus dengan jalan kaki, karena saya memang lebih suka berjalan kaki di tengah pagi buta itu saya mengerek koper saya dan dengan waktu perjalanan sekitar 20 menit jalan kaki saya tiba di stasiun bus Cordoba Central, saya menemui rekan perjalanan saya yang sudah tiba duluan di stasiun dan saya yang terakhir, saya langsung menghampiri mereka yang sudah berjaga di peron bus ALSA, yup nama perusahaan bus yang kami akan naiki adalah bus ALSA. tepat pukul 06.30 kami pun berangkat, kurang lebih perjalanan dari Cordoba ke Granada memakan waktu 3.5 jam.

Alhambra : Istana Merah 

Tiba di Granada hal pertama yang kami lakukan adalah mencari informasi terkait tiket ke Alhambra, kami memang berencana Go Show untuk membeli tiket tersebut namun salah satu tips jika ingin ke Granada adalah sebaiknya Anda membeli tiket jauh-jauh hari karena selain bisa lebih cepat masuk ke dalam Alhambra, tiket yang dibeli sedini mungkin juga menghindari anda dari kehabisan tiket.

DSC02149
Saya di dalam Alhambra tepatnya di Alcazaba

Mengapa kehabisan tiket bisa terjadi di Alhambra? jawabanya adalah karena Alhambra adalah situs monumen yang paling banyak dikunjungi di Spanyol. Ada sekitar kurang lebih  1 juta orang yang berkunjung ke Alhambra setiap harinya. Bayangkan saja bagaimana padatnya istana itu jika dikunjungi dengan begitu banyak nya manusia dari segala penjuru dunia. Oleh sebab itu, terjadi pembatasan untuk tiket masuk ke Alhambra, 70% tiket diserahkan kepada counter tour di Granada yang sudah menjadi andalan mereka dan hanya 30% saja yang diserahkan Go Show atau dengan kata lain diberikan kesempatan para turis mengantri di counter tiket langsung di lokasi

Tips : Tiket sebaiknya dibeli online di www.ticketmaster.es. Tiket dibeli mengunakan kartu kredit dan dicetak di kantor penjualan tiket dengan menunjukan kartu kredit yang digunakan. Harga tiket online lebih mahal namun disarankan karena per harinya pengunjung dibatasi dan kita tidak perlu antri.

Dari tadi saya cerita mengenai Alhambra tanpa menjelaskan apa itu Alhambra. Berikut kisahnya, Alhambra adalah istana yang dibangun Bani Umayah di bawah Khalifah Muhammad bin Ahmar. keturunan langsung dari Sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Said bin Ubaidah dari suku Khazraj di Madinah. Alhambra ini merupakan istana yang mempunyai 3 fungsi, Pertama sebagai tempat tinggal keluarga Raja, Kedua, sebagai benteng pertahanan, dan terakhir sebagai istana pemerintahan.

Awalnya kompleks istana Alhambra ini adalah benteng pertahanan dan didirikan pada tahun 1238 M. Letaknya berada di atas bukit yang bernama La Sabica. Istilah Alhambra sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti Istana Merah. Dan ketika saya di sana memang benar warnanya kemerahan, sehingga sepantasnya mendapat julukan Istana Merah. Istana ini merupakan simbol puncak kejayaan Islam di tanah Spanyol. Dahulu sebelum adanya istana Versailes di Perancis, Alhambra adalah salah satu istana terbesar di dunia, bersama dengan Istana Madina Al Zahra yang terletak di Cordoba.

Karena kami cukup ramai akhirnya kami menaiki taksi menuju ke istana ini, taksi dari stasiun bus ke Alhambra tidak lah mahal hanya sekitar 10 euro. Namun ketika kami tiba di sana awan mendung dan gelap sudah menunggu kami. Alhasil hujan pun turun, terus terang saya jadi sulit mendapatkan feel di istana ini karena hujan yang turun begitu derasnya. Seketika pun semangat mulai menurun, namun hal seperti hujan tidak boleh mengacaukan suasana petualangan yang sudah lama saya impikan. Dengan penuh gerilya kami menggunakan payung dan jaket bersigap menuju jalan-jalan taman Alhambra.

Kunjungan pertama kami di istana ini adalah ke Istana Charles V, istana Charles V merupakan bangunan terakhir yang dibangun di kompleks ini. Bangunan ini merupakan bangunan yang dibangun oleh Raja Katolik setelah pendudukan Spanyol di istana ini. Istana ini mempunyai arsitektur yang sangat berbeda dengan bagian lainya di Alhambra, dimana arsitektur istana Charles V ini bergaya Romawi. Kami hanya sebentar saja berada di istana ini karena istana ini difungsikan sebagai museum di lantai 2 nya.

DSC02131
Charles V Palace begitu Eropa Arsitekturnya

Selanjutnya kami menuju ke Alcazaba yaitu sebuah benteng pertahanan dan tempat kediaman Royal Guard. Bangunan Alcazaba merupakan bangunan pertama yang dibangun oleh kekhalifahan Bani Umayah ketika berkuasa di negeri ini. Ada beberapa menara di Alcazaba namun tidak semuanya dapat dilihat dan mayoritas ditutup. Setelah menaiki beberapa anak tangga baru kami sampai di atas salah satu menara, di sini kita bisa melihat keindahan kota Albayzin yang akan saya ceritakan selanjutnya.

DSC02138
Salah satu menara di Alcazaba

Melewati beberapa menit kami pun segera turun dan ketika kami turun kami melihat begitu banyak orang yang sedang mengantri, selidik punya selidik ternyata itu adalah antrian menuju Nasrid Palace. Kami cukup kaget kira-kira ada apa di Nasrid Palace sehingga begitu banyak orang yang antri. Nasrid Palace merupakan tempat kediaman sang penguasa, lambang kejayaan dari kekuasaan Islam tempo dulu, istana ini dibangun dengan sangat indahnya penuh dengan detail mosaic dari lantai sampai dinding-dindingnya. Namun sayangnya kami tidak berkesempatan untuk mengunjunginya dikarenakan tiket kami rupanya exclude masuknya ke Nasrid Palace, dan kemudian ditambah antrianya yang luar biasa panjang. (itu artinya harus balik lagi kemari Amin)

DSC02150
Salah satu jenis arsitektur Islam di Alhambra

Tips : Sebelum anda membeli tiket online harap perhatikan bagian mana saja yang sudah termasuk di dalam tiket karena ada beberapa agen online yang menjual sebagian atraksi di Alhambra misal tidak mengikutkan Nasrid Palace. Selain itu juga perhatikan jam masuk tiket, tiket ke alhambra terbagi dua periode masuk Pertama adalah jam 08.30 sd 14.00 dan Kedua di siang hari jam 14.00-18.00. Dan satu hal lagi pastikan bahwa semua atraksi sudah anda kunjungi di periode waktu tersebut, karena tiket mengunakan barcode dan ketika di scan dan barcode anda menunjukan waktu yang berbeda maka anda tidak bisa masuk. Ilustrasi sebagai berikut : Anda mendapat tiket dari jam 08.00 sd 14.00 namun anda baru akan mengunjungi Nasrid Palace jam 15.00 maka ketika tiket anda di scan anda tidak bisa masuk lagi ke Nasrid Palace karena waktu di tiket anda sudah habis.

DSC02137
Another beautiful spot of Alhambra
DSC02142
Dari Atas Alcazaba dengan awan yang cloudy
DSC02175
Islamic architecture
DSC02180
Dari Atas Taman Generalife

Terakhir kami mengunjungi Taman Generalife, kami sempat mempermasalahkan spelling dari nama taman ini, dimana spelling yang benar adalah je-ne-ra-li-ve dan bukan je-ne-ra-lif sehingga ada beberapa warga lokal yang mengoreksi penyebutan kami atas taman yang indah ini. Kompleks Taman Generalife ini adalah kompleks taman dalam istana yang merupakan peninggalan bangsa Moors. Di sini terdapat berbagai macam pepohonan dan tanaman yang terawat dengan baik, terlihat dari pangkasan tanamanya yang benar-benar rapih banget yang saling menyambung dan tersusun seperti arkade. Di tengah taman mengalir kolam persegi panjang yang dilengkapi air mancur.

DSC02174
Pilar di Alhambra
DSC02177
View Alhambra dari Taman Generalife
DSC02164
Taman Geberalife, ini adalah taman paling indah yang pernah saya datangi
DSC02171
Arsitektur istana ini benar-benar sangat detail dan menarik

Hikmah berada di istana Alhambra adalah kita jadi mengetahui bahwa Islam memang mempunyai sebuah istana yang sangat luar biasa di jaman kejayaanya. Arsitekturnya tidak kalah dengan arsitektur yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan lain nya di eropa.Detail seni arsitekturnya yang dipengaruhi arsitektur islam yang berupa ukiran-ukiran dari kayu yang menghiasi langit-langit, jendela, dan dinding yang polanya sangat rumit dan detail.

Ratu Isabela dan Columbus 

Selesai menyusuri Alhambra kami pun bergerak menuju pusat kota Granada, dengan mengunakan mini bus no 30 (ongkosnya 1.5 euro) kami berhenti di sebuah plaza (plaza di spanyol artinya adalah sebuah ruang terbuka tempat keramaian berkumpul masyrakat) yang terdapat patung yang sepertinya pernah saya lihat sebelumnya. Ternyata perasaan saya benar, patung itu adalah patung Ratu Isabela dan Columbus.Jadi patung tersebut menceritakan tentang paparan dari Columbus kepada Ratu Isabela tentang rencana beliau menuju sebuah dunia baru.

DSC02181
Ratu Isabela dan Columbus at Plaza de Isabela

Plaza tempat patung Ratu Isabela dan Columbus ini disebut dengan Plaza Isabela La Catolica, berjalan sekitar 500 meter ke arah barat kami pun tiba di Plaza Nueva, tempat ini merupakan alun-alun kota tertua di Granada. Ada sebuah Gereja tua bernama Gereja Santa Ana di sini. Di sekitarnya terdapat banyak bar dan restoran, terutama restoran arabic jadi buat yang muslim jangan pernah ragu ke Granada, banyak sekali makanan halal di sini.

Albayzin : Kota Muslim Kuno

Selepas dari Plaza Nueva kami pun mencoba mendaki arah utara, kami ingin ke kota tua muslim kuno yang masuk ke dalam UNESCO World Heritage yaitu Albayzin. Albayzin terletak di atas bukit yang tepat berseberangan dengan Alhambra. Menyusuri jalanan di Albayzin serasa kita kembali ke abad pertengahan, jalanan berbatu dan bertangga yang tersusun sangat rapih terdiri dari gang-gang sempit dan di kiri kanan rumah-rumah warga sangat berhimpitan dengan warna dinding putih.

DSC02185
Walaupun jalan mendaki tidak lelah karena pemandangan nya awesome
DSC02182
Pasar Sutera, seperti di benaran negeri Arab jadinya
DSC02191
The Cute Fountain in Albayzin
DSC02198
Jalanan Albayzin terjal dan sempit

Ketika kami di Alcazaba kami sudah melihat keindahan Albayzin dari seberang, saatnya sekarang mendaki kota ini. Sedikit cerita di Albayzin jalan-jalan dibuat ala labirin agar dapat mengecoh musuh apabila datang menyerang kota, kemudian kota ini juga rumah-rumahnya saling berhimpitan rupanya agar menjadi bayangan di jalan sehingga orang dapat nyaman berjalan, asal anda tahu bahwa Granada sangat panas di kala musim panas bisa mencapai 35-40 derajat celcius.

DSC02214
Ornamen Keislaman menghiasi rumah dan taman warga di Albayzin
DSC02204
Rumah tinggi dan saling berhimpit ini berguna sebagai bayangan para pejalan kaki di kota ini agar nyaman berjalan di matahari terik
DSC02213
The Cute Coca Cola with Arabic Kaligrafi
DSC02211
Warga di sini masih melestarikan pola mosaik ala Arab untuk rumah mereka
DSC02201
The View From Mirador San Nicolas : Spectaculer

Di puncak bukit terdapat satu view point yang wajib anda kunjungi jika datang ke Granada, namanya adalah Mirador San Nicolas, sebuah tempat yang tepat berseberangan dengan alhambra di sini kita bisa melihat betapa eloknya Alhambra benar-benar kemerahan dan remangnya sangat indah apalagi ditambah dengan latar belakang gunung Sierra Nevada. Suasana di Mirador San Nicolas ketika itu sangat ramai dan ada seniman jalanan yang sedang memainkan gitar spanyol menjadikan keindahan kota ini berasa sekali.

Setelah menempuh perjalanan ke atas, saatnya turun dan ketika turun terdapat satu kota lagi yang disebut dengan Sacromonte yang merupakan tempat pemukiman para gipsi. Gipsi ini merupakan warga dari India yang suka berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain biasanya mereka tidak pernah mau menetap. Namun Gipsi di kota ini sudah banyak yang menetap dan membangun rumah ala gipsi yang juga sangat menarik.

DSC02218
Pemandangan Sacromonte jalanan di sini menurun
DSC02225
Patung Flamenco Dancer

Hari sudah menunjukan sore hari kami pun harus menuju kembali ke stasiun bus untuk menuju ke perjalanan selanjutnya di Madrid. Namun kenangan kami di kota ini tidak akan pernah kami lupakan. Andalusia engkau sangat indah saya yakin suatu hari nanti saya pasti akan kembali untuk kembali merasakan keindahan ornamen islam di negeri Andalusia.

Ferdi Cullen

ANDALUSIA DAN ORNAMEN ISLAM PART 1 : CORDOBA

Biasanya turis dari Indonesia, ingin pergi ke kota Madrid atau Barcelona jika mengunjungi Spanyol. Sebagian besar alasannya adalah karena kedua kota tersebut memang lebih terkenal dibandingkan kota-kota di Andalusia. Kehadiran 2 klub sepakbola paling terkenal di dunia di kota-kota tersebut juga mendongkrak popularitas sebagai destinasi wisata. Padahal secara sejarah dan keindahan, kota-kota di Andalusia memiliki daya tarik yang mungkin melebihi kedua kota tersebut.

Peta Wilayah Andalusia Sumber : http://www.andalucia.com

Andalusia merupakan sebuah negeri yang menjadi saksi peradaban Islam tempo dulu. Andalusia merupakan wilayah yang meliputi Spanyol dan Portugal, atau yang lebih sering dikenal dengan wilayah Semenanjung Iberia. Luas nya adalah 600 ribu km persegi atau kurang lebih luas 2/3 dari Mesir. Semenanjung Iberia dipisahkan oleh sebuah selat menuju benua Afrika yaitu Selat Gibraltar. Kawasan ini dahulu dikuasai oleh Dinasti Umayah  yang merupakan salah satu kekhalifahan yang sangat terkenal di dunia Islam. Dinasti tersebut datang menginvasi setelah menguasai Afrika Utara yang meiputi Maroko, kemudian mereka datang menginvasi wilayah Selatan Spanyol, beberapa propinsi yang terkenal di Andalusia adalah Cordoba, Cadiz, Granada, Sevilla, dan Malaga.

Bagan Ekspansi Islam Abad ke 6 Masehi

Tujuan saya ke Andalusia adalah ingin mengenal lebih jauh bagaimana sejarah peradaban Islam tempo dulu, rasa ingin tahu tentang sejarah dan sisa peninggalan umat Islam di Anadalusia yang pernah menjadi saksi kehebatan ilmu pengetahuan, karya sastra, seni dan arsitektur umat Islam, akhirnya membawa saya ke Spanyol. Saya berkesempatan mengunjungi dua wilayah Andalusia yang paling terkenal dengan ornamen keislaman tempo dulu yaitu Cordoba dan Granada pada tanggal 4 -5 Mei 2016. Selama dua hari perjalanan tersebut saya meninjau beberapa situs terkenal yang menceritakan kejayaan umat muslim kuno di tanah Spanyol tersebut.

MADRID-CORDOBA  

Cordoba kota Seribu Cahaya, istilah ini adalah istilah yang disebut oleh Menocal dalam bukunya “Ornament of The World”, istilah ini pun muncul di buku Hanum Rais “99 Cahaya Menuju Langit Eropa”. Pada postingan sebelum ini saya ada membahas mengenai Cordoba dari sisi Festival yang sangat terkenal yaitu Festival Patio. Postingan saat ini lebih menceritakan mengenai keindahan kota ini dan sejarah ornamen islam di kota ini.

Perjalanan saya ke Cordoba dimulai dari Madrid, pesawat saya tiba dari Budapest ke Kota Madrid, dan dengan mengunakan metro saya pun menuju ke Madrid Atocha Train Station. Saya melanjutkan perjalanan saya dengan mengunakan tiket kereta api Renfe. Saya sengaja memang tidak membeli online untuk tiket karena memang ingin coba Go Show ini tetapi alhamdulillah masih dapat tiket yang lumayan murah walaupun tidak murah sekali. Yup saya dapat tiket Renfe seharga 30 Euro.

Tips : Sebaiknya beli tiket RENFE  jauh -jauh hari kurang lebih 3 bulan sebelumnya karena saya mendapatkan informasi bahwa apabila kita membeli jauh-jauh hari maka kita bisa mendapatkan harga tiket sampai dengan 10 Euro

Saya mengambil kereta jam 19:30 dan tiba di Cordoba pada pukul 21. 12 perjalanan ditempuh kurang lebih 1.5 jam. Kereta api di spanyol ini ternyata sangat disiplin sekali, Kami bisa masuk ke dalam kereta 15 menit sebelum jam keberangkatan, namun yang agak kecewa nya adalah untuk pemberitahuan gerbong kereta juga ditentukan 15 menit sebelum berangkat, jadi ya harus terus-terusan nongkrongin papan pengumuman agar tidak terlewat.

Sedikit penjelasan tentang Madrid Atocha Station ini agak kurang bersih jika dibandingkan dengan King Cross Station di London waduh jauh sekali, King Cross jauh lebih artistik dan indah, sedangkan Atocha seperti stasiun Gambir sih saya rasa. Kereta Api sangat bersih, ada tempat menyimpan barang, staf banyak yang bisa berbahasa Inggris, dan tempat duduk juga sangat nyaman, ditambah ada plug untuk charger.

Kereta Api yang saya tumpangi tujuan akhirnya adalah Malaga, namun berhenti di Cordoba jadi ketika ada announcement akan berhenti di Cordoba segera siap-siap untuk turun.  Dan sampailah saya di Cordoba, setelah sampai tujuan saya adalah mencari hostel tempat saya menginap.

Transportasi di kota Cordoba terdapat bus dan taksi, atau bisa juga dengan jalan kaki. Namun karena masih baru datang saya putuskan naik bus, hanya satu bus yang saya tumpangi yaitu saya naik bus nomor 3, perjalanan lebih kurang 5 menit saya berhenti saya sampai di kawasan Juderia sebuah komplek kawasan pemukiman Yahudi yang benar-benar asri, saya berpikir apakah saya berada di Spanyol?, pertanyaan tersebut muncul karena arsitektur kota ini mirip sekali dengan kota-kota yang ada di Benua Afrika terutama Maroko, dan kemilau kuning di malam hari  benar-benar membuat saya paham mengapa kota ini disebut kota Seribu Cahaya.

IMG_20160503_224455
Suasana Malam di Kota Seribu Cahaya Cordoba
DSC01890
Suasana Malam di Perkampungan Juderia

Saya menginap di salah satu hostel yang namanya Funky Cordoba, hostel ini begitu dekat dengan beberapa objek wisata di kota ini. Jadi saya tidak perlu repot-repot mencari transportasi untuk ke tempat wisata cukup dengan jalan kaki saja. Karena malam sudah semakin larut saya putuskan untuk istirahat saja di hostel dan memulai petualangan di kota indah ini keesokan harinya.

MEZQUITA

Tanggal 4 Mei 2016 pagi hari yang sangat cerah saya bangun pagi dan langsung memulai petulangan, saya memutuskan untuk mendatangi salah satu simbol kota ini yaitu Mezquita Catedral. Singkat cerita, Mezquita Catedral adalah sebuah katedral (saat ini) yang berarsitektur layaknya sebuah mesjid yaitu dipernuhi dengan mihrab yang melengkung sangat indah. Arsitektur bangunan ini menyerupai Mesjid Nabawi di Madinah.

Pada abad ke 10, ketika Dinasti Umayah berkuasa  mereka mengakusisi sebuah Kuil Romawi Kuno menjadi sebuah mesjid, mereka mengakusisi secara baik-baik dengan melakukan pembelian tanah dai bangsa Romawi dan secara musyawarah mufakat (bukan dalam bentuk pertikaian), setelah itu mereka merombak habis dengan mendirikan mihrab mihrab, menanam pohon kurma, dan pohon jeruk, serta menambah keindahan dari mesjid ini. Jauh sebelum adanya Turki dengan Mesjid Hagia Sophia nya, mesjid ini adalah mesjid terbesar di dunia kala itu. Seluruh umat muslim ketika itu sangat senang dan bangga sekali apabila dapat mengunjungi mesjid ini.

DSC01895 - Copy
Tembok Menuju ke Mezquita, arsitektur Arab sangat kental di tembok ini

Namun setelah pendudukan Kerajaan Katolik Spanyol, mereka mengambil alih dan melakukan restrukturisasi dan merubah mesjid indah ini menjadi sebuah Katedral. Mereka menurunkan semua ornamen keislaman dan menganti dengan ornamen Katolik. Namun ada beberapa ornamen yaitu mihrab  yang tidak mereka pindahkan. Aula besar yang pernah menampung ribuan jemaah sholat dirubah menjadi sebuah aula katedral. Dan disamping dibangun sebuah menara yang sangat indah yang merupakan menara lonceng gereja. Oleh sebab itu, bangunan ini dikenal sebagai Mezquita Katedral atau jika diterjemahkan adalah Katedral Mesjid.

IMG_20160504_093807
Menara Katedral
DSC01897 - Copy
Perkarangan Mezquita
DSC01899
Orange Courtyard Mezquita

Tips : Harga Tiket Masuk adalah 8 Euro, jika anda datang jam 08.00-10.00 anda bisa masuk gratis tanpa dipungut biaya, Mezquita sangat luas jadi kalau anda ingin fokus menjelajahinya sediakan waktu minimal 2 jam.

Pekarangan mezquita dipenuhi dengan pohon jeruk maka pekarangan ini disebut dengan Orange Courtyard. Di tengah pekarangan terdapat sebuah air mancur yang juga indah. Pekarangan dimana kita bisa duduk santai sambil memandang keindahan dari gedung ini. Ticket Box tidak begitu jauh dari pekarangan, anda bisa langsung antri untuk mendapatkan tiket. Setelah tiket berada di tangan mari kita masuk, pintu masuk dimulai dari timur dan keluar di barat. Aula pertama yang akan kita masuki adalah Aula Abdul Rahman, merupakan aula tertua dari bangunan ini, terdapat 13 gang dengan mihrab-mihrab yang sangat indah. Suasana di sini adem banget namun memang sedikit gelap, hal ini disebabkan adanya dibangun menara gereja. Mihrab yang ada di bangunan ini terdiri dari banyak tiang penyangga, yang setiap tiangnya punya garis lengkungan berwarna oranye. Sang arsitek memang terinspirasi dengan Mesjid Nabawi di Madinah. Kembali ke aula Abdul Rahman 1, disinilah pertama kalinya Khalifah Abdul Rahman 1 membangun mesjid ini, di aula ini juga banyak orang muslim kala itu yang melakukan ibadah sholat.

DSC01903 - Copy
Aula Abdul Rahman 1, mihrab nya mirip dengan Mesjid Nabawi
DSC01919
Pilar Melengkung Berwarna Oranye ini sangat Indah
DSC01907
Pilar ini masih terus bertahan walaupun sudah berumur 1000 tahun
DSC01914
Aula yang sudah bercampur dengan ornamen Katedral
DSC01912
Aula Abdul Rahman 2 yang sudah di campur dengan ornamen Katolik

Di samping aula Abdul Rahman 1 terdapat aula Abdul Rahman 2 yang merupakan penerus Khalifah Abdul Rahman 1 yang memperluas mesjid ini dengan menambah mihrab lagi ke barat, namun saat ini aula ini  terdapat katedral yang pembagunan nya dimulai dari tahun 1523  setelah Kerajaan Katolik Spanyol menaklukkan Kerajaan Bani Umayah tersebut. Setelah melewati Aula Abdul Rahman 2 yang merupakan aula katedral saat ini, kita akan memasuki aula Al Hakam 2, sesuai namanya Al Hakam merupakan salah satu Khalifah di Bani Umayah yang meneruskan pembagunan mesjid ini dengan menambahkan 5 baris lebar dan 3 baris ke dalam yang ditopang dengan langit-langit yang sangat luas.Saat ini aula ini merupakan makam dari para pendeta katolik yang menjadi pemuka agama di kota ini, ada dua kapel tertutup bagi publik di dinding selatan, dan disampingnya adalah Museum Katedral dimana kita bisa mempelajari perihal sejarah dari Katedral ini.

DSC02018
Katedral yang sampai saat ini masih digunakan
DSC02020
Menara Katedral Mezquita tepat di tengah bangunan ini
DSC02008 - Copy
Lukisan Penaklukan Umat Muslim oleh Spanyol sangat menyayat hati lukisan ini di Museum Katedral (Aula Al Hakam)
DSC02023
Patung yang cukup provokatif melambangkan kemenangan Spanyol atas Bani Umayah

Terakhir di belakang adalah Aula Al Mansur (Almanzor dalam bahasa Spanyol) merupakan aula yang paling luas dan aula yang terakhir dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Al Mansur, khalifah terakhir yang melakukan perluasan mesjid, namun perluasan ini disebut juga sebagai perluasan yang paling kurang artistik karena dibandingkan dengan 3 aula sebelumnya mihrab yang ada di aula ini jauh lebih kecil .Ujung aula ini merupakan pintu keluar tapi sebaiknya anda mengambil foto selfie atau wefie di aula ini karena tempatnya sangat luas.

DSC02012
Mihrab di aula Al Mansyur di sini cahaya jauh lebih terang
DSC02015
Saya sedang Selfie di aula Al Mansyur

Tips: Saran sebaiknya anda mulai kunjungi Aula Abdul Rahman 1 karena aula ini merupakan aula yang paling sakral dan arsitekturnya asli dari mesjid abad ke 10, kemudian dilanjutkan ke Abdul Rahman 2 untuk mengagumi arsitektur katedral, selanjutnya anda bisa ke Al Hakam untuk mempelajari tentang sejarah Cordoba dan Katedral ini karena disini terdapat musuem, terakhir anda bisa selfie dan wefie di Aula Al Mansur karena aula ini sangat luas dan terdapat banyak spot dan penyinaran yang lebih baik dibandingkan pada 3 aula sebelumnya.

Setelah puas melintasi dan memahami makna arti dari sebuah Mezquita, kami melanjutkan perjalanan ke Puento Romano yaitu sebuah jembatan tua yang sudah ada sejak masa pendudukan bangsa Romawi abad ke 8, di tengah terdapat patung San Rafael The Archangel yang merupakan penyelamat bagi masyarakat Cordoba. Jembatan ini menjadi penghubung antara kota Cordoba dengan sebuah kuil Romawi (saat ini menjadi museum) tepat di ujungnya. Jembatan ini dilalui oleh Sungai Guadalquivir yang sangat indah.

DSC01938
San Rafael Gate
DSC01939
Di atas jembatan Puento Romano
DSC01940
Mezquita dari ujung Jembatan Puento Romano
DSC01944
Patung San Rafael The Archangel
DSC01945
Di ujung Jembatan terdapat bekas kuil romawi yang saat ini menjadi museum

Sungai Guadalquivir merupakan sungai ketujuh terindah di seluruh Eropa, namun ketika saya berada di sana saya juga bingung kenapa dikatakan indah, sungai ini menurut saya biasa saja masih lebih indah Sungai Thames dan yang pastinya Sungai Danube (Cek postingan saya tentang Budapest). Namun setidaknya ketika kita berada di ujung jembatan ini kita bisa memandang keindahaan dari Mezquita dari kejauhan, menurut saya ini salah satu the best spot untuk memandang Mezquita. Pemandangannya sangat spektakuler menurut saya patut untuk anda rasakan pengalaman tersebut.

DSC01936
Sungai Guadalquivir, sungai ketujuh terindah di Eropa

AVERROES

Kota Cordoba ini  benar-benar hangat dengan suhu sekitar 30-35 derajat celcius membuat kota ini  adalah kota yang nyaman sekali buat orang Indonesia, suhunya sangat sesuai. Arsitektur kota ini juga sangat ketimur tengahan masyarakat Cordoba masih banyak yang tetap mempertahankan arsitektur arabic yang ada di kota ini saya sendiri ketika melintasi jalan demi jalan kota ini benar benar merasakan seperti berada di negeri Timur Tengah. Hembusan angin sepoi sepoi karena kota ini banyak ditanami oleh pepohonan membuat saya tidak merasakan lelah seidkit pun walaupun dari pagi saya sudah berjalan kaki sampai ke spot ini. Saat sedang melintasi jalan jalan kota saya melihat sebuah patung yang sangat menarik, saya langsung mengajak teman saya untuk melihat patung apakah itu.

DSC02083
Patung Abu Walid

Disana berdiri patung Ibn Rushid nama lengkapnya adalah Abu Al Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rushd. Warga spayol lebih suka memangilnya dengan Averroes. Yang menarik perhatian saya adalah patung ini bukan patung San Rafael tentunya (yang begitu banyak di kota ini) melainkan sebuah patung dengan perawakan Arab lengkap dengan sorban dan baju panjangnya sembari duduk membawa buku.Di bagian bawah patung terdapat tulisan :

ABU AL WALID

MUHAMMAD IBN RUCHD

AVERROES

FILOSOFO MEDICO

CORDOBA 1126-MARRAKECH 1198

Sontak saya teringat dengan buku Hanum Rais yang pernah menyebutkan mengenai sosok ilmuwan ini, dimana beliau juga pernah mengagumi jasa dari filsuf muslim ini. Pada saat masa Islam berjaya di kota ini terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan seni. Banyak ilmu kedokteran dan sains yang berasal dari kota ini, bahkan terdapat 70 perpustakaan di kota ini dengan 400.000 koleksinya. Saat rumah-rumah di Eropa masih tenggelam dengan Masa Kegelapan nya, jalan Cordoba sudah bercahaya dengan Seribu Cahayanya. Abu Al Walid sendiri adalah ilmuwan polymath Muslim abad pertengahan yang lahir di Cordoba , beliau menulis buku-buku tentang logika, filsafat, psikologi, geografi, matematika, dan ilmu kedokteran. Sebagai kota yang menghargai pendidikan maka pemerintah kota ini pun membangun patung ini untuk menghargai jasa beliau terhadap pengetahuan dunia.

DSC02027
Ornamen Arab di setiap sudut kota Cordoba
DSC02101
Bangunan ini merupakan bekas perpustakaan jaman Bani Umayah
DSC02096 - Copy
Mihrab di rumah penduduk lokal
DSC02091
Arsitektur Arab di rumah di sepanjang gang kota ini
DSC02090
Jendela bernuansa Timur Tengah
DSC02085
Patung Averros di depan tempat yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan

Sungguh luar biasa memang pengalaman saya berada di Cordoba ini, saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru yang bisa saya aplikasikan dalam kehidupan saya sehari-hari yaitu seperti bersyukur dan bersyukur.Kemudian saya juga mendapatkan sebuah gambaran bagaimana wujud kota perpadauan antara Timur Tengah dan Eropa. Sekian kisah saya Nantikan kisah perjalanan saya berikutnya di satu kota lagi di Andalusia yaitu Granada.

DSC01947
Masyarakat Cordoba multi etnis : Katolik, Muslim, dan Yahudi yang saling bercengkerama dan saling rukun

Ferdi Cullen