Hagia Sophia : Mesjid Impian Warga Turki

Serasa bergetar dengan dingin nya musim dingin, membuat saya tidak gentar. Perlahan tapi pasti, saya melihat Tram berwarna merah itu tiba. Dengan melesat pelan namun penuh tenaga, tram itu melesat. Setelah 30 menit perjalanan dengan tram berlalu, tiba tiba dalam jarak 1 KM saya melihat kubah itu. Kubah yang sering diartikan sebagai kubah surga itu pun akhirnya saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Sekarang saya berujar Alhamdulillah dan sekaligus Masyaallah karena saya melihat Kubah Hagia Sophia. Kubah yang menjadi saksi bisu kisah pertumpahan darah para Crusader di Constantinople, dan tentunya kubah yang membuat takjub Sultan Muhammad Al Fatih ketika menaklukkan Constantinople. Kubah yang saya impikan dari membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan Inferno Dan Brown kini terpampang di mata saya.

Hola World,

Berikut di atas adalah pembukaan dari isi hati saya kala pertama kali melihat Hagia Sophia pada bulan Desember 2014. Tulisan saya berikut ini saya rangkum beberapa opini saya tentang Hagia Sophia, di Istanbul yang saat ini beralihfungsi menjadi Mesjid. Tulisan ini untuk saya buat dalam rangka berita yang sedang viral di bulan Juli ini yaitu perubahan status Hagia Sophia dari sebuah museum menjadi sebuah masjid. Penasaran dengan apa yang saya rasakan dan khidmati ketika berkunjung ke Hagia Sophia, jangan lupa untuk memberikan komentar dan juga beri tanda suka untuk artikel ini.

Hagia Sophia terlihat dari kejauhan

Di tengah masih meluasnya pandemi Covid 19, kita mendapatkan kabar yang sangat luar biasa di negara nun jauh di Turki. Per tanggal 10 Juli 2020, pengadilan Turki secara resmi membatalkan keputusan Presiden Turki Mustafa Kemal Attaturk yang melakukan perubahan Hagia Sophia dari Mesjid ke museum. Dengan demikian, Hagia Sophia akan dialihfungsikan kembali menjadi mesjid. Berita ini sangat menggembirakan warga Turki. Presiden Turki Erdogan langsung menandatangani dekrit presiden sehingga keputusan ini tidak akan diganggu lagi di masa datang. Kemudian timbul polemik, dimana negara negara tetangga seperti Uni Eropa, Yunani, Rusia, dan Amerika tidak begitu senang dengan keputusan ini. Namun apapun alasan nya, yang pasti saya ingin ceritakan bahwa selama saya berkunjung di Turki, saya pernah mendengar beberapa suara hati masyarakat Turki, mereka memang sudah mengidamkan untuk Hagia Sophia menjadi mesjid kembali. Bahkan, perjuangan rakyat Turki untuk menjadikan Hagia Sophia kembali menjadi mesjid bahkan sudah berlangsung sangat lama sehingga sepatutnya mereka bersyukur.

Hagia Sophia dari depan Sultanahmet Square

Pada saat saya berada di Istanbul di tahun 2014, saya berkenalan dengan seorang warga Turki yang bernama Mehmed, dia adalah seorang akuntan, kebetulan Mehmed ini merupakan temen nya temen saya yang ketika itu menjadi partner trip saya ke Turki. Pada saat kami minum teh sambil makan siang bareng, saya ingat sekali betapa dia menceritakan sangat memimpikan untuk melakukan ibadah sholat rutin umat muslim di Hagia Sophia. Pada masa kecilnya, Mehmed selalu diceritakan oleh kakeknya tentang betapa mahligainya menjalankan ibadah sholat di Hagia Sophia. Bahkan berdasarkan cerita Mehmed, pembacaan ayat suci Al Quran tidak perlu menggunakan pengeras suara di Hagia Sophia, karena struktur resonansi di tempat tersebut yang memang sangat bagus dan konon lengkingan para qari akan terdengar sangat syahdu di Hagia Sophia. Dari cerita Mehmed ini saya sangat paham sekali mengapa masyarakat Turki sangat menginginkan bangunan ini kembali menjadi mesjid dan saya juga memahami betapa kecewanya mereka ketika Attaturk memutuskan perubahan menjadi sebuah museum, yang menurut mereka alasan sekularisasi bukan alasan yang tepat. Namun saya yakin sekarang pasti Mehmed sudah tidak sabar ingin sholat jumat di Hagia Sophia karena kabarnya tempat ini akan dibuka untuk publik pada Sholat Jumat tanggal 24 Juli 2020.

Animasi menarik dari peralihan Byzantium dan Istanbul yang saya lihat di jalanan Istanbul

Namun di sisi yang lain saya juga merasa prihatin dengan kondisi perubahan rumah ibadah sebagai suatu tanda penaklukkan yang terjadi di era Medieval. Mungkin, jika kita lihat kisah di era Reconquista yang terjadi di Andalusia betapa penaklukkan yang sangat memilukan itu, juga membuat perubahan yang sangat kontroversi yaitu merubah Mesjid Agung Cordoba menjadi Katedral Cordoba. Berbeda dengan kisah Sultan Muhammad Al Fatih (Fatih Sultan Mehmet) yang menaklukkan Constantinople, dan kabarnya sang Sultan membeli Hagia Sophia secara sah, sehingga menjadikan Hagia Sophia adalah properti sah dari sang Sultan, sehingga sang Sultan berhak untuk merubah bangunan ini menjadi mesjid. Era dimana Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Constantinople dalam sejarah adalah masa akhir era Medieval dan dimulainya era Renaissance berlanjut ke masa era Discovery di periode berikutnya, bahkan era Kolonialisasi di periode berikut setelah nya. Yang pasti Sultan Muhammad Al Fatih menghargai Hagia Sophia sebagai properti Kristen Ortodoks pada saat itu, dan telah mendapatkan ijin untuk perubahan menjadi mesjid.

Sang Penakluk Constantinople, Fatih Sultan Mehmet

City of Inferno, tulisan saya sebelumnya silahkan di cek di link ini ada ringkasan sejarah dari Hagia Sophia. Pada tulisan itu juga ada menceritakan pelajaran yang saya dapat ketika saya melihat Mosaik indah yang terpahat di Hagia Sophia. Mosaik tersebut merupakan peninggalan Byzantium dan dipahat pada masa Hagia Sophia menjadi katedral. Selain itu ornamen islam juga tidak kalah menariknya. Bahkan saya sempat melihat perpaduan antara ornamen Islam yang melambangkan “Allah Maha Besar” bersama dengan “Muhammad adalah Rasul Allah” bersanding dengan Mary The Virgin yang sedang memangku Baby Jesus. Melihat kombinasi ini sejenak saya jadi berpikir tentang indahnya toleransi itu. Karena sekarang sudah tidak museum lagi jelas ornamen non muslim akan sangat menggangu ibadah muslim. Tapi luar biasanya Presiden Erdogan berjanji tidak akan merusak ornamen sama sekali, ini juga menjadikan saya sangat kagum dengan sosok kepemimpinan Erdogan. Pada saat ibadah sholat, akan ada penutup ornamen tersebut dalam bentuk teknologi laser, menarik sekali tapi saya belum mendapat informasi lebih lengkap bentuk teknologi yang dikabarkan mampu menutup ornamen non muslim secara sementara ketika ibadah sholat dilakukan, tanpa merusak ornamen itu. Sebelumnya pada masa sultan Ottoman, semua ornamen non muslim memang ditutup menggunakan plaster, jadi ornamen yang ada saat ini adalah ornamen yang dibuka kembali ketika dilakukan penelitian arkeologi oleh tim peneliti Turki.

Selain janji Erdogan untuk tidak merusak ornamen non muslim, Erdogan juga menyatakan Hagia Sophia tetap dibuka untuk umum bagi semua kalangan tanpa membedakan agama maupun kebangsaan. Namun kabarnya akan ada semacam protokol baru terkait hal tersebut, apalagi di masa pandemi ini banyak tempat wisata di Eropa sudah membuat protokol baru terkait kesehatan. Jadi memang bagus langkah yang dilakukan Turki menerapkan protokol penyesuaian Hagia Sophia menjadi mesjid ditambah dengan protokol kesehatan nya di saat situasi pariwisata yang sedang menurun sehingga penyesuaian ini bisa lebih mudah dikomunikasikan.

Akan dilakukan ibadah kembali di podium ini
Kaligrafi favorit saya di Hagia Sophia

Dan yang kedua yang membuat saya bahagia adalah setelah menjadi Mesjid, kabarnya Hagia Sophia tidak akan menerapkan biaya masuk lagi. Sekedar informasi pada masa menjadi museum, biaya tiket masuk Hagia Sophia adalah 20 Turkish Lira saya dua kali masuk di tahun 2014 dan masuk lagi di tahun 2017 masih dengan harga yang sama. Walaupun secara nominal 20 TL itu lumayan juga harganya yaitu 50 ribu rupiah namun sekarang dengan menjadi mesjid kita bisa masuk tanpa bayar sama hal nya dengan Blue Mosque yang ada di depan nya.

Selama beribadah, ornamen non muslim akan ditutupi dengan teknologi laser jadi penasaran bagaimana hasilnya

Akhirnya, kita harus menghargai apapun yang menjadi keputusan Turki mudah mudahan polemik ini tidak berkelanjutan. Dan setelah pandemi Hagia Sophia akan menjadi bucket list saya berikut nya yaitu Mesjid Hagia Sophia, ingin sekali rasanya mencoba sholat juga di mesjid ini insyallah semoga ada kesempatan ke sana Amin.

Saya selfie di Hagia Sophia tahun 2014, sudah 6 tahun lalu ternyata tak terasa di tempat ini akan menjadi mesjid kembali

Terima kasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat

Ferdi

Sumber foto diatas berasal dari kamera saya pribadi, dari tahun 2014 sampai dengan 2017

Published by

ferdicullen

Hi my name is Ferdi, you can call me Ferdi Cullen. When I was a little boy I want to become a diplomat who can travel the world. However, my passion for technology is more powerful so I become one of an employee in telecommunication company in Indonesia. I believe with digital technology we can travel the world easier, and I already made it, 23 countries so far until 2017 and still counting. Recently, in 2018 I Live in Seattle, yes I'm a Seattleites and I'm ready to travel as a micro traveller around the US just stay tuned for my stories. If you want to contact me please don't hesistate to call me deen.froesson27@gmail.com Ferdi Cullen Seattle

3 thoughts on “Hagia Sophia : Mesjid Impian Warga Turki”

Leave a comment